Share

Bab 3

Penulis: Nuvola
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-24 16:41:42

Serena menatap bangunan mewah yang ada di depannya itu. Sebelumnya dia telah memasuki mansion itu dengan penuh paksaan. Tapi, kali ini dia memasuki mansion itu dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.

Seorang pria paruh baya menyambut mereka dengan sangat sopan dan ramah. “Selamat datang Tuan dan Nona.”

Serena cukup terkejut mendengar panggilan dari pria paruh baya itu. “Antar dia ke kamar!” titah Kendrick yang kemudian berlalu pergi meninggalkan Serena.

Serena menatap punggung Kendrick yang menjauh masuk ke dalam lift.

“Nona, sebelumnya perkenalkan saya Verdi, ketua pelayan di mansion ini,” jelas Verdi dengan membungkukkan badannya.

Verdi pria paruh baya yang memegang jabatan sebagai kepala pelayan di mansion Kendrick. Dengan posturnya yang tegap dan sikapnya yang selalu teratur, Verdi dikenal memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap keluarga Kendrick. Dia juga sangat pandai dalam mempertahankan sikap yang sopan dan profesional, tidak pernah membiarkan emosi pribadi mengganggu pekerjaannya.

“Saya Serena, Paman bisa memanggil saya Serena saja,” ucap Serena karena dia merasa aneh dengan panggilan Nona di mansion itu.

“Maaf Nona, saya tidak berani melakukannya,” tutur Verdi yang kembali menundukkan kepalanya. “Mari saya antar ke kamar, Nona Serena.”

Serena pun mengikuti langkah Verdi yang berjalan ke arah lift. Mansion tiga lantai itu begitu mewah, membuat Serena terpukau.

Langkah Serena terhenti saat dia memasuki ruangan yang luas dengan perabotan mewah yang berkilauan di bawah cahaya lampu kristal.

“Ini kamar Anda Nona, silahkan Anda istirahat jika butuh sesuatu panggil saya saja atau pelayan lain,” tutur Verdi. “Anda juga bisa memakai semua fasilitas yang ada di kamar ini,” sambung Verdi yang diakhiri oleh sebuah senyuman.

“Baik, terimakasih Paman Verdi.”

“Sama-sama Nona, kalau begitu saya pamit kembali ke dapur.”

“Oh ya Paman, kamar Tuan Kendrick dimana?”

“Kamar Tuan tepat berada di samping kiri kamar Anda, Nona.”

“Baiklah, Paman boleh keluar.”

“Baik Nona, selamat malam.”

Setelah mengatakan itu maka Verdi keluar dari kamar Serena dengan menutup pintu.

Serena menatap sekeliling kamar itu. Sebuah tempat tidur besar dengan selimut sutra berwarna krem dan bantal-bantal lembut yang teratur rapi di atasnya. Di sudut, ada sebuah meja rias lengkap dengan cermin besar yang terbingkai dengan emas.

Serena berjalan mengitari kamar, menyentuh setiap detail yang disediakan dengan teliti. Matanya terhenti pada sebuah pintu yang tertutup. Serena membuka pintu itu, terlihat beberapa lemari yang menarik perhatiannya.

Serena membuka salah satu lemari itu di dalamnya tergantung beberapa set pakaian yang tampaknya telah disesuaikan dengan ukuran tubuhnya. Setiap pakaian tampak elegan dan mahal, dari gaun malam hingga pakaian santai. Serena mengangkat salah satu gaun, merasakan kainnya yang halus meluncur di antara jari-jarinya.

Tiba-tiba, kecurigaan menghantui pikirannya. “Bagaimana dia tahu ukuranku? Kenapa dia begitu perhatian?”

Serena merasa ada yang tidak beres, pertanyaan-pertanyaan itu mulai berkecamuk dalam benaknya, membuatnya merasa tidak nyaman. “Apa Leo mengatakan segalanya tentangku,” gumam Serena lagi. “Termasuk ukuranku.”

Serena mengangkat bahu, dia memilih menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Serena mengingat apa yang telah Kendrick lakukan hari ini untuknya dan dia pun ingat jika Kendrick menginginkannya malam ini. Meskipun itu menghancurkan harga dirinya tapi Serena tetap akan melakukannya. Itu semua dia lakukan demi ibunya. Serena tak ingin kehilangan satu-satunya orang yang sangat berharga baginya.

Serena berendam air hangat, dia memastikan tubuhnya segar dan wangi untuk malam ini. Setelah dirasa cukup maka Serena segera membilas tubuhnya dengan shower.

