"Hey bisa gak berhenti klakson berisik tau." teriak Sintia di atas motor.
"Saya lagi terburu-buru," jawab Arseno dari dalam mobil.Sintia merasa kesal dengan suara tersebut lalu memutuskan untuk turun dari sepedah."Kesempatan nih sudah lama aku gak marah-marah,udah pikiran banyak di tambah lagi suara bising lengkap sudah." gumamnya dalam hati jengkel.Sintia pun melangkahkan kakinya ke arah mobil Arseno dengan nafas naik turun.Mobil sedan dengan warna hitam dengan nomor plat yang cantik, menandakan sang pemiliknya bukan orang sembarangan."Keluar kamu, kamu kira hanya kamu saja yang terburu-buru?" tanya Sintia sambil mengetuk kaca mobil .Sintia mengeluarkan sumpah serapah kepada Arseno sang pengendara mobil.Arseno pun membuka kaca mobilnya,Melihat Sintia yang marah-marah di jalan, menjadinya pusat perhatian para pengguna jalan lainnya yang tengah terjebak kemacetan.Jalanan lagi macet di karena ada sebuah kecelakaan lalu lintas di tengah jam sibuk. Kecelakan tersebut membuat kemacetan panjang.Melihat Sintia marah, ada segelintir orang yang memanfaatkan kejadian tersebut dengan mengambil video dan mengunggahnya ke laman media sosial.Disisi lain polisi berusaha mengurai kemacetan dengan mengalihkan arus lalu lintas.Sedangkan di tempat itu Arseno menatap tajam tanpa sepatah kata pun ke Sintia.Sintia terkejut ternyata pengendara mobil itu sudah sedikit tua, namun tingkahnya seperti anak muda yang keren serta memakai baju yang sedikit fashionable.dua pengendara itu yang sedang emosi sama-sama salah yang satu kurang sabar, yang satu lagi gampang emosi seperti itu lah gambarannya.Tak terasa jalanan normal kembali. Arseno yang menyadari itu hendak melajukan mobilnya.Sintia yang menyadari jalanan sudah normal dia melangkahkan kakinya untuk mengambil sepedanya yang terparkir di bahu jalan."Dasar orang sombong mentang-mentang kaya." teriaknya sambil menepikan sepedanya.Di dalam mobil Arseno tersenyum sinis. Dia meluapkan emosinya dengan menekan klakson berulang kali sehingga Sintia bertambah kesal.Arseno pun melajukan mobilnya dengan keadaan kesal. Kejadian tadi membuatnya malu karena dia jadi pusat perhatian, bahkan ada orang yang memvideokan dirinya tanpa seizinnya."Dasar perempuan kampungan." gumamnya dalam hati.Arseno melihat jam yang ada di tangan kanannya. Jam yang berwarna hitam elegan nan mewah."Huu kurang 10 menit, jika aku telat bisa bahaya."setelah beberapa menit kemudian sampailah Arseno di kantor. Kantor yang sangat luas, rapi dan bersih serta begitu banyak karyawan bekerja di bawah naungan keluarganya."Selamat pagi pak," sapa karyawannya dengan tersenyum.Arseno pun hanya mengangguk tak menjawab. Dia berjalan dengan gagahnya menunjukan tampang yang identik tegas. Arseno pun jarang terlihat bicara, dia akan banyak bicara ketika rapat saja, selain dari itu dia akan diam.Meskipun Arseno bersifat Angkuh tapi dia mendedikasikan dirinya kepada kantor tersebut. Baginya banyak beban yang harus dia pikul untuk kesejahteraan karyawannya.Arseno pun melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruang kerjanya.Ruangan yang lumayan nyaman dengan dihiasi lukisan gunung di dindingnya.Seperti biasanya Arseno mulai mengerjakan beberapa tugasnya.Tok tok tok (suara mengetuk pintu)."Masuk," ujar Arseno dari dalam."Selamat siang pak Arseno, rapat dilaksanakan 5 menit lagi di ruangan rapat no 1 depan." ujar karyawannya.Arseno pun menganggukan kepalanya sebagai tanda mengerti.Karyawan tersebut melangkahkan kakinya keluar dan Arseno mulai menyiapkan beberapa lembar kertas yang akan dibawanya.Arseno pun keluar dari ruangannya, dia berjalan dengan sedikit tergesa-gesa sambil merapikan jasnya.Dia berjalan dengan langkah tegap dan dengan wajah yang angkuh. Dia mengira kalau dirinya hebat dia merasa kecerdasannya tiada yang menandinginya apalagi ditambah