Setelah menekan tombol tak lama 2 perawat dan seorang dokter datang dan memeriksa Sintia secara seksama.
Sedangkan Arseno berdiri dengan cemas di samping ranjang pasien."Tolong, jangan membuat pasien berpikir terlalu keras karena kondisinya belum stabil, dan saya sudah memberi obat pereda panas,"Dokter itu memeriksa mata Sintia dan menyuntikan obat di infusnya."Terimakasih dok,"Dokter paruh baya itu tersenyum mengangguk, Arseno pun mengantar dokter keluar ruangan dengan ramah.Setelah dokter keluar dari kamar rawat Sintia, seraya Arseno berjalan dekat ranjang Sintia dan menyentuh telapak tangannya."Ohh iya panas," gumam Arseno yang sekarang hatinya mulai percaya jika wanita yang bernama Sintia itu tidaklah seperti yang di pikirkan.Arseno pun segera memperbaiki selimut Sintia. Dan Arseno kembali duduk, Arseno tidak bisa memejamkan matanya padahal ini malam sudah larut.Setelah selesai Arseno duduk di sofa yang berada tak jauh di ranjang tempat tidur rumah sakit. "Jika mama tau bisa mati aku," gumamnya dalam hatinya.Arseno meremas kepalanya dengan kasar dan mengusap-usap wajahnya, Arseno takut jika mamanya benar-benar marah kepada dirinya.Tak terasa mulut Arseno menguap tanda kantuk mulai menyerangnya. Dia melepaskan jas yang melekat pada tubuhnya dan melepas sepatu lalu merebahkan badannya di sofa.Tepat pukul 3 pagi Sintia mengigau membuat Arseno terbangun.Sintia mengigau ibu tirinya yang bernama Asri, dia memohon kepada ibu tirinya untuk tidak mengusir dari rumah.Arseno mendekati ranjang Sintia dan menyentuh dahinya."Ya tuhan suhu badannya kok tetap panas ya," ujar Arseno yang memegang dahi Sintia.Arseno pun segera menghubungi dokter, karena kondisi Sintia tidak stabil.Tepat pukul 7 pagi Sintia sudah sadar diri namun suhu badannya masih sedikit panas."Ini makan," ujar Arseno sambil memberi sepiring nasi makanan dari rumah sakit.Sintia pun berusaha untuk mengangkat kepalanya untuk duduk, sayang semakin dia berusaha mengangkat kepalanya maka rasa sakit itu semakin menyerangnya.Arseno pun yang melihat Sintia kesakitan, dia berjongkok di dekat ranjang Sintia dan mengatur posisi ranjang menjadi kepalanya lebih tinggi."Terimakasih," ujar Sintia.Sintia pun mulai makan dengan lahap, Sintia ingin segera sembuh dan pergi dari rumah sakit.Sintia berpikir jika terlalu lama di rumah sakit maka akan menghabiskan biaya semakin banyak.Arseno yang melihat Sintia makan begitu lahap menjadi sedikit ilfil."Perempuan makannya kok seperti preman," ujarnya dalam hati.Arseno pun duduk di sofa dan memainkan smartphonenya.Arseno merasa perutnya mulai sedikit lapar, dia ingin memesan makanan online, namun ada mamanya Ratih yang tiba-tiba menelpon dirinya."Arseno, mama mau ke rumah sakit, kamu gak usah beli makanan di luar mama bawain dari rumah," ujar bu Ratih dan dengan mematikan teleponnya sepihak.Arseno pun kembali sedikit kesal dengan sikap mamanya."Harus ya mematikan telepon secara sepihak," gumam Arseno mendengus kesal.Arseno menghembuskan nafas panjangnya dan dia kembali memainkan smartphonenya. Dia melihat video tentang motivasi para pebisnis handal.Sedangkan Sintia hanya diam tanpa bicara."Oh ini orang yang angkuh kemarin, setiap ketemu dia bawaannya apes mulu," gumam Sintia .Tanpa terasa ibu Ratih mamanya Arseno yang dipanggil Oma oleh Sintia datang dengan membawa banyak makanan dari rumah."Hallo nak, selamat pagi. Sudah makan?" tanya bu Ratih dengan mengelus kepala Sintia."Sudah nek,"Arseno pun sudah tidak peduli lagi dengan Sintia, dia hanya memikirkan makan.Arseno makan dengan sangat nikmati meskipun makannya di rumah sakit yang notabenenya bau obat.Bu Ratih pun menyahut kotak makanan yang akan dibuka Arseno."Siapa suruh kamu buka kotak biru itu?"Arseno pun mengerutkan dahinya, dia gak mengerti apa maksud mamanya.Bu Ratih pun menyahut kotak itu dan berjalan ke ranjang tempat tidur Sintia dan memberikan ke Sintia."Ini sayang buat kamu, ini itu isinya salad buah. Itu sangat bagus buat mu," jabar