Serena menyiapkan dirinya untuk malam ini, dia kini berdiri di depan cermin. Memandang dirinya sendiri yang mengenakan bathrobe yang terbuat dari bahan satin tipis dan dua tali di bahunya.

“Aku benar-benar terlihat seperti wanita murahan,” gumam Serena yang mencoba mengatur nafasnya. “Ibu maafkan aku, aku harap ibu akan mengerti,” sambung Serena.

Serena keluar dari kamar dia melangkah menuju ke kamar Kendrick yang berada tepat di samping kamarnya. Serena berdiri di depan kamar mengambil nafas dalam-dalam sebelum membukanya. Serena menetralkan degup jantungnya dan memastikan lagi penampilannya kali ini.

Dia membuka pintu kamar Kendrick tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu. Dengan percaya diri Serena melangkah masuk ke kamar itu. Serena mendapati Kendrick yang tengah berdiri membelakangi dirinya dengan tangan yang memegang benda pipih.

Kendrick tampak sangat fokus dengan benda pintar itu hingga tidak menyadari kehadiran Serena. “Tidak bisakah menyimpan benda ini sejenak, Tuan?” ucap Serena dengan nada sensual yang meraba dada bidang Kendrick.

Sudut bibir Kendrick terangkat, matanya tak bisa lepas dari tubuh Serena yang menggoda. “Aku berpikir kamu akan menangis dan membuatku memaksamu.”

Serena tersenyum genit dia melingkarkan tangannya di leher Kendrick. Sikapnya benar-benar seperti wanita penghibur yang begitu menggoda. Tangan Serena meraba turun hingga ke perut Kendrick.

“Apa aku terlihat seperti wanita lemah yang tak mampu menggoda Anda Tuan?”

Bab terkait

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 4

    Sudut bibir Kendrick seketika terangkat dia langsung menyudutkan Serena ke dinding. “Aku tidak tahu jika kamu akan seberani ini,” bisik Kendrick yang mengecup telinga Serena. “Bukankah ini sudah tugas saya? Anda begitu baik memindahkan ibu saya ke ruang VIP jadi saya pun akan melakukan tugas saya dengan baik.”Kendrick terlihat tidak puas dengan jawaban Serena, dia segera menyambar bibir Serena dengan kasar membuat Serena sedikit terkejut dengan serangan tiba-tiba Kendrick. Ciuman itu tidaklah lembut tapi Serena cukup menikmatinya. Serena bisa merasakan jika Kendrick begitu ahli melakukannya membuat Serena kewalahan.Dia menepuk dada Kendrick, meminta Kendrick untuk melepaskan ciumannya karena Serena kehabisan nafas. Kendrick pun sejenak melepaskan ciuman mereka lalu kembali mencium Serena dan membawa Serena ke tempat tidur. Dengan mudah Kendrick melepas bathrobe yang Serena kenakan membuat Kendrick mengerang kecil. Meskipun awalnya Kendrick menciumnya dengan kasar tapi semakin lam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 5

    Serena membuka matanya ketika cahaya matahari masuk melalui celah gorden. Tubuhnya begitu sakit seakan dia baru saja lari maraton berkilo-kilo meter. Inti tubuhnya pun sangat nyeri, karena Kendrick tak membiarkannya istirahat. Pria itu menggempurnya hingga pagi. Serena menatap ke samping dimana Kendrick yang masih tertidur. Wajah Kendrick terlihat begitu tenang berbeda saat Kendrick terbangun maka wajahnya terlihat tanpa ekspresi dan aura dingin menyebar. Serena mengambil bathrobe yang ada di lantai dan segera mengenakannya. Namun, ketika dia akan melangkah turun dari tempat tidur terdengar dering telepon membuat Serena segera mengangkat teleponnya dan mendengar suara Evan di seberang. "Hai, Serena! Aku punya kabar baik untukmu," Evan berkata dengan suara yang ceria.Serena penasaran dan bertanya, "Ada apa, Evan?”"Aku menawarkan pekerjaan sebagai staf di perusahaan kami," Evan menjawab. "Kamu akan bekerja sebagai staf Business Development, dan aku yakin kamu akan sangat cocok untuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 6