dia adalah anak pemilik perusahan tersebut.Arseno berjalan menuju lobby dengan melihat smartphonenya yang canggih dengan keluaran terbaru."Ahhhhh," teriak terkejut Sintia yang terpental hampir terjatuh bertabrakan dengan Arseno yang sedang menatap layar ponselnya itu.Sintia mendongakan kepalanya keatas, betapa terkejutnya ketika dia menabrak seorang yang sedang berjalan keluar. Seorang yang berpakaian rapi dengan setelan jas hitam dan bersepatu hitam mengkilap."Maaf, maafin saya, saya tidak sengaja," ujar Sintia dengan terbata-bata dengan nafas yang ngos-ngosan.Arseno hanya menatapnya dan memasukan smartphonenya kedalam saku celana dengan wajah yang sedikit angkuh.Sintia hanya menundukan kepalanya tanpa berani menatapnya, "Mohon maaf saya pergi dulu, sekali lagi saya minta maaf." lanjut Sintia.Sintia melangkahkan kakinya dengan sedikit berlari melewati Arseno yang tengah berdiri mematung dengan nafasnya naik turun ngos-ngosan. "Berhenti," sahut Arseno.Sintia pun tersentak kaget dia pun menghentikan langkahnya."Hadehh mimpi apa aku semalam bisa bertemu dengan laki-laki kaya yang angkuh nan sombong." gumamnya dalam hati.Sintia pun membalikkan badannya dan membalas tatapan tajam Arseno."Ngapain kamu kesini ini bukan tempatmu." ujar Arseno merendahkan Sintia.Arseno pun kembali menatap Sintia kali ini dia menatap Sintia dari atas ke bawah seperti tatapan yang jijik."Kamu kesini pakai baju yang sudah luntur, sepatu juga buluk, dan wajahmu kusam pula." lanjut hina Arseno.Sintia memajukan 1 kali langkahnya mendekati Arseno."Terserah aku mau kemana bukan urusanmu laki-laki sombong." tukas Sintia dengan nada tegas dengan menatap tajam Arseno.Sintia tak mengetahui jika Arseno adalah anak seorang pemilik perusahan yang terkenal di negeri ini.Arseno pun tersenyum sinis melihat tingkah Sintia yang tak mengetahui siapa dirinya.Arseno memalingkan pandangannya. "Ngapain aku meladeni perempuan gila," gumamnya dalam hati sambil merapikan jasnya. Arseno langsung pergi meninggalkan Sintia yang berdiri dengan mata melotot."Kutandai mukamu," ujar Arseno sambil menunjukan jari telunjuk ke wajah Sintia.Sintia pun tak menggubris dengan apa yang diucapkan Arseno, Sintia langsung berlari menuju lift."Maaf permisi, saya terburu-buru," ucap Sintia sambil masuk lift.Semua orang dalam lift menatapnya dengan keheranan, mereka melihat Sintia yang berjalan setengah berlari sehingga di keningnya keluarlah butiran-butiran kecil keringat yang menetes.Sampailah di lantai 11, Sintia melangkahkan kakinya menuju ruang pak Yandi, orang yang menghubunginya lewat telepon.Sintia bertanya kepada salah satu karyawan dan karyawan itu memberi tahu ruangan pak Yandi. Sintia langsung melangkahkan kakinya menuju ruang yang dituju, banyak ruang di lantai tersebut, namun di setiap ruang ada nama di setiap pintunya untuk memudahkan dalam mencarinya. "Suyandi," ucapnya dalam hati melihat ruangan yang bertulis nama suyandi.Sintia merapikan bajunya dan rambutnya yang sedikit berantakan.Lalu Sinta mengusap butiran keringat dengan punggung tangannya.Setelah Sintia siap, Sintia pun langsung masuk dan memulai interview dengan pak Yandi.Setelah beberapa lama akhirnya Sintia di terima kerja di kantor tersebut.Saat Sintia di ruang pak Yandi tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menabraknya masuk ke ruangan pak Yandi.Betapa terkejutnya laki-laki itu yang bernama Arseno itu."Kamu lagi, wanita kucel." hina Arseno dengan menyipitkan matanya.Sintia yang tengah duduk di kursi meja kerja pak Yandi hanya bisa terdiam mendengar hinaan yang terlontar dari mulut laki-laki paruh baya itu."Silahkan duduk pak," sahut pak Yandi yang mempersilahkan Arseno.Arseno pun enggan untuk duduk, " Tidak pak, tolong ke ruang saya secepatnya ada hal yang ingin aku sampaikan." ujar Arseno sambil melangkah