oma Ratih dengan membuka kotak tersebut."Makasih banyak ya nek,""Jangan panggil aku nenek, panggil oma. Paham," jawab oma Ratih.Sintia pun tersenyum dan mengangguk tanda dia menyetujui panggilan tersebut.Oma Ratih pun menyuapi Sintia dengan penuh kasih sayang.Arseno yang melihat mamanya merasa kurang senang."terlalu berlebihan sekali." gumam Arseno.Arseno pun berdiri dan melangkahkan kakinya mendekati mamanya yang duduk di dekat ranjang Sintia."Mama aku pamit, aku mau pulang tidur, sebagai gantinya aku tidak pergi ke kantor aku mau tidur di kamar seharian, jangan ganggu aku lagi."Arseno pun berjalan melangkahkan kakinya keluar dari kamar rawat Sintia dengan sedikit angkuh dan cuek.Bu Ratih memperhatikan mata Sintia yang melihat kepergian Arseno."Itu anakku, dia wataknya seperti itu sangat menyebalkan, jika ada perkataannya yang pedas jangan di masukin kedalam hati ya Sintia."Sintia pun bercerita awal mulanya ketemu Arseno, oma Ratih pun mendengarkan secara seksama dan dengan sedikit tersenyum."Maaf oma menurutku Arseno itu sedikit angkuh,"Oma pun hanya mengangguk, oma juga menyadari tingkah Arseno.Oma berpikir ingin suatu hari memberi sebuah pelajaran kepada anaknya supaya bisa lebih menghargai orang lain.Sesampai rumah Arseno langsung melangkahkan kakinya untuk segera masuk ke dalam, namun langkahnya terhenti kala dia dipanggil oleh kakak perempuannya."Arseno sini," sahut Tiara yang tengah duduk di sofa dengan melambaikan tangan.Tiara adalah kakak perempuan Arseno, di berumur 45 tahun selisih 5 tahun dari Arseno. Dia adalah wanita yang modis dan memiliki karir yang cemerlang, itu juga alasan bagi dia enggan menikah dengan laki-laki yang berada di level di bawahnya. Dia juga memiliki selera yang tinggi terhadap lawan jenis, itu sebabnya sampai sekarang di belum menikah.Arseno pun melangkahkan kakinya mendekati kakak perempuannya yang tengah duduk."Apa?"Tiara menyuruh Arseno untuk duduk di dekatnya dan bertanya siapa gerangan orang yang menolong mamanya."Yang menolong mama adalah seorang wanita muda dia juga kemarin yang melamar pekerjaan di kantor," jabar Arseno.Tiara pun menganggukkan kepalanya sebagai bentuk bahwa dia mengerti dan paham."Apa dia memintamu uang?" tanya Tiara penasaranArseno pun menatap dengan memicingkan matanya.Arseno penasaran dengan pertanyaan kakak perempuannya yang terkesan menyepelekan orang lain"Tidak, tadi malam kondisinya agak menurun,"Mendengar jawaban Arseno, Tiara mulai menurunkan rasa curiganya terhadap Sintia."Ya sudah, aku mau ke kamar dulu mau tidur aku lelah." ujar Arseno pamit dan beranjak dari duduknya.Namun langkah Arseno terhenti kembali Tiara memanggil kembali."Oh ya Arseno lusa Fifian mau datang dia ingin bertemu denganmu, jika perjodohan ini berhasil maka usaha 2 keluarga semakin kuat. Siapkan dirimu." ujar bu Tiara .Arseno pun membalikkan badannya dan mendekati kakak perempuannya."Aku belum siap, aku tidak mau menikah dini aku masih mengejar karir ku dulu. Lagian aku tidak tertarik dengan Fifian." jabar Arseno.Tiara pun menatap tajam Arseno dengan penuh api-api."Tutup mulutmu, apa yang jadi perintahku harus kamu laksanakan, ini semua demi kebaikan mu."Arseno pun pergi tanpa sepatah katapun yang terucap dari mulutnya.Arseno merasa kesal dengan saudara perempuannya, dia merasa hidupnya penuh tekanan tidak ada kebebasan yang ingin Arseno rasakan.Dari kecil hidup Arseno penuh aturan, dari mulai belajar sampai bermain pun diatur.Dari kecil Arseno suka bermain gitar tapi dia diharuskan untuk ikut les piano, itu salah satu contoh aturan kecil yang harus dia lakukan.Arseno duduk sambil memandangi langit pagi yang cerah, mata yang semula merasa kantuk berat seketika menjadi sadar."Arhgghhhhh, aku gak suka dijodohkan dengan Fifian, perempuan manja kekanak-kanakan," gumamnya dalam hati sambil memejamkan matanya."Diam kamu Arseno, tutup mulut mu." sanggah Tiara.Arseno adalah seorang pengusaha yang mewarisi usaha milik keluarganya dia juga ikut