Share

Bab 4

Author: Nayla
last update Last Updated: 2021-12-20 15:54:18

"Akhirnya  bisa, aku pikir otakku gak nyampe."  Diva merentangkan kedua tangannya, membebaskan diri dari rasa capek.

Diva ini memiliki pesona riang dan sikap cueknya membuatnya banyak mendapat perhatian sekantor, padahal cara kerja dia ini belum ada perkembangan. Di ruang ini hanya mereka berdua, berhadapan duduk di meja.  Misalnya Liam menawarkan hubungan terlarang dengan wanita ini, apa Diva mau bersenang-senang di atas penderita orang lain?

"Kamu mau minum panas, dingin, atau minuman kaleng?" Liam menawarkan. Dengan minuman akan mencairkan suasana.

Diva malah mendengus. "Udah kayak di kafe aja, Pak. Mau minum apa Mbak? Atau jangan-jangan ini sogokan?" wajahnya berubah menjadi tawa terkikik.

"Yaudah kalau mau kerja tanpa minuman. Saya gak maksa"

Dengan hati-hati Liam meneliti penampilan Diva. Wajahnya cantik, bibir ranumnya menyunggingkan senyuman manis. Rasanya ingin sekali menghabiskan akhir Minggu ini dengannya.

Liam berjalan ke belakangnya, melihat layar laptop. Memeriksa hasil pekerjaannya, tanpa sadar mendekatkan dagunya di bahu Diva, "Jangan ada yang terlewat ya... bisa rugi kalau kamu gak fokus."

Diva mengangguk sambil menahan nafas. Dengan jarak sedekat ini membuat jantungnya berdebar kuat, lalu mereka menghabiskan waktu dalam keheningan.  Liam kembali ke bangku, menatap lurus pada wanita yang terlihat serius mengetik laptopnya. Sesekali dia menyelipkan rambutnya ke belakang kuping, mungkin dia sadar Liam memperhatikan dia.

"Kamu single atau ada pacar? Hanya pertanyaan iseng aja." Kata Liam

Senyumnya terulas. "Kan aku pernah bilang. Single. Jomblo bukan berarti gak laku, kan." Pernyataan Diva membuat Liam tersenyum, menikmati getaran aneh di sana.

"Secantik kamu. Gak mungkin lah gak ada yang ngejar." Ucap Liam memancing. Diva tersenyum simpul yang menggemaskan, "Saya jujur bilang kamu cantik."

Wajah Diva merona, sangat cantik dengan ekpresinya seperti itu. Seharusnya Liam sadar dia pria yang sudah menikah, dia menikahi Samira. Dan yang dia lakukan sekarang adalah hal brengsek dan bodoh. Membayangkan tubuhnya.

Liam berjuang mati-matian  menahan untuk tidak melihat wanita di depannya  ini. Menahan gejolaknya yang semakin tak terkendali--segala jenis usaha ia lakukan untuk kembali mencintai Samira. Bercinta dengannya, kumpul keluarga, bicara penuh perasaan. Bahkan terkadang Liam mengalah menuruti permintaan Samira. Tapi semua tak membuatnya lebih normal.

Liam juga pernah  mendatangi psikolog. Dia pikir rumah tangganya kini tidak lagi baik-baik saja. Diluar fantasinya  pada wanita lain, sikap Samira juga membuatnya tidak nyaman. Samira sibuk dengan kegiatan sosialitanya, dengan barang-barang shopping-nya. Dia juga membeli Mercedes keluaran terbaru tanpa memberitahu Liam. Padahal Liam tidak melarangnya punya kehidupan sosial.

Liam memang punya uang simpanan. Gaji bulanan,  tapi bukan berarti jika berfoya-foya terus tidak akan habis.

Dan pekerjaan mereka selesai, tepat pukul sembilan malam. Semua staf telah pulang, yang tertinggal hanya mereka berdua. Sebagai atasan, tentu saja Liam tidak akan  menerkam Diva seperti pemerkosa, walaupun dia ingin menariknya ke sudut dinding.

"Kamu mau makan malem dulu gak? Udah kemaleman sih kita makan sekarang, kamu gak lagi diet kan?" Tanya Liam.

"Enak aja aku diet. Badan sekurus ini. Kalo di kasih makan gratis maulah, Pak," balasnya tidak malu-malu. Diva itu tidak bisa menjeda tawa dan bicaranya.

