Share

Bab 5

Author: Nayla
last update Last Updated: 2021-12-20 15:54:49

"Permisi Pak, aku datang karena Rania menyuruhku ke sini. Kalau Bapak ingin menanyakan tentang pekerjaan yang kemarin, maaf belum selesai."

Akhirnya Diva memaksakan diri untuk masuk ke ruang Liam.

"Saya ingin selesai hari ini, jadi, kerjakan sekarang di sini." Ucap Liam, Diva terpaksa menganggukkan kepalanya.

Diva sadar pekerjaan ini hanya bisa selesai  dengan dimentori Liam. Mereka melakukan pekerjaan dengan profesional, jika Liam berkata sesuatu. "Okeh." Hanya itu jawaban Diva tanpa melihat Liam. Diva tidak ingin terlihat sekali sangat terhina atas peninggalan Liam pada malam itu, dia terlihat biasa saja seakan ciuman itu hal lumrah.

Liam menegakkan kepalanya. "Kamu kalau bicara lihat muka saya. Saya bukan pengganggu."

Mereka bicara sangat profesional dengan menyembunyikan gejolak mereka masing-masing. Dengan cara saling bersikap ketus jika bicara.

"Mata aku ke laptop, aku gak bisa ngetik kalau gak lihat layarnya." Jawab Diva santai, "Apa waktunya sangat mepet sampai harus selesai sekarang?"

"Kamu lupa? Saya pernah ngasih tau hal ini jauh hari, periksa lagi sebelum kamu email biar gak kerja dua kali." Liam mengingatkan dengan suara berwibawa.

"Baik, Pak." Lagi-lagi Diva tidak melihat wajah Liam.

"Kenapa kamu bersikap dingin kepada saya? Sangat menjengkelkan sekali. Saya gak pernah diperlakukan seperti ini oleh staf lain," Liam mengeluh, terganggu dengan cara Diva berkomunikasi dengannya. Mereka saling menatap beberapa saat.

"Kamu gak bertanya kenapa aku bersikap seperti ini?" Diva tidak tahan lagi, dia sengaja bicara kasar. Sorot mata Liam menjadi serius.  "Gaya perfeksionis kamu dengan kepribadian kamu, jauh banget." Diva menghinanya.

"Kamu lagi ngebahas kejadian malam itu? Saat saya-kamu." Liam mengingat malam itu yang membuat mereka berdua mabuk kepayang.

"Aku gak bahas ciuman bapak yang hambar itu." Tukas Diva, dia tidak boleh terlihat menyukai saat Liam menciumnya. Saat dia menyukai aroma maskulin pria itu saat memeluknya.

Liam tertawa sinis, "Terus kenapa yang dicium  diem aja? Jangan-jangan kamu sudah biasa diciumin, iya?" Ujar Liam kekanak-kanakan. Diva menatapnya tajam.

"Ternyata Bapak lebih membosankan dari dugaanku!" Diva memukul meja, Liam menahan senyumnya, "untuk apa aku  terpengaruh sama pencium amatiran." Lalu kembali melihat layar laptop sambil menggerakkan giginya. Dia berjanji pada dirinya untuk tidak lagi berurusan dengan pria brengsek, playboy yang punya istri ini.

"Dan kamu wanita yang gak pernah salah." Ujar Liam merasa terhina, dia tidak akan salah menilai... Diva pernah sengaja menggodanya, kalau dia ingat. "Saya amat menghargai malam itu kamu ngasi saya akses untuk menyentuh kamu." Tambah Liam. Diva ingin menggigit bibirnya, dia benar-benar menggigitnya.

Sebenarnya pekerjaan Diva telah selesai, tapi dia menunggu Liam menjelaskan kenapa ciuman itu terjadi dan permintaan maaf  pria itu atas ucapannya. Dan sampai akhirnya Diva yang kalah, Liam sama sekali tidak membahas lagi tentang adegan panas mereka yang pindah-pindah tempat itu. Bahkan jika Liam bilang itu karena pengaruh alkohol, itu jauh lebih baik.

Diva membuka mulutnya dengan kesal. "Aku single, bebas ciuman dengan siapa aja. Nah, Bapak gimana? Apa kabar istri kamu kalau tahu suaminya grepek-grepek wanita lain."

"Kamu ngancem saya?" Liam meliriknya tajam dengan wajah datarnya.