menyumbang atas kejayaan perusahaannya sampai menuju puncak kesuksesan sampai saat ini.Perusahan yang bergerak di bidang pangan itu telah mengeluarkan banyak produk yang menguasai pasar.Arseno sudah berani membuat sebuah keputusan untuk menekan harga di pasar supaya bisa lebih terjangkau di semua kalangan terutama kalangan menengah kebawah.Perusahan milik keluarga Arseno adalah perusahan terbesar di seantero negeri.Perusahannya juga ikut andil dalam bakti sosial untuk negeri ini, terbukti dia sering memberi bantuan jika terjadi sebuah bencana di negeri ini dengan mengirim produknya kepada mereka yang membutuhkan, di samping membantu itu juga adalah sebuah trik marketing yang di gagasannya.Perusahan milik Arseno juga memberi beasiswa kepada para pelajar yang berprestasi sebagai baktinya kepada anak negeri.Namun sayang di karirnya yang melesat tinggi dia tak kunjung menikah, padahal banyak wanita y
"Sudahlah jangan di teruskan lagi, aku tak ingin di jodohkan. Aku bisa mencari sendiri." jawab Arseno kepada Tiara.Tiara pun tertawa mendengar apa yang di katakan Arseno. "Emang wanita seperti apa yang kamu cari, hey Arseno kamu sudah tua saatnya kamu menikah. Lihatlah mama yang usianya sudah menginjak 60 tahun dia butuh cucu dari kamu." ujar Tiara sambil mendekati Arseno.Arseno tak menghiraukan apa yang di katakan kakak tirinya itu, dia berdiri sambil menatap jam tangannya yang terpasang di tangan kanannya. "Ya sudah aku mau berangkat dulu." seru Arseno.Arseno pun pergi meninggalkan Tiara dan mamanya, dia sudah tak peduli dengan apa yang di katakan kakak perempuannya itu, bagi dirinya yang terpenting sekarang adalah bekerja. "Hey Arseno, aku belum selesai bicara." teriak Tiara kepada Arseno.Arseno pun tak menghiraukan Tiara, dia tetap melangkahkan kakinya untuk segera berangkat bekerja."Jika memang aku masih ada jodoh, suatu saat akan datang kepada ku dengan sendirinya tanpa di
"Apa yang terjadi?" tanya Arseno dengan membulatkan matanya.Asistentnya bercerita jika perusahan di gugat karena di tuduh plagiat oleh perusahan pangan lainnya,"Nama perusahannya apa?" tanya Arseno kembali yang ingin mengetahui siapakah gerangan yang ingin mengajaknya perang.Asisten Arseno menceritakan bahwa yang menggugat perusahannya adalah foodgood.perusahan pangan yang baru berdiri di negeri ini dan umurnya masih terbilang sangat muda. Perusahan itu didirikan oleh seorang penghianat yang merebut kekuasaan orang lain."Oh dia," ujarnya lirih di balik telepon.Arseno mengangguk-nganggukan kepalanya dan menyuruh asistentnya untuk segera menemui dirinya di ruangannya."Siap pak." jawab sang asistent dengan sigap.Arseno pun menutup panggilan teleponnya dan meletakkannya kembali di tempatnya .Arseno menghembuskan nafas panjangnya dan dia tersenyum di sudut bibirnya, "Benar-benar gila orang itu." ucapnya sambil tersenyum tipis dan sinis.Arseno masih tak percaya dengan yang di deng
Mendengar apa yang di katakan oleh Arseno, seorang laki-laki yang berumur menginjak 40 tahun itu membuat Sintia tersenyum kecut.Bagaimana mungkin dirinya di remehkan oleh pemilik perusahan tempatnya akan memulai bekerja.Sintia hanya tersenyum mengangguk di hadapan Arseno meskipun hatinya sangat kesal dengan sikapnya."Baik pak, saya akan berusaha semaksimal mungkin." jawab Sintia.Mendengar jawaban Sintia membuat Arseno tertawa lagi, kali ini dia tertawa sampai terbatuk-batuk.Lalu Arseno menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa membuat Sintia yang melihatnya sedikit bingung."Jawabanmu itu adalah sebuah jawaban klasik para karyawan di perusahan saya." ujar Arseno kepada sintia.Arseno mengatakan kepada Sintia kalau dirinya belum menemukan hal spesifik di dalam dirinya yang membuat Arseno belum percaya akan kemampuannya dalam bekerja apalagi Sintia terbilang baru saja lulus dunia pendidikan pasti pengalamanya hanya secuil bagi Arseno.Arseno pun menggebrak meja, "Terserah lah
