Gracia terlihat menundukkan wajahnya , sedang Hanz entah seperti apa perasaannya saat ini."Nona! Kami, ini tidak seperti yang anda lihat." ucap Hanz gugup."Tuan Hanz, saya permisi dulu." ucap Gracia melangkah keluar dari ruangan Hanz, ia menundukkan pandangannya saat melewati Azka."Tunggu!" Azka menyambar pergelangan tangan Gracia, membuat wanita itu menghentikan langkahnya."Apa kamu tau siapa aku?" tanya Azka tanpa menoleh ke arahnya.Gracia mengangguk, "Nona adalah Presdir Perusahaan ini. Saya banyak mendengar cerita tentang Nona." jawab Gracia tanpa menatap Azka."Kamu tau siapa Hanz?""Tuan Hanz adalah Sekretaris perusahaan ini." Gracia kembali menjawab pertanyaan Azka."Bagus! Kalau begitu, aku peringatkan kamu, jika tidak ada urusan pekerjaan jangan menemui Hanz lagi. Kamu tau, perbuatanmu ini hanya mengganggu waktu kami." Azka menghempaskan tangan Gracia ."Baik Nona, maafkan saya. Saya tidak akan mengulanginya lagi." jawab Gracia memegangi pergelangannya yang terasa panas k
Hanzero terbangun saat Azka menggeliat di pelukannya, berkali-kali ia mengerjapkan matanya saat menyadari keadaan Azka dan dirinya yang tanpa busana itu .Hanz mengingat betul apa yang telah terjadi. Ia kemudian bangun dan duduk disisi Azka yang masih terlelap. Ia memandangi wajah gadis itu dengan dalam, tampak penyesalan dari dirinya dengan apa yang telah ia lakukan pada Azkam"Azka.." Tangan Hanz membelai wajah Azka."Hanz." sahut Azka lirih , ia terbangun merasakan sentuhan lembut di wajahnya."Apa kamu baik-baik saja.?" tak terasa Hanz meneteskan air mata ."Kenapa kamu menangis..?" Azka segera duduk dan membalut tubuhnya dengan selimut ."Maafkan aku Nona, seharusnya semua ini tidak boleh terjadi. Aku benar-benar tidak berguna. Aku sudah mengecewakan Tuan Shaka. Aku tidak bisa menjaga Nona. Malah aku sendiri yang sudah menghancurkan Nona." ucap Hanz ."Hanz, ini bukan salahmu, tapi salah kita berdua . Aku juga yang menginginkannya." jawab Azka meraih tangan Hanz."Kehormatan Nona
Shaka masih menatap Hanz dengan sangat tajam. "Aku benar-benar tidak menyangka jika kamu jatuh cinta pada Putriku, Hanz Apa karena Azka yang memaksamu dan kamu tergoda?"Hanz menggelengkan kepalanya."Nona tidak pernah memaksa saya Tuan, saya sendiri yang jatuh cinta padanya dan begitu juga sebaliknya. Kami sudah saling mencintai dan saya sudah berjanji untuk menikahinya. Saya tidak mungkin berani meninggalkannya Tuan, itu akan melukai hatinya." Hanz terus berusaha menjelaskan."Kamu jatuh cinta pada Azka karena kamu sering dekat dengannya Hanz, aku sangat mengenalmu. Dan setahuku kamu susah tertarik pada wanita.""Tidak Tuan, anda salah. Saat itu, sehari sebelum kepulangan Nona, sebenarnya saya sudah berada di kota ini, saya tidak langsung ke rumah utama melainkan pulang ke apartemen saya. Pagi hari saya bermaksud melihat keadaan Villa pelangi sambil menunggu kabar dari Tuan yang pasti akan menghubungi saya ketika Nona akan pulang ke rumah utama." Hanz mulai sedikit bercerita ."Sa
"Maaf kan saya Tuan, saya berjanji tidak akan melakukanya lagi sebelum saya benar benar menikahi Putri Tuan." ucapan Hanzero hanya mampu sampai di tenggorokan saja.Kini ia telah melajukan mobilnya ke arah pulang. Dengan perasaan yang begitu senang , Hanzero tak sabar untuk kembali bertemu dengan Nonanya.Setelah beberapa jam ,sekitar hampir jam sembilan malam Hanz akhirnya sampai di Rumah Utama. Ia langsung disambut para penjaga ."Apa ada yang terjadi saat aku pergi.?" Hanz melirik penjaga."Tidak ada Tuan, semua baik baik saja." jawab mereka membuka kan pintu.Hanz melangkah dan menaiki tangga, di sana terlihat Berlinda baru keluar dari kamar Nona nya."Bagaimana kabar Nona hari ini.?" Hanz bertanya pada Pelayan kamar Azka itu ."Nona murung Tuan, hampir seharian Nona mondar mandir di kamar." jawab Berlinda."Apa Nona juga tidak mau makan.?""Nona makan Tuan." jawab Berlinda lagi."Bagus lah." Hanz segera meninggalkan Berlinda dan melangkah menuju kamar Azka.Ia mengetuk pintu ."