Diva cekikikan. "Menurut kamu?" Wajahnya kembali serius.

"Jangan macem-macem, Diva."  Liam nyaris membentaknya, "Kamu akan menyesal bawa-bawa istri saya dalam hal ini. Saya gak akan tanggung jawab." Ditambah satu fakta lagi, keadaan waktu itu tidak akan terjadi kalau Diva tidak meresponnya.

Diva menatap kesal laki-laki angkuh itu dengan mata berkaca-kaca, karena sikap Liam seolah Diva ingin mengambil keuntungan padahal, dia ingin mengubur perasaannya pada laki-laki itu.  Diva sadar perkara ciuman tidak perlu di besar-besarkan.

"Saya minta maaf," gumam Liam. Diva menajamkan pendengarannya, seolah tidak percaya Liam berkata itu, "Kamu gak denger saya minta maaf?" Mata mereka bertemu beberapa menit. Lalu Liam kembali bersuara, "Malam itu keadaan kita lagi gak waras. Terutama saya." Bagusnya dia mengakui. Liam ingin berkata banyak lagi tapi dia mengurungkan niatnya. Jika dia bersuara lagi Diva akan tahu keadaan rumah tangganya sedang dalam zona merah.

🌹🌹🌹

Pukul sembilan seperti kemarin. Liam dan Diva pulang belakangan, semua staf di kantor itu sudah pulang. Naasnya ban mobil Diva bocor, kakinya menendang kuat pada badan mobilnya--harinya semakin menjengkelkan. Dia tidak tahu harus minta tolong siapa. Hanya ada Liam, pria brengsek itu.

 

"Sialan!" geram Diva.

 

Dia menelengkan kepalanya melihat apakah mobil Liam masih ada, dan tiba-tiba mobil Liam berjalan ke arahnya. Diva melambaikan tangannya agar Liam berhenti. Dia bisa melihat wajah Liam yang menahan senyum itu.

"Bagusin mobil aku! Ban-nya bocor aku gak bisa pulang." Ketus Diva. Liam bersimpatik dengan nada suara Liam.

 

"Kamu minta tolong apa nodong orang?" Liam bersuara di mobilnya, sedangkan Diva merengut di depan kaca mobil Liam.

"Kurasa karena kamu adalah atasan, harus punya tanggung jawab pada bawahannya. Apalagi suasana di sini sangat sunyi. Tapi aku lupa Bapak kan gak punya hati... "

Liam menghadiahi Diva senyuman, "Gak perlu ngancem. Saya bukan orang jahat yang tega ninggalin  wanita  di tempat sepi." Diva menatap Liam menimbang-nimbang.

"Bapak Liam Kavindra bisa minta tolong untuk memperbaiki ban mobilku?" Kata Diva setengah hati. Liam mengangguk pelan, "Kalau bukan karena keadaan genting udah ku lempar batu ke kepalanya." Gumam Diva pelan yang tidak akan di dengar Liam, pria itu sedang keluar dari mobilnya lalu memeriksa mobil Diva.

Liam membuka jas-nya dan menyerahkan pada Diva, wanita itu melempar ke jendela  mobil. Liam tak peduli. Lalu Diva  bersedekap dada bersender di badan mobilnya, memandori Liam mengganti ban mobilnya. Entah kenapa Liam menuruti kemauan wanita itu.

 

"Harusnya aku sudah di atas kasur, kayak pekerja yang lain." Diva kembali lagi menggerutu.

"Jangan samain kamu sama mereka. Kerjaan mereka selalu beres tepat waktu," desis Liam. Dengan tangan masih sibuk-sibuknya.  Dahi Diva mengerut tidak suka, "Dan yang harusnya marah itu saya. Karena kamu saya mesti kerja dengan porsi jam bertambah."

Mulut Diva ternganga, "Apa Bapak pernah ber-interaksi dengan orang? Aku yakin gak pernah." Komentar Diva melihat sikap datar Liam.

"Saya gak suka banyak bicara dengan orang asing. Terkadang begitu."

 

Diva tahu dia tidak akan menang berdebat dengan Liam, dari cara Liam mengganti ban mobilnya terlihat tidak tulus dan bersungguh-sungguh. Mereka hening dalam beberapa lama, biasanya Diva akan memancing obrolan tapi kali ini dia lebih banyak diam memandori Liam.