    “Kak Kendrick, dia Serena karyawan baru yang aku bicarakan.”“Temanmu?” “Iya, dia temanku.”Evan sebelumnya memang sudah mengatakan jika dia akan memasukan karyawan baru yang tak lain adalah temannya waktu SMA. Serena menelan ludahnya, matanya bertemu dengan sosok yang tak pernah dia duga akan ada disini. Wajah Kendrick datar, dia seolah tidak mengenal Serena. “Serena, perkenalkan dirimu,” bisik Evan membuyarkan lamunan Serena. “Sa-ya Serena.”Hanya itu yang keluar dari mulut Serena dia pun mengulurkan tangannya tapi Kendrick tidak menyambutnya. Serena segera menarik kembali tangannya, dia bingung harus mengucapkan apa karena melihat pria di depannya saja sudah cukup membuatnya terkejut. “Hm kami kembali ke ruangan dulu, Kak.”Evan berpamitan kepada Kendrick tetapi tidak ada tanggapan dari Kendrick. Pria itu tetap dengan ekspresi datar menatap mereka seolah tidak peduli dengan kehadiran Serena sebagai karyawan baru. Evan langsung membawa Serena keluar dari ruangan Kendrick. Evan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 7

    Satu jam telah berlalu dan jam makan siang telah lewat tapi Evan belum melihat batang hidung Serena. Dia semakin cemas hingga memutuskan untuk kembali ke ruangan Serena. “Apa Kalian tidak ada yang melihat Serena?” tanya Evan kepada Echa dan Miska. “Sepertinya Serena belum kembali, Pak,” jawab Echa. Evan langsung keluar dari ruangan itu, dia masuk ke dalam lift menuju ke lantai paling atas perusahaan itu. Dia begitu gelisah hingga pintu lift terbuka membuatnya terkejut. “Serena?”“Pak Evan?”Evan langsung menarik tangan Serena untuk masuk ke dalam lift. “Apa Kakakku melakukan sesuatu yang buruk?” tanya Evan yang melihat peluh di dahi Serena dan rambut Serena yang tidak serapi siang tadi. “Pak Kendrick hanya menyuruh saya membersihkan ruangan, Pak.”“Jika hanya ada kita berdua maka santai saja,” tutur Evan yang kini keluar dari lift membawa Serena masuk ke ruangannya. “Duduk.”Setelah menyuruh Serena duduk maka Evan membukakan air mineral untuk Serena. “Kamu terlihat lelah, apa kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 8

    Serena masuk ke dalam kamar dia, merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Ponselnya yang ada didalam tas bergetar membuatnya segera mengambil ponsel itu. Tertera nama Evan disana, Serena pun mengangkat telepon itu. “Halo Evan, ada apa?”“Kamu dimana?” “Aku, udah pulang. Kenapa?”“Tidak apa-apa, aku pikir kamu belum pulang. Kamu tinggal dimana?”Sebenarnya Evan berniat untuk mengantar Serena pulang, dia yang tahu jika Serena telah berpisah dengan suaminya membuat dia mendekati Serena. Belum sempat Serena menjawab dia melihat pesan dari Julian jika Kendrick akan segera pulang. Serena yang panik pun langsung terduduk. “Evan, ada sesuatu yang harus aku lakukan. Aku tutup teleponnya, bye!”Serena segera masuk ke dalam kamar mandi, dia tanpa berendam langsung membasuh tubuhnya di bawah shower. Serena berniat bersantai terlebih dahulu karena tadi Julian sempat mengatakan jika Kendrick paling awal pulang pukul tujuh. Sedangkan ini baru pukul lima sore. Serena segera bersiap menyambut Kend

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 9

    Kamar itu dipenuhi dengan hening yang berat saat Kendrick membuka pintu perlahan. Serena terlihat damai, tidur pulas dengan posisi tengkurap, kepala bersandar pada bantal putih yang tampak sedikit kusut karena gerak tidurnya yang tidak tenang. Sebuah senyuman kecil terukir di wajah Kendrick saat dia mengamati Serena yang tampak begitu polos dan tidak bersalah dalam tidurnya.Dia berjalan perlahan mendekati tempat tidur, menatap wajah Serena yang tenang. Kendrick merasa ada secercah kedamaian yang menyelimutinya hanya dengan melihat Serena tidur. Amarah yang hampir saja meledak tiba-tiba lenyap dengan menatap wajah Serena. Setelah beberapa saat berdiri mematung, dia berbalik perlahan, menuju ke walk-in closet untuk memilih setelan terbaiknya. Selama ini dia jarang sekali menghadiri makan malam yang diadakan oleh kakeknya. Namun, kali ini sepertinya dia harus hadir. Setelah kedatangan Evan yang melihat Serena, itu cukup mengusik ketenangannya. Kendrick berjalan keluar dari kamar deng