"Jadi harus makan gratisan ya biar bisa makan bareng?" Cibir Liam.

"Ini mau traktir apa bayar sendiri-sendiri? Yang jelas dong kalau ngajakin makan?"

"Saya traktir. Lagian kamu ngomongnya udah kayak ngasih ultimatum." Liam pura-pura berdecak kesal. Mereka melangkah ke arah lift. Setelah menunggu tidak lama lift terbuka.

"Mau makan apa?" Tanya Liam. Wajah Diva tampak serius memikirkan.

"Ini makan di pinggiran apa restoran mahal?" Balas Diva dengan pertanyaan, lift terbuka. Dengan sepatu hak tingginya Diva berjalan anggun sejajar dengan Liam.

"Terserah mau makan dimana aja. Saya sanggup bayar." Diva mencebikkan bibirnya mendengar pernyataan Liam.

"Susah ya punya boss beduit. Gak bisa merendah dikit aja." Dia terkikik geli. Menatap Liam dengan polosnya.

Mereka punya dua pilihan, naik mobil masing-masing, saling beriringan atau meninggalkan satu mobil. Dan akhirnya Liam mengiringi mobil Diva di belakang.

Beberapa menit kemudian, mobil mereka terparkir di depan restoran Jepang. Wanita ini tidak tanggung-tanggung mencari tempat, dan itu pun kelas VIP dengan ruang privasi.

Diva duduk anggun di depan Liam dengan bantal di atas lantai. Seakan-akan ini lagi di Jepang betulan. Suara ketukan pintu terbuat dari kayu terbuka, pelayanan membawa bermacam-macam makanan khas Jepang. Tapi rasa mual berkumpul di tenggorokan Liam mencicipi makanan mentah.

"Lucu banget mukanya, Pak. Makanan seenak ini masa gak suka." Diva terkikik geli, dia menghidupkan api di meja lalu meletakkan ikan mentah pada penggorengan, "Makan yang mateng aja, entar Bapak sakit perut lagi."

"Siapa suruh bawa ke restoran kayak gini."

"Tadi katanya terserah, gimana sih."

Liam tidak bersuara lagi, membiarkan Diva mengolah makanan. Dua puluh detik kemudian pelayan membawa minuman botol, yang matanya bisa membaca 'Sake' minuman khas Jepang. Dengan meminum minuman keras seperti ini semakin membuat hormon Liam menjerit-jerit ingin menyentuhnya.

Dan karena pengaruh minuman mereka melakukan ciuman pertama yang meledak-ledak tanpa sadar. Satu-satunya hal yang membuat Liam menahan diri untuk tidak menelanjanginya adalah dia tidak membawa pengaman.

Setidaknya Liam sudah merasakan bibirnya, walau pun dengan campuran rasa sake. Dan dia sadar itu bukan pengaruh minuman, Liam benar-benar ingin melakukannya. Dan Diva? Entahlah, wanita itu tidak menampar Liam  saat dia menyentuh bibirnya.

Sampai di parkiran, tidak berhenti di situ saja. Liam masuk ke mobil Diva, ciuman mereka lebih panas. Liam mencumbunya habis-habisan sampai tangannya masuk ke dalam pakaian Diva tanpa dilepas. Dan ini untuk melampiaskan rasa penasarannya atas wanita ini. Beberapa menit kemudian Liam melepaskan ciumannya, dan mengecup kening Diva. Lalu berjalan ke arah mobilnya. Tanpa pesan padanya. Seperti. 'Nanti saya telpon ya' Liam meninggalkannya begitu saja.

Liam pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk, Diva pasti marah dengan kelakuannya yang bajingan. Di atas ranjang, berbaring di samping Samira. Liam memikirkan Diva lagi. Apa yang harus ia katakan pada wanita itu, mana mungkin dia memberikan ikatan tanpa masa depan. Atau jangan-jangan Diva juga hanya menganggap ciuman mereka hanya hiburan.

Sampai besok pagi Liam belum juga menelpon Diva, di kantor dia melihat Diva berjalan biasa saja seperti tidak ada yang terjadi antara mereka saat satu lift.  Diva menatapnya datar ketika mata mereka bertemu, penampilannya semakin cantik dengan polesan lipstik merah jambu. Astaga... Liam masih melihat kearah sana.

🌹🌹🌹

POV: Diva.