keluar ruangan pak Yandi sambil matanya melirik Sintia yang tengah duduk.Arseno pun pergi dari ruangan pak Yandi, Pak Yandi pun meneruskan pembicaraan dengan sintia yang sempat terhenti karena kedatangan Arseno."Ya selamat ya kamu diterima kerja di sini, kamu akan di training selama 3 bulan dulu, nanti kalau kerjamu bagus kamu akan diperpanjang."ujar pak Yandi.Pak Yandi yang sedari tadi berbicara tentang masalah pekerjaan, kali ini dia bertanya perihal atasannya yang tiba-tiba menghinanya.Sinta yang mendengar pertanyaan pak Yandi, dia mendengus kesal. "Dia itu pak yang mau menabrak ku di jalan, dan dia juga yang menabrak ku di lobby."Ja
Bu Asri hanya terdiam tak menjawab sepatah kata pun dengan apa yang ditanyakan Sintia.Dia hanya berdiri di depan pintu sambil menyilang kedua tangannya.Sintia terus memohon dan bersujud di kaki ibu Asri, tapi Bu asri tetap tak bergeming. "Sekarang kamu secepatnya enyah dari sini, aku sudah muak dengan wajah mu." ujar Bu asri kesal.Sintia menangis, "Bu jawab pertanyaan ku kenapa ibu mengusirku?" tanya kembali Sintia yang tak puas dengan apa yang di ucapkan oleh ibu tirinya itu.Bu asri menjelaskan jika dirinya sudah muak dengan sikap Sintia yang tak pernah membantu ekonominya selama ini, "Jadi buat apa aku harus merawatmu, kamu sama sekali tidak menghasilkan apa pun." jawab ketus Bu Asri.Bu Asri semakin kesal dengan wajah Sintia yang mengis memohon di depannya, lalu Bu asri mendorong Sintia sampai jatuh ke tanah dan Bu asri membalikan badannya dan melangkah masuk ke dalam rumah, Bu Asri mengunci rumah dari dalam supaya Sintia tidak bisa lagi masuk rumahnya.Sintia yang sedang terj
Mendengar cerita Sintia oma Ratih pun menangis sesegukan, oma Ratih merasakan beban yang diderita Sintia ya begitu berat."Ya sudah sebagai rasa terimakasih oma karena kamu telah menyelamatkan oma, kamu harus bersedia tinggal di rumah oma sementara waktu, nanti kalau kamu kerja sudah punya uang kamu bisa menyewa rumah,"Sintia pun terkejut dengan apa yang oma Ratih ucapkan.Sintia pun tak bisa menahan air matanya,"Terimakasih nek, nenek sudah bersedia menolongku,"Sintia berpelukan dengan oma Ratih sambil menangis, Sintia kehilangan cinta seorang ibu, namun dengan pelukan hangat itu menjadikan Sintia seperti menemukan sosok ibu yang telah lama meninggalkannya."Oh ya sebentar lagi ada anak oma kesini mau menjenguk mu dan oma pulang dulu ya kaki oma rasanya sakit, untuk sementara waktu kamu malam ini ditemani anak oma ya?"Sintia menganggukan kepalanya, dan oma mengusap wajah Sintia dengan tisu basah supaya terasa lebih segar dan membubuhkan bedak tipis-tipis."Sintia kamu cantik yaa,
Setelah menekan tombol tak lama 2 perawat dan seorang dokter datang dan memeriksa Sintia secara seksama.Sedangkan Arseno berdiri dengan cemas di samping ranjang pasien."Tolong, jangan membuat pasien berpikir terlalu keras karena kondisinya belum stabil, dan saya sudah memberi obat pereda panas,"Dokter itu memeriksa mata Sintia dan menyuntikan obat di infusnya."Terimakasih dok,"Dokter paruh baya itu tersenyum mengangguk, Arseno pun mengantar dokter keluar ruangan dengan ramah.Setelah dokter keluar dari kamar rawat Sintia, seraya Arseno berjalan dekat ranjang Sintia dan menyentuh telapak tangannya."Ohh iya panas," gumam Arseno yang sekarang hatinya mulai percaya jika wanita yang bernama Sintia itu tidaklah seperti yang di pikirkan.Arseno pun segera memperbaiki selimut Sintia. Dan Arseno kembali duduk, Arseno tidak bisa memejamkan matanya padahal ini malam sudah larut.Setelah selesai Arseno duduk di sofa yang berada tak jauh di ranjang tempat tidur rumah sakit. "Jika mama tau bi