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 10

    “Sepertinya kabar yang aku dengar itu salah,” gumam Kendrick yang duduk di hadapan Calvin. Kendrick datang malam itu bukan hanya provokasi dari Evan tetapi dia juga ingin melihat keadaan Calvin karena dia mendengar jika pria yang usianya sudah tak muda lagi tengah sakit. “Jadi wanita mana yang akan kamu nikahi,” Calvin mengalihkan topik pembicaraan mereka membuat Kendrick berdecak. “Posisimu akan semakin kuat jika kamu menikah dan memiliki anak, Kendrick.” “Aku tidak membutuhkan wanita.” Terdengar helaan nafas dari Calvin, meskipun keduanya tampak tidak akrab dalam pembicaraan tersebut. Pada dasarnya, mereka saling mengkhawatirkan satu sama lain. “Aku harus segera pergi,” ucap Kendrick yang bangkit dari duduknya. “Tidak bisakah kamu tinggal di sini, Kendrick?” Perkataan sang kakek membuat langkah Kendrick tertentu. “Kamu pewaris Alonzo sudah seharusnya mansion utama ini milikmu.” “Apa Kakek kira aku miskin, hingga tidak dapat membeli mansion sendiri?” Setelah berkata, Ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 11

    Serena merapikan dokumen-dokumen terakhir di mejanya sambil melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul empat sore. Hari sudah mulai gelap, dan ia berniat segera pulang untuk menjenguk ibunya di rumah sakit. Tiba-tiba, langkahnya terhenti saat melihat Evan, atasannya, mendekat dengan senyum ramah."Serena, kamu sudah mau pulang?" tanya Evan sambil memperhatikan tumpukan berkas di meja Serena."Iya, Pak. Saya mau ke rumah sakit, menjenguk ibu," jawab Serena dengan nada hormat."Boleh saya temani? Saya bisa mengantar kamu ke sana," tawar Evan dengan nada yang tulus.Serena terdiam sejenak, merasa terjepit. "Terima kasih, Pak, tapi tidak usah. Saya bisa pergi sendiri," tolak Serena halus.Evan, yang tidak ingin menyerah begitu saja, mendekatkan diri. "Ayo, jangan sungkan. Lagipula, saya juga ingin menjenguk Ibu."Serena menggigit bibir, berusaha keras menjaga ketenangan. "Pak Evan, Ibu saya tidak tahu kalau saya sudah bercerai dengan Leo. Jika saya datang dengan laki-laki lain itu j

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 19

    Serena berjalan masuk ke dalam rawat inap, terlihat ibunya yang telah menunggu kedatangannya. Saat dia melihat ibunya, dia langsung berlari menuju ke arahnya dan memeluknya erat."Ibu, apa kabar?” .Wajah ibunya pucat, namun senyumnya menghangatkan ruangan itu. "Ibu semakin membaik, sayang.”Serena melepaskan pelukan dan memandang ibunya dengan khawatir. "Maafin Serena karena jarang menjenguk Ibu.’Ibunya menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak apa-apa, sayang. Ibu mengerti. Kamu harus fokus pada pekerjaan kamu. Ibu hanya ingin kamu bahagia dan sukses."Serena menganggukan kepalanya, “Hari ini aku sangat bahagia.” Raut wajah Serena berubah menjadi cerah. "Aku dipercaya menangani sebuah proyek besar di kantor. Aku sangat bahagia, tapi juga sedikit cemas."Lydia, yang terlihat lemah dan pucat, tersenyum dan mengambil tangan Serena. "Apa yang membuat kamu cemas, sayang?" Lydia bertanya, dengan suara yang lembut.Serena mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Aku takut tidak bisa menye

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 18

    Serena melangkah gontai memasuki ruangan kantor. Rasa canggung menghantui setiap langkahnya setelah kemarin ia absen tanpa pemberitahuan. Matanya menangkap tatapan sinis dari dua rekan kerjanya, Icha dan Miska, yang duduk di sampingnya. Senyuman paksa terukir di wajah Serena, mencoba mengabaikan atmosfer dingin yang tercipta.Icha memandang Serena dari atas ke bawah, seolah memeriksa kesalahan lain yang mungkin dilakukan oleh Serena. "Menyenangkan bisa tidak masuk tanpa kabar, ya?" sindir Icha dengan nada yang tajam dan mata yang tak lepas menatap Serena.Serena menelan ludah, merasakan ketegangan di ruangan itu semakin memuncak. "Maaf, kemarin aku tidak enak badan,” jawabnya, suaranya terdengar sedikit gemetar.“Kemarin aku tidak enak badan,” Miska menirukan Serena dengan nada mencemooh. "Kami disini bekerja keras, bukan main-main, Serena."Serena merasakan panas di pipinya, pertahanannya mulai goyah di bawah tekanan sinis dua rekan kerjanya. "Aku tahu, dan aku benar-benar minta maaf