Lift ini serasa pengap, aku tidak nyaman satu tempat dengannya. Ingin sekali menonjok bibirnya hingga berdarah--darah. Yang dia lakukan itu jahat. Harusnya dia berbasa-basi mengatakan maaf atas kesilapannya. Meninggalkan aku begitu saja tanpa kabar. Dia laki- laki brengsek. Aku pura-pura santai, mengingat moments malam itu.

"Tunggu sebentar!" suara dari belakang sangat tegas, aku menulikan pendengaranku. Tetap berjalan, "Diva." Lalu aku menoleh padanya dengan senyuman ramah yang sering aku tunjukkan.

"Bapak manggil? Kirain manggil orang lain." Sahutku santai, dia terlihat jengkel. Dia tidak terima dengan sikapku, tapi dia membuatku seperti mainan, "Mau nanyain kerjaan kemarin yang belum selesai ya? Nanti aku kelarin deh tapi di meja aku aja. Lebih aman." Muka cowok brengsek ini kelihatan banget tidak suka dengan ucapanku.

"Okeh. Kamu yakin bisa selesain sendiri?"

"Iya. Aku memang bukan siapa-siapa dan  hanya dianggap sebelah mata di sini. Gak punya kemampuan seperti yang lain. Tapi, aku gak akan melewatkan kesempatan karena sudah bekerja di sini."

"Jadi Bapak jangan khawatir, aku bersungguh-sungguh bekerja dan memberikan yang terbaik. Bukan hanya Bapak saja yang menganggap aku gak berkemampuan. Aku tahu semua orang sedang memperhatikan cara kerja aku."

Liam masih berwajah kesal, sesungguhnya aku kesulitan dengan pekerjaan yang dia berikan. Tapi aku ingin melukai egonya, biar dia tahu gimana perasaanku semalam. Walaupun hanya meraba-raba dan mencium dia pikir aku gak pakek perasaan?

Aku mundur, memberikan jalan agar dia lebih dulu melewatiku. Tapi sepertinya ada yang menyangkut di tenggorokannya dan ingin dia keluarkan. Tapi aku tidak akan membiarkan dia meminta maaf, dia harus merasa malu setiap kali kami bertemu. Dan itu sedikit mengobati  rasa berduka-ku semalam. Lagi pula apa yang bisa kuharapkan? Dia sudah punya istri.

Aku memang menyukai wajah tampannya, hidungnya yang mancung. Badannya yang tinggi tegap-sangat sehat. Mungkin orang akan menyangka dia olahragawam  karena memiliki tubuh yang prima. Dia punya daya tarik yang kapan saja mampu menaklukkan wanita, ciumannya sangat lihai. Aku akui  sangat menikmati-dia sangat berpengalaman.

Dan aku menyukai itu--aku benci karena menginginkannya.

Aku tidak bisa mundur dari tempatku, aku akan melakukan yang terbaik dan menunjukkan pada mereka.

"Seberapa pun kuatnya kamu berusaha menunjukkan diri. Kita tetap hanya sebatas staf biasa," suara itu dari Nara. Dia mendengar pembicaraanku dengan Liam tadi, "aku sudah bekerja lama, bertahun-tahun tapi belum dipromosikan. Jadi untuk apa bekerja lebih?"

"Meskipun gak naik jabatan, aku tetap akan berusaha yang terbaik. Untuk pekerjaanku utamanya." Entah mengapa aku begitu emosional hari ini tidak seperti biasanya.

Nara terlihat berpikir sejenak. "Kayaknya aku mulai yakin kerja bareng kamu. Semoga kita kerasan di sini ya." Nara bersandar di bangkunya, aku masih bisa melihatnya tersenyum sekilas disaat tanganku mengetik di laptop.

"Kosongkan jadwal kamu minggu ini. Urus pesanan dari klien kita, " Rania, cewek rambut panjang ini bersedekap di depan kami. Alisnya yang tegas semakin memberikan kesan antagonisnya.

"Ada suara tapi gak kelihatan wujudnya." Kata Nara memutar bola mata.

"Dicek berulang kali jangan ada yang tertinggal. Nanti kerjaan kamu aku periksa lagi." Rania menatap aku dan Nara bergantian, "Jangan tiru cewek pemalas suka dandan ini."

Nara menunjukkan kuku-kukunya yang sudah mengkilap dengan bangga, "Tapi kan terbukti, aku yang paling cantik! Pusing banget sih  mikirin orang--diganggu aja gak."