Sungguh lucu melihat tingkah kebodohan mereka, di saat Liam butuh alat mendongkrak mobil, wanita itu memakai bahasa tubuh setelah meletakkan di belakang Liam. Karena terlalu lama menunggu. Diva merasa pegal berdiri dari tadi. Dia pun duduk di aspal melihat cara kerja Liam, di samping pria itu. Pria ini segalanya bisa... hebat.

Dua puluh menit berlalu, kalau di posisi Diva adalah Samira istrinya. Wanita itu pasti menukar mobil mereka lalu meninggalkan Liam memperbaiki mobilnya sendiri. Menurutnya Samira lebih cantik, lebih anggun dari pada Diva. Walaupun Samira pengangguran, dulu dia adalah wanita karir yang cemerlang. Sedangkan Diva adalah wanita yang selalu membuatnya susah.

Lalu Diva bertanya dengan santai. "Istri Bapak gak nyariin bapak pulang kemaleman?"

Liam menghentikan kegiatannya sejenak. Tatapan kosong di matanya. "Palingan juga dia belum pulang. Hobi banget dia ngumpul sama Genk squadnya."

Diva menangkap sesuatu yang tidak beres. Selama beberapa detik dia diam, mulut Diva kembali bersuara, "Masa sih bapak pulang kerja jarang di sambut istri? Kan dia pengangguran." Diva harusnya tidak mengatakan ini.

"Saya bukan suami yang suka mengekang kegiatan istri saya." Liam menggerutu, "Berumah tangga itu rumit, gak semua yang kamu lihat bahagia ya bahagia. Tapi kalau dia tahu saya ciumam sama wanita---kamu tinggal nama." Menurut Liam kesintingan Samira lebih parah dari Diva.

Wajah Diva tampak biasa saja, "Kalau begitu kirim salam deh sama istri Bapak. Aku dengan tangan terbuka ngeladenin dia--istri macem apa yang gak bisa ngatur waktu untuk suaminya. Apalagi dia pengangguran."

Liam mendengus, seperti tercekik.

Liam menoleh pada Diva dengan tatapan hampa, "Jangan ngomong yang nantinya kamu nyesalin." Suami macem apa yang membiarkan wanita lain menjelekkan istrinya, "Bisa gak, jangan bahas istri saya lagi?" Diva merasa bersalah mengorek tentang kehidupan Liam. Dia tidak berani lagi bertanya apa-apa.

Selanjutnya dengan suara pelan, Liam berkata, "Kamu tahu? Kamu  bikin hati saya goyah." Diva seperti tercekik mendengar itu. Pekerjaan Liam sudah selesai, dia malah ikutan duduk di aspal menghadap Diva.

"Tapi aku gak mau terlibat affair dengan kamu. Aku  gak akan mengorbankan diriku untuk dijambak-jambak gara-gara pria yang gak cinta sama aku." Diva hendak bangkit, tapi lagi-lagi Liam menutup jarak antara mereka.

"Misalnya saya beneran suka sama kamu?"

"Cintanya kamu palingan gara nafsu. Dan istri kamu posisi teratas di hati kamu, jadi aku gak akan buang-buang waktu," decak Diva. Dia ingin segera pergi sebelum terpengaruh oleh laki-laki itu, tapi Liam sepertinya belum mau melepaskan Diva.

Liam berwajah serius menatap Diva. "Satu-satunya alasan laki-laki pindah hati itu karena dia gak lagi mencintai istrinya. Dan saya tipe orang yang bercinta lebih suka pakek perasaan. Itu jauh lebih nikmat."

Apa Liam berniat ingin membuatnya sebagai simpanan? Tangan Diva ingin sekali melayang di wajah tampan Liam. Diva mendapati dirinya tertawa, dengan rona di pipinya. "Aku gak percaya pria brengsek kayak kamu."

Liam menunggu sampai tawa Diva hilang, lalu dia berkata. "Affair not bad. Saya serius."

Diva terkesiap, dia tidak menyangka pria seperti Liam ini akan menawarkan hal gila padanya. Dia pikir Liam akan menutup kisah mereka, ternyata malah perkataannya semakin menjauh.

"Dan setelah itu, kamu dengan gampangnya akan meninggalkan simpanan kamu untuk kembali sama istri tercinta kamu," mata Diva memandang Liam tak berkedip. "Aku gak akan masuk ke jurang sama kamu, Pak Liam Kavindra."

Liam malah tersenyum pongah, "Sejak kamu bales ciuman saya... sejak itu juga kita sama-sama udah jatuh."