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 17

    Kendrick menuju ke lantai tiga. Setibanya di depan kamar Serena, dia mendapati Nadia yang sedang berdiri di samping pintu. Nadia, yang merasakan kehadiran tuannya, langsung menundukkan kepala sebagai tanda hormat. Dengan isyarat tangan yang singkat, Kendrick meminta Nadia untuk meninggalkan lorong. Setelah Nadia menghilang dari pandangan, Kendrick membuka pintu kamar Serena dengan lembut.Serena yang tadinya duduk terpaku di tepi tempat tidurnya, terkejut saat mendengar suara pintu dibuka. Aroma parfum Kendrick langsung tercium di indra penciuman Serena, tapi kali ini Serena mencium aroma rokok. Dia bisa menebak jika Kendrick baru saja merokok. Kendrick langsung melangkah ke arahnya dia menarik Serena untuk mendekat, Kendrick langsung melumat bibir Serena. Kali ini Serena bisa merasakan lumatan itu cukup kasar seolah Kendrick tengah melampiaskan amarahnya hingga Serena memukul dada Kendrick karena dia kehabisan nafas. Nafas Serena tersenggal-senggal, dia tanpa sadar meremas lengan K

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 16

    Serena terbangun dari tidurnya ketika merasakan tangan kekar melingkar di perutnya. Dengan mata yang masih setengah tertutup, dia menoleh untuk memastikan dan benar saja, itu adalah Kendrick yang sedang tidur di sampingnya. Keterkejutan memicu detak jantungnya berpacu lebih cepat. Tubuhnya yang awalnya santai sekarang tegang, rasa tak nyaman memenuhi pikirannya. Dia berusaha bergerak perlahan agar tidak membangunkan Kendrick, tetapi semakin dia bergerak, semakin erat juga pelukan Kendrick. Akhirnya, dengan nafas yang tertahan, Serena berbalik menghadap Kendrick dan menatapnya dengan tatapan yang penuh pertanyaan. Kendrick yang merasakan pergerakan itu, perlahan membuka matanya. “Kenapa kamu terkejut melihatku?” Suara Kendrick menyadarkan Serena dari lamunannya. “Maaf Tuan, itu karena Anda mengatakan akan pergi dua hari dan sekarang baru satu hari,” jelas Serena agar Kendrick tidak marah karena salah paham. “Aku sangat lelah, setelah menyelesaikan semuanya aku bergegas pulang agar

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 15

    Serena menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu ruang kerjanya, memaksa senyum yang paling meyakinkan di wajahnya. Matanya yang sembab menandakan bahwa ia baru saja melewati badai emosi, namun dia berusaha keras agar tidak ada yang menyadarinya. Memasuki ruangan, dia langsung mengambil tempat di meja kerjanya, menatap layar komputer dengan fokus yang tampak terpaksa.Miska dan Icha, yang duduk di sebelahnya, saling pandang. Mereka berdua bisa melihat raut wajah Serena yang berusaha menyembunyikan kesedihannya.Serena mengetik dengan cepat, dokumen-dokumen di layarnya berganti dengan laju. Sesekali, dia menghela napas, memejamkan mata sejenak seolah mencoba mengusir bayang-bayang kesedihan yang masih menggelayut di benaknya. Dia kemudian melanjutkan pekerjaannya, mencoba menenggelamkan perasaan pribadinya dalam tumpukan tugas yang harus diselesaikan.“Serena,” panggil Evan yang tiba-tiba menghampirinya. “Iya Pak Evan, ada yang bisa saya ban