"Siapa yang ganggu kalian? Aku cuma ingetin ker-ja." Balas Rania tidak terima.

 

"Semerdeka kamu ajalah. Males  ribut... ngajak makan aku mau." Kedua orang ini kadang akur kadang kayak Tom and Jerry. Tebakanku kami seumuran, gosipnya Rania akan dipromosikan begitu cepat. Kelihatan sih, dia tipe-tipe penjilat.

"Tanda-tanda orang gak mau maju ya gitu, gak terima di nasehatin. Kayak gak punya otak di kepala," suara Rania ketus. "Jangan jadi orang yang kerja harus dilihat dulu."

"Oh, gitu... makasih lhoo atas perhatiannya." Ujar Nara dengan sikap tidak pedulinya.

Rania memutar bola mata, meski dia cerewet. Setidaknya ide-ide Rania sering dipakai di meeting. Dia menghembuskan nafas, kelihatan menahan geram.

"Udah Ra, aku bisa kok menangani sendiri job itu."

Kali ini dengan cepat Rania menyindirku dengan sinis, "Bagus masih tau diri. Jangan cuma jual tampang aja sama atasan, tuh... Pak Liam tadi nyuruh manggil kamu. Belum ada karyawan lain sering mundar-mandir ke ruangan dia kecuali kamu."

Sontak aku memandangnya dengan tatapan dingin dan tajam, bersamaan dengan langkahku ke ruang Liam Kavindra.

Related chapters

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 5

    "Permisi Pak, aku datang karena Rania menyuruhku ke sini. Kalau Bapak ingin menanyakan tentang pekerjaan yang kemarin, maaf belum selesai."Akhirnya Diva memaksakan diri untuk masuk ke ruang Liam."Saya ingin selesai hari ini, jadi, kerjakan sekarang di sini." Ucap Liam, Diva terpaksa menganggukkan kepalanya.Diva sadar pekerjaan ini hanya bisa selesai dengan dimentori Liam. Mereka melakukan pekerjaan dengan profesional, jika Liam berkata sesuatu. "Okeh." Hanya itu jawaban Diva tanpa melihat Liam. Diva tidak ingin terlihat sekali sangat terhina atas peninggalan Liam pada malam itu, dia terlihat biasa saja seakan ciuman itu hal lumrah.Liam menegakkan kepalanya. "Kamu kalau bicara lihat muka saya. Saya bukan pengganggu."Mereka bicara sangat profesional dengan menyembunyikan gejolak mereka masing-masing. Dengan cara saling bersikap ketus jika bicara."Mata aku ke lapt

    Last Updated : 2021-12-20
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 6

    "Maaa, bangun ma, jangan tidur terus...""Sudah Diva, jangan menangis. Mama kamu sudah bahagia di tempat yang jauh di sana. Kamu harus ikhlas, Diva."Terlihat netra kesedihan dari wajah wanita muda itu, dia baru saja kehilangan ibunya. Tapi yang membuatnya semakin sedih adalah kelakuan ayahnya yang membawa wanita simpanannya ke rumah duka. Dengan air mata yang mengalir di pipinya, Diva memandang ayahnya penuh kebencian.Bisa-bisanya Ayahnya membawa wanita selingkuhannya di rumah duka, dia tidak akan memaafkan ayahnya."I'm proud of you," ujar Renata mengelus pundak Diva lembut, "kamu harus kuat. Yang tabah ya, Va.""Makasih Re, aku cuma punya kamu yang menguatkanku. Sedangkan yang semestinya berada di dekatku malah bersama gundiknya.""Bahwa kebenaran yang utuh baru kamu dapatkan setelah Tante Maya meninggal. Dia menyimpan kesedihannya sendiri sampai akhir hayatnya." Sejenak Renata terdiam, merasa ngeri membayangkan hal itu terjadi pad