Arseno adalah seorang pengusaha yang mewarisi usaha milik keluarganya dia juga ikut menyumbang atas kejayaan perusahaannya sampai menuju puncak kesuksesan sampai saat ini.Perusahan yang bergerak di bidang pangan itu telah mengeluarkan banyak produk yang menguasai pasar.Arseno sudah berani membuat sebuah keputusan untuk menekan harga di pasar supaya bisa lebih terjangkau di semua kalangan terutama kalangan menengah kebawah.Perusahan milik keluarga Arseno adalah perusahan terbesar di seantero negeri.Perusahannya juga ikut andil dalam bakti sosial untuk negeri ini, terbukti dia sering memberi bantuan jika terjadi sebuah bencana di negeri ini dengan mengirim produknya kepada mereka yang membutuhkan, di samping membantu itu juga adalah sebuah trik marketing yang di gagasannya.Perusahan milik Arseno juga memberi beasiswa kepada para pelajar yang berprestasi sebagai baktinya kepada anak negeri.Namun sayang di karirnya yang melesat tinggi dia tak kunjung menikah, padahal banyak wanita y
"Sudahlah jangan di teruskan lagi, aku tak ingin di jodohkan. Aku bisa mencari sendiri." jawab Arseno kepada Tiara.Tiara pun tertawa mendengar apa yang di katakan Arseno. "Emang wanita seperti apa yang kamu cari, hey Arseno kamu sudah tua saatnya kamu menikah. Lihatlah mama yang usianya sudah menginjak 60 tahun dia butuh cucu dari kamu." ujar Tiara sambil mendekati Arseno.Arseno tak menghiraukan apa yang di katakan kakak tirinya itu, dia berdiri sambil menatap jam tangannya yang terpasang di tangan kanannya. "Ya sudah aku mau berangkat dulu." seru Arseno.Arseno pun pergi meninggalkan Tiara dan mamanya, dia sudah tak peduli dengan apa yang di katakan kakak perempuannya itu, bagi dirinya yang terpenting sekarang adalah bekerja. "Hey Arseno, aku belum selesai bicara." teriak Tiara kepada Arseno.Arseno pun tak menghiraukan Tiara, dia tetap melangkahkan kakinya untuk segera berangkat bekerja."Jika memang aku masih ada jodoh, suatu saat akan datang kepada ku dengan sendirinya tanpa di
"Apa yang terjadi?" tanya Arseno dengan membulatkan matanya.Asistentnya bercerita jika perusahan di gugat karena di tuduh plagiat oleh perusahan pangan lainnya,"Nama perusahannya apa?" tanya Arseno kembali yang ingin mengetahui siapakah gerangan yang ingin mengajaknya perang.Asisten Arseno menceritakan bahwa yang menggugat perusahannya adalah foodgood.perusahan pangan yang baru berdiri di negeri ini dan umurnya masih terbilang sangat muda. Perusahan itu didirikan oleh seorang penghianat yang merebut kekuasaan orang lain."Oh dia," ujarnya lirih di balik telepon.Arseno mengangguk-nganggukan kepalanya dan menyuruh asistentnya untuk segera menemui dirinya di ruangannya."Siap pak." jawab sang asistent dengan sigap.Arseno pun menutup panggilan teleponnya dan meletakkannya kembali di tempatnya .Arseno menghembuskan nafas panjangnya dan dia tersenyum di sudut bibirnya, "Benar-benar gila orang itu." ucapnya sambil tersenyum tipis dan sinis.Arseno masih tak percaya dengan yang di deng
Mendengar apa yang di katakan oleh Arseno, seorang laki-laki yang berumur menginjak 40 tahun itu membuat Sintia tersenyum kecut.Bagaimana mungkin dirinya di remehkan oleh pemilik perusahan tempatnya akan memulai bekerja.Sintia hanya tersenyum mengangguk di hadapan Arseno meskipun hatinya sangat kesal dengan sikapnya."Baik pak, saya akan berusaha semaksimal mungkin." jawab Sintia.Mendengar jawaban Sintia membuat Arseno tertawa lagi, kali ini dia tertawa sampai terbatuk-batuk.Lalu Arseno menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa membuat Sintia yang melihatnya sedikit bingung."Jawabanmu itu adalah sebuah jawaban klasik para karyawan di perusahan saya." ujar Arseno kepada sintia.Arseno mengatakan kepada Sintia kalau dirinya belum menemukan hal spesifik di dalam dirinya yang membuat Arseno belum percaya akan kemampuannya dalam bekerja apalagi Sintia terbilang baru saja lulus dunia pendidikan pasti pengalamanya hanya secuil bagi Arseno.Arseno pun menggebrak meja, "Terserah lah