"Sayangnya... Bapak Liam yang terhormat, sekarang aku udah sadar. Aku gak akan jatuh untuk kedua kali." Diva tegas. Liam mendekat, membuat tubuh Diva mundur menempel pada badan mobilnya.

"Tapi kenapa saya ngebaca sesuatu di mata kamu yang beda." Ucap Liam dengan wajah yang dibuat misterius. "Mungkin ciuman lumrah buat kamu." Liam melambatkan ucapannya. "Tapi masa iya... Kamu ngasih tubuh ini juga untuk dicumbu." Jemarinya menyentuh kulit leher Diva.

"Walaupun aku lakuin itu sama kamu. Bukan berarti aku suka sama kamu." Diva mendorong dada Liam untuk menjauh, berada dalam radius sedekat ini membuatnya gak bisa nafas.

"Jadi kamu mau bilang, kalaupun Doni atau pria lain yang lakuin. Kamu juga bakal biarin gitu aja..." Diva menarik nafas tidak suka dengan ucapan Liam.

"Aku bukan wanita  kayak gitu." Diva mendongakkan kepalanya melihat Liam, matanya berapi-api.

Liam menatap Diva dengan percaya diri yang penuh, dan tersenyum tipis. "Berarti saya pengecualian... istimewa?"

Tiba-tiba meletakkan bibirnya di atas bibir Diva, wanita itu berusaha mendorong dada Liam tapi Liam lebih kuat. Kedua tangannya menahan tangan Diva yang memberontak. Ciuman Liam semakin dalam dan penuh. Dia begitu merindukan bibir manis Diva dan menginginkannya.

Related chapters

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 6

    "Maaa, bangun ma, jangan tidur terus...""Sudah Diva, jangan menangis. Mama kamu sudah bahagia di tempat yang jauh di sana. Kamu harus ikhlas, Diva."Terlihat netra kesedihan dari wajah wanita muda itu, dia baru saja kehilangan ibunya. Tapi yang membuatnya semakin sedih adalah kelakuan ayahnya yang membawa wanita simpanannya ke rumah duka. Dengan air mata yang mengalir di pipinya, Diva memandang ayahnya penuh kebencian.Bisa-bisanya Ayahnya membawa wanita selingkuhannya di rumah duka, dia tidak akan memaafkan ayahnya."I'm proud of you," ujar Renata mengelus pundak Diva lembut, "kamu harus kuat. Yang tabah ya, Va.""Makasih Re, aku cuma punya kamu yang menguatkanku. Sedangkan yang semestinya berada di dekatku malah bersama gundiknya.""Bahwa kebenaran yang utuh baru kamu dapatkan setelah Tante Maya meninggal. Dia menyimpan kesedihannya sendiri sampai akhir hayatnya." Sejenak Renata terdiam, merasa ngeri membayangkan hal itu terjadi pad

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 7

    Namanya Diva Queensha, dia sendiri gak ngerti kenapa orangtuanya ngasih nama Diva yang artinya dalam bahasa latin-hebat, dalam bahasa sejarah arti kosakatanya nunjukin penyanyi Opera wanita kelas atas. Dan Queensha diambil dari kata bahasa Inggris artinya ratu. Orangtuanya itu asli Indonesia tapi mereka membuat dia menyandang nama seberat itu.Sewaktu Diva SD sampe SMA sering banget dibully gara nama hebat-nya itu. Siapa coba yang gak meradang? Kalau becanda its ok, tapi kalau udah main kritik. Yaampun, kayak nama situ bagus aja palingan juga gak punya arti asal buat orangtuanya.Hari ini, hari pertama Diva di tempat kerja barunya dan... yang paling dia benci adalah perkenalan diri. Yang terlintas di otak dia adalah mereka bakal ngetawain namanya apa nggak."Selamat siang nama saya Diva Queensha." Dan perkenalan singkat Diva gak dapet respon, mereka pada sibuk semua. Kurang sopan banget kan, tapi