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 7

    Namanya Diva Queensha, dia sendiri gak ngerti kenapa orangtuanya ngasih nama Diva yang artinya dalam bahasa latin-hebat, dalam bahasa sejarah arti kosakatanya nunjukin penyanyi Opera wanita kelas atas. Dan Queensha diambil dari kata bahasa Inggris artinya ratu. Orangtuanya itu asli Indonesia tapi mereka membuat dia menyandang nama seberat itu.Sewaktu Diva SD sampe SMA sering banget dibully gara nama hebat-nya itu. Siapa coba yang gak meradang? Kalau becanda its ok, tapi kalau udah main kritik. Yaampun, kayak nama situ bagus aja palingan juga gak punya arti asal buat orangtuanya.Hari ini, hari pertama Diva di tempat kerja barunya dan... yang paling dia benci adalah perkenalan diri. Yang terlintas di otak dia adalah mereka bakal ngetawain namanya apa nggak."Selamat siang nama saya Diva Queensha." Dan perkenalan singkat Diva gak dapet respon, mereka pada sibuk semua. Kurang sopan banget kan, tapi

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 8

    Diva teringat perkenalannya dengan Liam."Berdiri di situ!"Perintah Liam pada wanita berambut ikal di bawah itu, "Kamu telat 10 menit. Luar biasa sebagai anak baru. Hasil kerja kamu belum ada tapi yang kamu tunjukan adalah prestasi gak berbobot." Kata Liam dengan pongahnya.Seluruh karyawan yang berada di situ melihat Diva dengan prihatin, bakal jadi korban kemarahan boss mereka nih."Maaf Pak telat, tadi macet," jawab Diva. Ia mengangkat jam tangan tali coklatnya, melihat waktu, "Tapi kan masih 10 menit aja, ben-neran aku gak bermaksud telat, Pak." Wanita itu tergugup karena sekarang dia menjadi sorotan satu ruangan itu."Sepuluh menit aja kamu bilang? Niat jadi wanita karier gak sih? Kalau males-malesan mendingan kamu cari pria tajir terus nikah. Tunggu suami pulang di tempat tidur, simple kan." Kata Liam sangking kesalnya. Dia paling tidak suka karyawan baru suka sepele denga

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 9

    "Permisi Pak, aku datang karena Rania menyuruhku ke sini. Kalau Bapak ingin menanyakan tentang pekerjaan yang kemarin, maaf belum selesai."Akhirnya Diva memaksakan diri untuk masuk ke ruang Liam."Saya ingin selesai hari ini, jadi, kerjakan sekarang di sini." Ucap Liam, Diva terpaksa menganggukkan kepalanya.Diva sadar pekerjaan ini hanya bisa selesai dengan dimentori Liam. Mereka melakukan pekerjaan dengan profesional, jika Liam berkata sesuatu. "Okeh." Hanya itu jawaban Diva tanpa melihat Liam. Diva tidak ingin terlihat sekali sangat terhina atas peninggalan Liam pada malam itu, dia terlihat biasa saja seakan ciuman itu hal lumrah.Liam menegakkan kepalanya. "Kamu kalau bicara lihat muka saya. Saya bukan pengganggu."Mereka bicara sangat profesional dengan menyembunyikan gejolak mereka masing-masing. Dengan cara saling bersikap ketus jika bicara."Mata aku ke laptop, ak

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 10

    Pukul sembilan seperti kemarin. Liam dan Diva pulang belakangan, semua staf di kantor itu sudah pulang. Naasnya ban mobil Diva bocor, kakinya menendang kuat pada badan mobilnya--harinya semakin menjengkelkan. Dia tidak tahu harus minta tolong siapa. Hanya ada Liam, pria brengsek itu."Sialan!" geram Diva.Dia menelengkan kepalanya melihat apakah mobil Liam masih ada, dan tiba-tiba mobil Liam berjalan ke arahnya. Diva melambaikan tangannya agar Liam berhenti. Dia bisa melihat wajah Liam yang menahan senyum itu."Bagusin mobil aku! Ban-nya bocor aku gak bisa pulang." Ketus Diva. Liam bersimpatik dengan nada suara Liam."Kamu minta tolong apa nodong orang?" Liam bersuara di mobilnya, sedangkan Diva merengut di depan kaca mobil Liam."Kurasa karena kamu adalah atasan, harus punya tanggung jawab pada bawahannya. Apalagi suasana di sini sangat sunyi. Tapi aku lupa Bapak kan gak punya hati... "