"Nona , ini sudah jam makan siang , sebaiknya Nona makan dulu." ucap Hanz masih melirik sinis pada Gavin."Hanz.. bisakah kamu mencarikan aku makan siang.? Aku akan makan siang disini saja. " Azka memberi perintah."Tapi Nona..?""Hanz.. Tolong kamu cari makanan untukku, aku ingin berbicara empat mata dengan Tuan Gavin. Apa kamu bisa meninggalkan kami dulu..?" ucap Azka."Baiklah Nona." Jawab Hanz, ia sempat melihat senyum kemenangan di bibir Gavin."Hanz, jangan lupa dua Porsi ya..?" ucap Azka sebelum Hanz melangkah.Hanz hanya mengangguk dan melangkah pergi.Apa yang ingin dibicarakan Nona dengan Gavin ? kenapa harus menyuruh ku pergi. Atau jangan jangan Nona mulai tertarik pada Gavin.Tidak.....Kau milik ku Azkayra.. Aku tidak akan membiarkanmu jatuh cinta pada Gavin brengsek itu.Hanz terus berprasangka buruk. Ia segera melajukan mobilnya dan berhenti di sebuah restoran, memesan makanan dan segera kembali lagi ke ruangan Azka.Pikirannya mulai resah ,membayangkan Azka sedang ber
Jam tujuh malam, Hanzero sudah berada di kamarnya , terlihat sudah mandi dan duduk menikmati secangkir kopi.Seseorang mengetuk pintu."Tuan, ada yang tamu." ucap Berlinda ketika Hanz membuka pintu."Siapa..?""Entah Tuan, tapi katanya mencari Nona." jawab Berlinda."Saya sengaja memberitahu Tuan dulu, takut kesalahan jika langsung memberitahu Nona." ucap Berlinda."Pintar kamu Berlinda , peraturan di rumah ini siapa pun tamu yang ingin bertemu Nona memang harus lewat aku dulu. " jawab Hanz membenarkan alasan Berlinda."Iya,Tuan, saya mengerti.""Baiklah , aku akan menemuinya. Kamu urus saja Nonamu dengan baik." ucap Hanzero segera melangkah menemui tamu itu.Dalam pikirannya ia sudah menebak siapa tamu itu.Dan benar saja, Gavin adalah tamu yang dipikirkan oleh Hanz."Tuan Gavin." sapa Hanzero menghampirinya."Di mana Nona Azkayra, malam ini kami sudah membuat janji untuk keluar." balas Gavin." Tunggu sebentar Tuan, saya akan memanggil Nona.." jawab Hanz."Baguslah , cepat panggil
Dua Minggu setelah itu,Sore hari mereka tampak sedang menuju Rumah Utama usai pulang dari perusahaan.Azkayra terlihat menggeliat dan sebentar sebentar merentangkan kedua tangannya."Nona.. Anda kenapa.?" tanya Hanz melihat gelagat Azka."Badanku tidak enak sekali rasanya." jawab Azka singkat."Nona sakit..?" Hanz mulai panik."Tidak, aku hanya merasa tidak enak badan , mungkin pengaruh karena aku telat datang bulan." jawab Azka ."Apa? Nona terlambat datang bulan..?" Hanz membulatkan kedua Matanya, dia sangat terkejut dengan jawaban Azka."Kamu kenapa kaget sekali? Aku sudah biasa seperti itu. Kadang rutin kadang juga telat. Tapi kali ini terasa lain sekali. Badanku tidak enak sekali rasanya, Hanz.." jelas Azka tidak mengerti alasan Hanz kaget dengan ucapannya."Sudah berapa hari Nona terlambat." tanya Hanz semakin terdengar khawatir."Seminggu." jawab Azka menatap kepanikan Hanz namun ia tetap tidak paham dengan apa yang dikhawatirkan Hanz saat ini."Kenapa Nona tidak bilang?""In
Hanzero mencoba melepaskan pelukan Azkayra yang masih terus mendekapnya karena takut dengan hasil testpacknya."Kamu harus melihatnya, Azka." Hanz menarik dagu Azka agar melihat hasil testpack itu.Dengan dada yang masih dag dig dug Azka membuka matanya sedikit demi sedikit. Dengan ragu-ragu dia mengintip."Hanz, benar kah ini.?" tanya Azka menatap dengan membelalakkan kedua matanya sekarang.Hanz mengangguk.Azka terduduk lemas di lantai Kamar mandi dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya."Azka." Hanz menyentuh bahunya."Hanz, aku sungguh takut kalau aku benar-benar hamil. Ayah pasti akan murka padamu." ucap Azka menatap Hanz."Bukan kemurkaannya yang aku takutkan Nona , tapi nama baik keluarga Adiwiguna ini. Jadi mulai saat ini kita harus bisa sama-sama saling menjaganya." Hanz kemudian memeluk Azka.Keduanya kini keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega , ketakutan mereka tak lagi menghantui, karena hasil yang mereka lihat di testpack itu hanya meninggalkan satu garis mera