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 14

    Kendrick, yang duduk di dalam mobilnya, memperhatikan layar macbook yang menampilkan gambar Serena. Serena terlihat sibuk dengan tumpukan dokumen di mejanya. Rambutnya yang panjang terikat rapi, memperlihatkan wajah serius yang sesekali mengernyitkan dahi. Kamera CCTV yang terpasang di sudut ruangan itu menangkap setiap gerakan Serena dengan detail. “Sepertinya hari ini Pak Kendrick tidak datang,” gumam Icha. “Aku dengar dari Bu Sandra beliau di Australia dua hari,” saut Miska. Serena hanya mendengarkan obrolan rekan kerjanya itu tanpa ingin ikut bergabung. Lagipula disana Serena seakan tidak dianggap oleh mereka, kedua rekannya itu masih tidak menyukai Serena karena Serena yang cukup dekat dengan Evan. Padahal di kantor Serena sebisa mungkin bersikap profesional. Dia pun mulai menjaga jarak dengan Evan agar tidak ada kesalahpahaman yang membuat dia kesulitan di kantor. Bukan maksud menjadi kacang lupa kulit, tapi kedekatan dia dan Evan memang akan membuat masalah. Selain masalah

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 13

    “Pertemuan diajukan pagi," kata Kendrick ketika mematikan sambungan telepon. Mereka baru saja makan malam dan jam menunjukkan pukul satu pagi. “Jadi, Anda akan pergi sekarang juga?” tanya Serena. Kendrick menganggukkan kepalanya. Serena cekatan memilihkan beberapa kemeja dan dasi yang cocok, serta setelan jas yang rapi. Dia menyusun semuanya di atas tempat tidur, kemudian mulai melipat dengan hati-hati. "Berapa hari Anda disana?" tanya Serena, sambil memasukkan pakaian ke dalam koper."Dua hari," jawabnya, fokus pada ponsel yang terus berdering dengan notifikasi email.“Tuan,” panggil Serena ketika dia selesai menata pakaian Kendrick. Serena berjalan ke arah Kendrick membuat Kendrick memasukan ponselnya ke dalam saku. Kendrick menatap ke arah Serena seolah bertanya kenapa. “Bolehkah saya besok menginap di rumah sakit?” tanya Serena dengan hati-hati. Tatapan Kendrick terlihat menajam membuat bibir Serena terkatup dengan rapat. “Hanya satu malam,” sambung Serena dengan suara yang be

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 12

    “Ayo pulang," ucapnya dengan nada dingin yang biasa. Tanpa menunggu jawaban, Kendrick langsung berbalik dan berjalan menuju ke arah parkiran.Serena, yang masih terkejut dengan kedatangan Kendrick, bergegas mengikuti pria itu. Hatinya dipenuhi tanda tanya yang tidak terjawab. Mereka berjalan berdampingan dalam diam, langkah kaki mereka terdengar sinkron di lorong rumah sakit yang semakin sepi.Sesampainya di parkiran, Kendrick berjalan menuju mobilnya. Dengan gerakan yang terlihat manis namun masih menyisakan kesan cuek, ia membukakan pintu mobil untuk Serena. "Masuk," katanya singkat, tanpa melihat mata Serena.Serena, masih dalam kebingungan, perlahan masuk ke dalam mobil. Ia menoleh sejenak, mencoba membaca ekspresi Kendrick yang kini tersembunyi di balik kemudi.“Maaf Tuan jika saya terlalu lama di rumah sakit,” ucap Serena memecahkan keheningan. “Besok aku harus pergi,” tutur Kendrick tiba-tiba membuat Serena menoleh menatap pria itu. “Tetap pulang tepat waktu, jangan berpikir

  • Terjerat Hasrat dan Obsesi Tuan Kendrick   Bab 11

    Serena merapikan dokumen-dokumen terakhir di mejanya sambil melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul empat sore. Hari sudah mulai gelap, dan ia berniat segera pulang untuk menjenguk ibunya di rumah sakit. Tiba-tiba, langkahnya terhenti saat melihat Evan, atasannya, mendekat dengan senyum ramah."Serena, kamu sudah mau pulang?" tanya Evan sambil memperhatikan tumpukan berkas di meja Serena."Iya, Pak. Saya mau ke rumah sakit, menjenguk ibu," jawab Serena dengan nada hormat."Boleh saya temani? Saya bisa mengantar kamu ke sana," tawar Evan dengan nada yang tulus.Serena terdiam sejenak, merasa terjepit. "Terima kasih, Pak, tapi tidak usah. Saya bisa pergi sendiri," tolak Serena halus.Evan, yang tidak ingin menyerah begitu saja, mendekatkan diri. "Ayo, jangan sungkan. Lagipula, saya juga ingin menjenguk Ibu."Serena menggigit bibir, berusaha keras menjaga ketenangan. "Pak Evan, Ibu saya tidak tahu kalau saya sudah bercerai dengan Leo. Jika saya datang dengan laki-laki lain itu j

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status