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 11

    Tumben Samira merasa bosan dengan party-nya. Biasanya dia akan membuat suasana pesta lebih hidup dengan caranya--apa pun akan dia lakukan. Samira itu ratu party. Meskipun teman-temannya sudah menari-nari karena pengaruh alkohol, Samira malah meneguk minumannya dengan tatapan kosong.Tidak ada hal di pesta itu yang membuat mood-nya jelek, namun dia malah terlihat muak dengan sekelilingnya. Dia memilih duduk di sudut sofa berwarna coklat sambil menikmati minuman berwarnanya. Suara music dan lampu yang berkedip-kedip di sertai bau aroma keringat bercampur parfum membaur di tempat itu.Namun, saat Samira ingin sendiri pria berbadan tinggi tegap datang lalu duduk di sampingnya, dia menyentuh lengan Samira sambil berbisik, "Cemberut aja muka-nya." Samira mendesah. Bram, sebenarnya pria baik, tapi rada pelit orangnya. Dia akan baik kalau ada maunya, padahal kantongnya tebal.Samira tidak menanggapi Bram

    Last Updated : 2022-01-14
  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 12

    Liam terburu-buru mendatangi kantor polisi, rasanya sangat geram mendengar Samira bau alkohol di tangkap polisi. Di tambah lagi orang yang dipukul teman Samira bukanlah orang sembarangan. Jadi Liam menghubungi temannya yang berprofesi pengacara untuk meminta bantuan.Sejam kemudian, saat Liam duduk di depan meja bapak polisi. Diva datang, kedua orang itu tampak sama-sama kaget karena berada di kantor polisi. Sedangkan Genk Samira berada di kursi belakang yang menempel pada dinding."Ree, kok bisa gini sih?" Diva menghampiri Renata yang bermake-up tebal. Dia mencium aroma alkohol yang menyengat dari Renata, "Kamu minum?""Dikit." Renata tersenyum seperti orang bodoh. "Please Queen tolongin aku ya...""Giliran kayak gini kamu manggil aku Queen, tapi kalo udah kumat segala nama binatang kamu nobatin padaku." Runtuk Diva, di sebelah Renata seorang wanita menghentakkan kakinya kesal."S

    Last Updated : 2022-01-14

Latest chapter

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 99

    Diva PoVTiga hari. Sudah tiga hari aku memata-matai apartemen Samira untuk mengetahui apakah Liam di sana. Apa saja yang mereka lakukan? Aku bodoh, harusnya aku mendobrak pintu rumahnya dan mencari suamiku. Aku benar-benar akan gila!! Hatiku terasa tidak pernah tenang setelah tahu semua kebenaran itu. Walau aku masih berstatus istri Liam, tetapi hati dan pikiran Liam sekarang hanya untuk Samira dan juga anaknya. Beberapa kali aku melihat tetangga berbisik-bisik sambil melihatku dengan wajah sinis, tapi ada juga yang bersimpati padaku. Entah apa yang mereka pikirkan.Liam, apa kamu tahu kondisi lingkungan kita sekarang? Semua orang tengah bergosip tentang kita dan Samira. Nanti, setelah sembilan bulan anaknya lahir. Apakah kamu akan menjadi sosok ayah yang akan selalu berada di sampingnya ?Tuhan, hatiku hancur membayangkan itu."Diva." Suara di belakang membuatku kaget, saat aku menoleh wanita itu tersenyum. Tetangga lantai atas. Kami sering berpapasan di lift. "Wajahmu pucat sekali

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 98

    POV: DivaWaktu masih kecil aku tidak punya alasan untuk merenungi kehidupanku yang tidak mempunyai saudara kandung. Aku anak tunggal yang tidak kekurangan kasih sayang ibu dan ayahku.Tetapi semua berbeda ketika Ayahku berselingkuh dan ibuku menjadi depresi. Aku tidak punya siapa pun untuk diajak berbagi.Setelah kepergian ibuku, tidak ada siapapun yang memperingatkanku tentang pesta dan laki-laki, hingga aku kehilangan arah. Sampai aku bertemu si tampan Liam dan ternyata dia sudah mempunyai istri. Segala terjadi begitu cepat---akhirnya aku dan Liam menikah. Tapi aku belum juga hamil."Aku membencimu, Liam," ucapku, sambil berusaha membuat suaraku tidak gemetar. "Kamu pria brengsek yang pernah aku temui.""Tenang, Diva." Jawab Liam mendekat. "Kasih aku kesempatan untuk memperbaiki keadaan kita.""Gak. Kamu mempermainkan aku!" Teriakku melemparnya dengan bantal di atas ranjang. Kamar ini menjadi ruang neraka yang kutinggali.Kamar ini tempat kami saling berbagi cerita dan perasaan, t