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 8

    Diva teringat perkenalannya dengan Liam."Berdiri di situ!"Perintah Liam pada wanita berambut ikal di bawah itu, "Kamu telat 10 menit. Luar biasa sebagai anak baru. Hasil kerja kamu belum ada tapi yang kamu tunjukan adalah prestasi gak berbobot." Kata Liam dengan pongahnya.Seluruh karyawan yang berada di situ melihat Diva dengan prihatin, bakal jadi korban kemarahan boss mereka nih."Maaf Pak telat, tadi macet," jawab Diva. Ia mengangkat jam tangan tali coklatnya, melihat waktu, "Tapi kan masih 10 menit aja, ben-neran aku gak bermaksud telat, Pak." Wanita itu tergugup karena sekarang dia menjadi sorotan satu ruangan itu."Sepuluh menit aja kamu bilang? Niat jadi wanita karier gak sih? Kalau males-malesan mendingan kamu cari pria tajir terus nikah. Tunggu suami pulang di tempat tidur, simple kan." Kata Liam sangking kesalnya. Dia paling tidak suka karyawan baru suka sepele denga

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 9

    "Permisi Pak, aku datang karena Rania menyuruhku ke sini. Kalau Bapak ingin menanyakan tentang pekerjaan yang kemarin, maaf belum selesai."Akhirnya Diva memaksakan diri untuk masuk ke ruang Liam."Saya ingin selesai hari ini, jadi, kerjakan sekarang di sini." Ucap Liam, Diva terpaksa menganggukkan kepalanya.Diva sadar pekerjaan ini hanya bisa selesai dengan dimentori Liam. Mereka melakukan pekerjaan dengan profesional, jika Liam berkata sesuatu. "Okeh." Hanya itu jawaban Diva tanpa melihat Liam. Diva tidak ingin terlihat sekali sangat terhina atas peninggalan Liam pada malam itu, dia terlihat biasa saja seakan ciuman itu hal lumrah.Liam menegakkan kepalanya. "Kamu kalau bicara lihat muka saya. Saya bukan pengganggu."Mereka bicara sangat profesional dengan menyembunyikan gejolak mereka masing-masing. Dengan cara saling bersikap ketus jika bicara."Mata aku ke laptop, ak

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 10

    Pukul sembilan seperti kemarin. Liam dan Diva pulang belakangan, semua staf di kantor itu sudah pulang. Naasnya ban mobil Diva bocor, kakinya menendang kuat pada badan mobilnya--harinya semakin menjengkelkan. Dia tidak tahu harus minta tolong siapa. Hanya ada Liam, pria brengsek itu."Sialan!" geram Diva.Dia menelengkan kepalanya melihat apakah mobil Liam masih ada, dan tiba-tiba mobil Liam berjalan ke arahnya. Diva melambaikan tangannya agar Liam berhenti. Dia bisa melihat wajah Liam yang menahan senyum itu."Bagusin mobil aku! Ban-nya bocor aku gak bisa pulang." Ketus Diva. Liam bersimpatik dengan nada suara Liam."Kamu minta tolong apa nodong orang?" Liam bersuara di mobilnya, sedangkan Diva merengut di depan kaca mobil Liam."Kurasa karena kamu adalah atasan, harus punya tanggung jawab pada bawahannya. Apalagi suasana di sini sangat sunyi. Tapi aku lupa Bapak kan gak punya hati... "

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 11

    Tumben Samira merasa bosan dengan party-nya. Biasanya dia akan membuat suasana pesta lebih hidup dengan caranya--apa pun akan dia lakukan. Samira itu ratu party. Meskipun teman-temannya sudah menari-nari karena pengaruh alkohol, Samira malah meneguk minumannya dengan tatapan kosong.Tidak ada hal di pesta itu yang membuat mood-nya jelek, namun dia malah terlihat muak dengan sekelilingnya. Dia memilih duduk di sudut sofa berwarna coklat sambil menikmati minuman berwarnanya. Suara music dan lampu yang berkedip-kedip di sertai bau aroma keringat bercampur parfum membaur di tempat itu.Namun, saat Samira ingin sendiri pria berbadan tinggi tegap datang lalu duduk di sampingnya, dia menyentuh lengan Samira sambil berbisik, "Cemberut aja muka-nya." Samira mendesah. Bram, sebenarnya pria baik, tapi rada pelit orangnya. Dia akan baik kalau ada maunya, padahal kantongnya tebal.Samira tidak menanggapi Bram