Sanggup tak sanggup Sintia pun harus sanggup karena tak mudah untuk mencari sebuah pekerjaan di era ini.Semua pekerjaan tak mudah untuk didapatkannya jika tak memiliki relasi yang tepat yang bisa menghubungkannya, meski itu tak semua pekerjaan seperti itu tapi inilah kenyataan yang banyak terjadi di negeri ini."Iya saya siap pak." jawab Sintia.selang tak beberapa staf yang dipanggilnya oleh Arseno datang dan menghadap dirinya yang tengah duduk berhadapan dengan Sintia.staff yang dipanggil Arseno itu melihat sebuah wanita muda yang sedang di ruangan bosnya membuatnya terkejut, jarang-jarang bosnya mau berhadapan dengan seorang wanita apalagi wanita muda seperti di hadapannya itu.Dia tersenyum dan menyapa Sintia yang tengah duduk dengan mata yang sedikit menggodanya.Namun seketika itu dia tersadar jika sedang berada di sebuah ruangan milik seekor macan jika dia marah bisa di gigit sampai mati."Ehm," dehem Arseno sambil menatap layar komputernya.staf Arseno yang sedang berdiri p
"Apa kalian melihat saya, selesaikan tugas kalian masing-masing." seru Arseno sambil berjalan mengelilingi para karyawannya yang tengah bekerja.Mereka pun tertunduk takut akan bosnya yang galak itu dan mereka segera lekas untuk menyelesaikan tugas mereka masing-masing.Arseno berjalan menatap setiap sudut ruangan tersebut sambil melihat mereka yang tengah fokus kerja.Arseno memberi sebuah wejangan kepada karyawannya yang berada di ruangan tersebut jika mereka harus menghormati sesama karyawan tanpa ada yang saling mengerendahkan.Setelah puas berkeliling Arseno pun segera pergi dari ruangan tersebut.Sebelum keluar dari ruangan itu Arseno kembali melangkahkan kakinya mendekati Sintia yang tengah duduk di meja kerjanya.Arseno berdiri di depan meja kerja Sintia sambil menatap Sintia dengan tajam. "Aku beri waktu kamu sampai besok kamu harus memberi hasil yang kamu dapatkan ke saya." ujarnya kepada Sintia.Sintia pun terkejut bagaimana mungkin karyawan baru bekerja seperti dirinya di
Sintia pun keluar dengan langkah terburu-buru untuk menemui bosnya yang tengah menunggu di depan ruangannya.Sintia pun keluar dari ruangan itu dengan sedikit berlari namun naasnya saat Sintia sedang berlari kakinya terkilir karena dia berlari memakai hak tinggi yang tak biasa dipakainya."Ahhh," teriaknya.Namun untungnya Arseno yang berada di depannya segera sigap dan lekas menolong Sintia supaya tidak terjatuh ke lantai.Sintia pun terjatuh di dekapan Arseno dan dia merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya, dia bisa melihat bos besarnya yang garang itu dari jarak yang lumayan sangat dekat, Sintia menatap mata Arseno yang memiliki bola mata yang berwarna coklat itu, Sintia memandangnya dengan lekat-lekat, Sintia tak habis pikir kenapa jantungnya seperti berdetak dengan tak beraturan tak seperti biasanya.Beberapa detik kemudian mereka tersadar kembali, Arseno pun mengangkat tubuh sintia supaya bisa berdiri kembali seperti semula."Lain Kali hati-hati." seru Arseno sambil mele
"Jangan aneh-aneh kamu, jika ada sesuatu aku tidak akan membantu mu." lanjut Arseno kepada Sintia.Melihat sorotan mata Arseno membuat Sintia pun terdiam, bagaimana tidak setiap keluar kata dari mulutnya itu seperti sebuah api yang bergejolak yang ingin menyembur apa yang ada di depannya.Waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, semua kantor sudah terang karena lampu sudah mulai menerangi setiap ruangan menggantikan sang sinar mentari."Berdiri kamu." seru Arseno yang menyuruh Sintia untuk segera berdiri.Arseno pun kembali ke meja kerjanya dan meraih tas yang ada di atas mejanya, Arseno ingin segera pulang ke rumah.Arseno mendekati Sintia yang sedang berdiri sambil merintih kesakitan menahan kakinya yang sedikit membengkak karena terkilir."Lepas sepatumu itu, buang ke sampah." lanjutnya lagi.Sintia pun mendengus kesal dengan mulut bosnya yang seperti silet yang tajam sekali semua kata yang keluar dari mulutnya.Sintia pun meraih sepatunya dan menenteng dengan tangan kanannya, dan dia