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 97

    POV : Diva"Kalian lucu sekali. Diva hanya mempertanyakan apa yang menjadi hakknya."Tangan Rayhard yang sedang memegang sendok dan hampir memasukkan makanan ke mulutnya berhenti. Lalu ia menatapku. Kakak Liam itu belum pernah membelaku, yang aku tahu dia membenciku. Wajah marah ibu mertuaku terpampang di sana. Mereka semua terlihat tidak nafsu lagi menikmati makanan, kecuali Samira."Bilang saja kamu iri dengan Samira, kan? Kamu belum bisa hamil anak Liam sedangkan Samira telah mengandung." Ucap Ibu mertuaku penuh kedengkian. "Maaf Mam, aku sama sekali gak iri. Dan lagi, Liam ini suamiku. Jelas aku gak terima dia hamil anak Liam." Aku memberanikan diri menatap mata wanita tua itu. Bisa-bisanya dia bilang aku iri. "Sudahlah Diva, kamu jangan menyudutkan Samira terus. Kasihan kan anak di perutnya." Ucapnya lagi, aku tidak mengerti bagaimana jalan pikiran ibu mertua hingga terus membela Samira. "Jawab pertanyaan Diva, Liam. Tunjukkan kalau kamu laki-laki." Terdengar suara Rayhard pe

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 96

    Di sebuah rumah besar mewah, terdapat seorang wanita yang sedang berjalan tergesa-gesa sambil menenteng dua kresek plastik hitam berisi belanjaan. Terdengar suara gelak tawa di ruang tengah. Seorang pelayan hanya melewati wanita itu tanpa berniat membantunya mengambil dua plastik besar itu dari tangannya."Kenapa kamu lama sekali belanjanya? Kamu kan tahu ini jam makan malam dan semua belanjaan yang kamu beli akan dimasak sekarang," ucap seorang wanita tua memarahinya. Ia meletakkan belanjaannya di atas meja bersiap untuk membereskannya. "Maaf Mam, jalanan tadi macet.""Astaga. Apa yang kamu katakan? Aku tadi menelponmu menjelang sore. Apa sejauh itu mall dari rumahmu hingga berjam-jam kamu menghabiskan waktu?""Maafkan aku, Mam." Ucap wanita yang berkuncir kuda itu. "Aku akan memasak SOP buntut spesial untuk makan malam nanti.""Sop buntut katamu? Kami lihat jam, kamu pikir perut kami masih bisa menunggu masakan kamu itu?" Cecarnya. "Kalau kamu gak ada niat masak untuk makan malam

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 95

    POV DivaBerhari-hari aku menghabiskan waktuku di kamar sambil memegang ponselku. Menunggu Liam mengabariku, aku masih berharap dia menanyakan keadaanku.Ya, penantian yang tidak ada ujungnya dan terlalu berharap akan membawa seseorang menuju keterpurukan. Begitu saja tanganku membanting ponsel yang tidak pernah kulepaskan dari tadi."Kamu lebih memilih Samira daripada aku istrimu, Liam!""Dia yang mulai perkara denganku, tapi kamu memihak dia?" Dia membuatku kesal. Aku tidak tahu harus bagaimana.Samira, aku benar-benar tersentuh dengan semua caramu menghancurkan hidupku. Aku tidak menyangka kita akan sejauh ini. Aku pikir semua telah berakhir dan Liam menjadi milikku seutuhnya. Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu membuat Liam kembali sukses. Kamu mengacak-acak rumah tanggaku dan mengandung anak Liam.Apa yang harus aku lakukan?Liam, aku ingin kita kembali seperti dulu. Aku ingin kita tetap bersama sebagai pasangan suami-istri. Apakah takdir kita hanya sampai di sini. Katakan padaku b