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 12

    Liam terburu-buru mendatangi kantor polisi, rasanya sangat geram mendengar Samira bau alkohol di tangkap polisi. Di tambah lagi orang yang dipukul teman Samira bukanlah orang sembarangan. Jadi Liam menghubungi temannya yang berprofesi pengacara untuk meminta bantuan.Sejam kemudian, saat Liam duduk di depan meja bapak polisi. Diva datang, kedua orang itu tampak sama-sama kaget karena berada di kantor polisi. Sedangkan Genk Samira berada di kursi belakang yang menempel pada dinding."Ree, kok bisa gini sih?" Diva menghampiri Renata yang bermake-up tebal. Dia mencium aroma alkohol yang menyengat dari Renata, "Kamu minum?""Dikit." Renata tersenyum seperti orang bodoh. "Please Queen tolongin aku ya...""Giliran kayak gini kamu manggil aku Queen, tapi kalo udah kumat segala nama binatang kamu nobatin padaku." Runtuk Diva, di sebelah Renata seorang wanita menghentakkan kakinya kesal."S

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 13

    Liam harus bersabar dengan sikap pongah pengacara ini, "Mereka bilang, pria itu duluan yang membuat kekacauan." Liam menjelaskan.Bram mendekat. "Pak Alister, bukannya bapak saya yang menyuruh Anda ke menyelesaikan masalah saya?" katanya karena Alister tidak menegurnya."Kamu siapa?" Alister membuka kacamatanya, lalu berucap. "Oh, kamu anak Bapak Renaldy? Saya akan menangani kasus kalian. Kebetulan Liam ini teman saya." Bram melirik Liam tidak suka. Setelah menunggu beberapa lama, Liam melirik wanita yang dari tadi menatapnya."Siapa perempuan ini?" Tanya Alister melihat wanita berbaju cream ikutan berdiri dengan mereka.Diva nyaris tergagap melihat wajah tampan Alister menatapnya, penuh kharisma dan berwibawa. Tapi juga terkesan sombong, "Aku Diva, sepupu salah satu diantara kriminal itu." Ucap Diva, menurutnya tidak ada yang salah dari ucapannya."Mereka sudah boleh pulang." Kata Alister, setelah sekertarisnya berkata sesuatu padanya.

    Last Updated : 2022-01-14

Latest chapter

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 99

    Diva PoVTiga hari. Sudah tiga hari aku memata-matai apartemen Samira untuk mengetahui apakah Liam di sana. Apa saja yang mereka lakukan? Aku bodoh, harusnya aku mendobrak pintu rumahnya dan mencari suamiku. Aku benar-benar akan gila!! Hatiku terasa tidak pernah tenang setelah tahu semua kebenaran itu. Walau aku masih berstatus istri Liam, tetapi hati dan pikiran Liam sekarang hanya untuk Samira dan juga anaknya. Beberapa kali aku melihat tetangga berbisik-bisik sambil melihatku dengan wajah sinis, tapi ada juga yang bersimpati padaku. Entah apa yang mereka pikirkan.Liam, apa kamu tahu kondisi lingkungan kita sekarang? Semua orang tengah bergosip tentang kita dan Samira. Nanti, setelah sembilan bulan anaknya lahir. Apakah kamu akan menjadi sosok ayah yang akan selalu berada di sampingnya ?Tuhan, hatiku hancur membayangkan itu."Diva." Suara di belakang membuatku kaget, saat aku menoleh wanita itu tersenyum. Tetangga lantai atas. Kami sering berpapasan di lift. "Wajahmu pucat sekali

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 98

    POV: DivaWaktu masih kecil aku tidak punya alasan untuk merenungi kehidupanku yang tidak mempunyai saudara kandung. Aku anak tunggal yang tidak kekurangan kasih sayang ibu dan ayahku.Tetapi semua berbeda ketika Ayahku berselingkuh dan ibuku menjadi depresi. Aku tidak punya siapa pun untuk diajak berbagi.Setelah kepergian ibuku, tidak ada siapapun yang memperingatkanku tentang pesta dan laki-laki, hingga aku kehilangan arah. Sampai aku bertemu si tampan Liam dan ternyata dia sudah mempunyai istri. Segala terjadi begitu cepat---akhirnya aku dan Liam menikah. Tapi aku belum juga hamil."Aku membencimu, Liam," ucapku, sambil berusaha membuat suaraku tidak gemetar. "Kamu pria brengsek yang pernah aku temui.""Tenang, Diva." Jawab Liam mendekat. "Kasih aku kesempatan untuk memperbaiki keadaan kita.""Gak. Kamu mempermainkan aku!" Teriakku melemparnya dengan bantal di atas ranjang. Kamar ini menjadi ruang neraka yang kutinggali.Kamar ini tempat kami saling berbagi cerita dan perasaan, t