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 94

    POV : DivaAku sempat terpaku melihat wanita bergaun kimono masuk ke dalam lift yang sama denganku. Wanita jalang yang sedang mencoba menghancurkan pernikahanku sekarang berada di ruang yang sama denganku. Dia memakai gaun kimono yang aku tebak untuk menutupi perutnya yang mulai buncit."Kenapa kaget? Kamu kira kawasan apartemen ini milik pribadimu. Dasar bodoh." Cemoohnya padaku. Aku memperbaiki raut wajahku agar terlihat tetap tenang. "Siapa yang bodoh?" Aku menggelengkan kepalaky. "Kamu tinggal di sini? Bukankah itu berarti kita akan sering bertemu dan kamu akan melihat aku dan suamiku yang sering bergandengan tangan di kawasan ini."Aku melihat dia menekan tombol satu lantai di atasku. Seketika aku sadar melihat senyum tipisnya. Dia memang sengaja tinggal di sini."Seseorang membelikanku apartemen di sini. Tentu saja aku gak akan menolaknya. Benar, kan?" Dia seperti menikmati wajah tegangku. Jangan bilang Liam yang membeli apartemen di atas untuk Samira. Aku harus sabar dan jang

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 93

    POV: DivaSelama beberapa hari aku merasa gelisah. Liam belum pernah pulang setelah berita pria itu di semua media. Apakah sekarang Liam telah tinggal bersama Samira? Banyak pertanyaan di kepalaku.Jika terjadi sesuatu pada pernikahanku, aku juga akan kehilangan semangat hidupku lagi. Aku tidak mengira Samira akan kembali pada kehidupan Liam.Jadi selama ini Samira hanya berpura-pura menjauh dari Liam, tapi kenyataannya wanita sialan itu sedang berputar-putar disekeliling suamiku. Dia hanya sedang mempermainkan waktu untuk menghancurkan hidupku perlahan-lahan. Dan keluarga Liam membantunya.Mereka tau semenjak Liam bersamaku, dia mendapatkan banyak tekanan dari keluargaku dan ekonomi kami yang buruk.Aku duduk di sofa putih menghadap jendela kaca yang tertutup tirai putih. Cahaya matahari membuat ruangan ini tidak gelap. Ya, aku sengaja mematikan semua lampu di rumah ini. Agar aku tau jika Liam datang, biasanya dia akan menghidupkan lampu meski siang hari.Samira adalah wanita yang p

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 92

    "Saya berjanji akan melakukan tugas saya sebagai pemimpin perusahaan dengan baik. Berkontribusi meningkatkan perekonomian perusahaan." Liam mengakhiri pidatonya lalu tersenyum kecil.Nama Liam Kavindra menjadi pembicaraan di manapun. Bahkan sebuah tabloid membuat artikel tentang rumah tangganya juga."Maaf Pak ada artikel yang mengatakan anda telah menikah dengan wanita selingkuhan anda. Apa komentar bapak atas artikel itu?""Pak Liam...""Pak Liam..."Liam tetap berjalan meninggalkan pers dan mengacuhkan pertanyaan wartawan itu.Hari ini adalah hari kemenangan bagi Liam setelah membuat Rayhard turun tahta. Dia sudah menunggu bertahun-tahun untuk menerima kemenangan ini.Salah siapa Rayhard telah menghancurkan hidupnya dulu dengan perselingkuhan yang dilakukannya dengan Diva. Sekarang perusahaan ini menjadi miliknya.Liam masih ingat Rayhard menghina Diva dengan sebutan penggoda pria kaya. Setahun lalu Liam pernah melihat Rayhard sedang makan di restoran mewah bersama wanita muda. Dan

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 91

    Pagi hari Liam membantu Samira memindahkan barang ke apartemen yang baru ia beli. Lokasinya sangat dekat dengan apartemen miliknya. Dan apartemen itu kelihatan lebih mewah dari pada yang ditempati Diva. Tentu saja hal itu membuat Samira sangat senang, balas dendamnya tercapai. Jika Diva tahu pasti wanita itu akan sakit hati dan menderita.Samira ingin sekali memberitahu Diva tentang ayah anak yang ia kandung. Seharian ini Liam menghabiskan waktunya bersama Samira di apartemen mewah itu, bahkan ia tidak mengangkat panggilan dari Diva."Kamu anterin aku ya belanja kebutuhan bayi." Kata Samira yang sedang menikmati makan siangnya."Kamu kan tau Sa, di luar banyak orang. Apa kata mereka kalau saya jalan sama kamu beli peralatan bayi." "Peduli apa kata orang? Kalau kamu takut, untuk apa memindahkan aku ke apartemen ini? Hanya beberapa langkah dari tempat kamu."Liam meminum air putihnya di gelas, tanda makannya telah selesai. "Saya hanya berjaga-jaga dengan keselamatan kamu. Kalau kamu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status