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 97

    POV : Diva"Kalian lucu sekali. Diva hanya mempertanyakan apa yang menjadi hakknya."Tangan Rayhard yang sedang memegang sendok dan hampir memasukkan makanan ke mulutnya berhenti. Lalu ia menatapku. Kakak Liam itu belum pernah membelaku, yang aku tahu dia membenciku. Wajah marah ibu mertuaku terpampang di sana. Mereka semua terlihat tidak nafsu lagi menikmati makanan, kecuali Samira."Bilang saja kamu iri dengan Samira, kan? Kamu belum bisa hamil anak Liam sedangkan Samira telah mengandung." Ucap Ibu mertuaku penuh kedengkian. "Maaf Mam, aku sama sekali gak iri. Dan lagi, Liam ini suamiku. Jelas aku gak terima dia hamil anak Liam." Aku memberanikan diri menatap mata wanita tua itu. Bisa-bisanya dia bilang aku iri. "Sudahlah Diva, kamu jangan menyudutkan Samira terus. Kasihan kan anak di perutnya." Ucapnya lagi, aku tidak mengerti bagaimana jalan pikiran ibu mertua hingga terus membela Samira. "Jawab pertanyaan Diva, Liam. Tunjukkan kalau kamu laki-laki." Terdengar suara Rayhard pe

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 96

    Di sebuah rumah besar mewah, terdapat seorang wanita yang sedang berjalan tergesa-gesa sambil menenteng dua kresek plastik hitam berisi belanjaan. Terdengar suara gelak tawa di ruang tengah. Seorang pelayan hanya melewati wanita itu tanpa berniat membantunya mengambil dua plastik besar itu dari tangannya."Kenapa kamu lama sekali belanjanya? Kamu kan tahu ini jam makan malam dan semua belanjaan yang kamu beli akan dimasak sekarang," ucap seorang wanita tua memarahinya. Ia meletakkan belanjaannya di atas meja bersiap untuk membereskannya. "Maaf Mam, jalanan tadi macet.""Astaga. Apa yang kamu katakan? Aku tadi menelponmu menjelang sore. Apa sejauh itu mall dari rumahmu hingga berjam-jam kamu menghabiskan waktu?""Maafkan aku, Mam." Ucap wanita yang berkuncir kuda itu. "Aku akan memasak SOP buntut spesial untuk makan malam nanti.""Sop buntut katamu? Kami lihat jam, kamu pikir perut kami masih bisa menunggu masakan kamu itu?" Cecarnya. "Kalau kamu gak ada niat masak untuk makan malam

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 95

    POV DivaBerhari-hari aku menghabiskan waktuku di kamar sambil memegang ponselku. Menunggu Liam mengabariku, aku masih berharap dia menanyakan keadaanku.Ya, penantian yang tidak ada ujungnya dan terlalu berharap akan membawa seseorang menuju keterpurukan. Begitu saja tanganku membanting ponsel yang tidak pernah kulepaskan dari tadi."Kamu lebih memilih Samira daripada aku istrimu, Liam!""Dia yang mulai perkara denganku, tapi kamu memihak dia?" Dia membuatku kesal. Aku tidak tahu harus bagaimana.Samira, aku benar-benar tersentuh dengan semua caramu menghancurkan hidupku. Aku tidak menyangka kita akan sejauh ini. Aku pikir semua telah berakhir dan Liam menjadi milikku seutuhnya. Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu membuat Liam kembali sukses. Kamu mengacak-acak rumah tanggaku dan mengandung anak Liam.Apa yang harus aku lakukan?Liam, aku ingin kita kembali seperti dulu. Aku ingin kita tetap bersama sebagai pasangan suami-istri. Apakah takdir kita hanya sampai di sini. Katakan padaku b

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 94

    POV : DivaAku sempat terpaku melihat wanita bergaun kimono masuk ke dalam lift yang sama denganku. Wanita jalang yang sedang mencoba menghancurkan pernikahanku sekarang berada di ruang yang sama denganku. Dia memakai gaun kimono yang aku tebak untuk menutupi perutnya yang mulai buncit."Kenapa kaget? Kamu kira kawasan apartemen ini milik pribadimu. Dasar bodoh." Cemoohnya padaku. Aku memperbaiki raut wajahku agar terlihat tetap tenang. "Siapa yang bodoh?" Aku menggelengkan kepalaky. "Kamu tinggal di sini? Bukankah itu berarti kita akan sering bertemu dan kamu akan melihat aku dan suamiku yang sering bergandengan tangan di kawasan ini."Aku melihat dia menekan tombol satu lantai di atasku. Seketika aku sadar melihat senyum tipisnya. Dia memang sengaja tinggal di sini."Seseorang membelikanku apartemen di sini. Tentu saja aku gak akan menolaknya. Benar, kan?" Dia seperti menikmati wajah tegangku. Jangan bilang Liam yang membeli apartemen di atas untuk Samira. Aku harus sabar dan jang

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 93

    POV: DivaSelama beberapa hari aku merasa gelisah. Liam belum pernah pulang setelah berita pria itu di semua media. Apakah sekarang Liam telah tinggal bersama Samira? Banyak pertanyaan di kepalaku.Jika terjadi sesuatu pada pernikahanku, aku juga akan kehilangan semangat hidupku lagi. Aku tidak mengira Samira akan kembali pada kehidupan Liam.Jadi selama ini Samira hanya berpura-pura menjauh dari Liam, tapi kenyataannya wanita sialan itu sedang berputar-putar disekeliling suamiku. Dia hanya sedang mempermainkan waktu untuk menghancurkan hidupku perlahan-lahan. Dan keluarga Liam membantunya.Mereka tau semenjak Liam bersamaku, dia mendapatkan banyak tekanan dari keluargaku dan ekonomi kami yang buruk.Aku duduk di sofa putih menghadap jendela kaca yang tertutup tirai putih. Cahaya matahari membuat ruangan ini tidak gelap. Ya, aku sengaja mematikan semua lampu di rumah ini. Agar aku tau jika Liam datang, biasanya dia akan menghidupkan lampu meski siang hari.Samira adalah wanita yang p

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 92

    "Saya berjanji akan melakukan tugas saya sebagai pemimpin perusahaan dengan baik. Berkontribusi meningkatkan perekonomian perusahaan." Liam mengakhiri pidatonya lalu tersenyum kecil.Nama Liam Kavindra menjadi pembicaraan di manapun. Bahkan sebuah tabloid membuat artikel tentang rumah tangganya juga."Maaf Pak ada artikel yang mengatakan anda telah menikah dengan wanita selingkuhan anda. Apa komentar bapak atas artikel itu?""Pak Liam...""Pak Liam..."Liam tetap berjalan meninggalkan pers dan mengacuhkan pertanyaan wartawan itu.Hari ini adalah hari kemenangan bagi Liam setelah membuat Rayhard turun tahta. Dia sudah menunggu bertahun-tahun untuk menerima kemenangan ini.Salah siapa Rayhard telah menghancurkan hidupnya dulu dengan perselingkuhan yang dilakukannya dengan Diva. Sekarang perusahaan ini menjadi miliknya.Liam masih ingat Rayhard menghina Diva dengan sebutan penggoda pria kaya. Setahun lalu Liam pernah melihat Rayhard sedang makan di restoran mewah bersama wanita muda. Dan

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 91

    Pagi hari Liam membantu Samira memindahkan barang ke apartemen yang baru ia beli. Lokasinya sangat dekat dengan apartemen miliknya. Dan apartemen itu kelihatan lebih mewah dari pada yang ditempati Diva. Tentu saja hal itu membuat Samira sangat senang, balas dendamnya tercapai. Jika Diva tahu pasti wanita itu akan sakit hati dan menderita.Samira ingin sekali memberitahu Diva tentang ayah anak yang ia kandung. Seharian ini Liam menghabiskan waktunya bersama Samira di apartemen mewah itu, bahkan ia tidak mengangkat panggilan dari Diva."Kamu anterin aku ya belanja kebutuhan bayi." Kata Samira yang sedang menikmati makan siangnya."Kamu kan tau Sa, di luar banyak orang. Apa kata mereka kalau saya jalan sama kamu beli peralatan bayi." "Peduli apa kata orang? Kalau kamu takut, untuk apa memindahkan aku ke apartemen ini? Hanya beberapa langkah dari tempat kamu."Liam meminum air putihnya di gelas, tanda makannya telah selesai. "Saya hanya berjaga-jaga dengan keselamatan kamu. Kalau kamu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status