Jam tujuh malam, Hanzero sudah berada di kamarnya , terlihat sudah mandi dan duduk menikmati secangkir kopi.Seseorang mengetuk pintu."Tuan, ada yang tamu." ucap Berlinda ketika Hanz membuka pintu."Siapa..?""Entah Tuan, tapi katanya mencari Nona." jawab Berlinda."Saya sengaja memberitahu Tuan dulu, takut kesalahan jika langsung memberitahu Nona." ucap Berlinda."Pintar kamu Berlinda , peraturan di rumah ini siapa pun tamu yang ingin bertemu Nona memang harus lewat aku dulu. " jawab Hanz membenarkan alasan Berlinda."Iya,Tuan, saya mengerti.""Baiklah , aku akan menemuinya. Kamu urus saja Nonamu dengan baik." ucap Hanzero segera melangkah menemui tamu itu.Dalam pikirannya ia sudah menebak siapa tamu itu.Dan benar saja, Gavin adalah tamu yang dipikirkan oleh Hanz."Tuan Gavin." sapa Hanzero menghampirinya."Di mana Nona Azkayra, malam ini kami sudah membuat janji untuk keluar." balas Gavin." Tunggu sebentar Tuan, saya akan memanggil Nona.." jawab Hanz."Baguslah , cepat panggil
Dua Minggu setelah itu,Sore hari mereka tampak sedang menuju Rumah Utama usai pulang dari perusahaan.Azkayra terlihat menggeliat dan sebentar sebentar merentangkan kedua tangannya."Nona.. Anda kenapa.?" tanya Hanz melihat gelagat Azka."Badanku tidak enak sekali rasanya." jawab Azka singkat."Nona sakit..?" Hanz mulai panik."Tidak, aku hanya merasa tidak enak badan , mungkin pengaruh karena aku telat datang bulan." jawab Azka ."Apa? Nona terlambat datang bulan..?" Hanz membulatkan kedua Matanya, dia sangat terkejut dengan jawaban Azka."Kamu kenapa kaget sekali? Aku sudah biasa seperti itu. Kadang rutin kadang juga telat. Tapi kali ini terasa lain sekali. Badanku tidak enak sekali rasanya, Hanz.." jelas Azka tidak mengerti alasan Hanz kaget dengan ucapannya."Sudah berapa hari Nona terlambat." tanya Hanz semakin terdengar khawatir."Seminggu." jawab Azka menatap kepanikan Hanz namun ia tetap tidak paham dengan apa yang dikhawatirkan Hanz saat ini."Kenapa Nona tidak bilang?""In
Hanzero mencoba melepaskan pelukan Azkayra yang masih terus mendekapnya karena takut dengan hasil testpacknya."Kamu harus melihatnya, Azka." Hanz menarik dagu Azka agar melihat hasil testpack itu.Dengan dada yang masih dag dig dug Azka membuka matanya sedikit demi sedikit. Dengan ragu-ragu dia mengintip."Hanz, benar kah ini.?" tanya Azka menatap dengan membelalakkan kedua matanya sekarang.Hanz mengangguk.Azka terduduk lemas di lantai Kamar mandi dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya."Azka." Hanz menyentuh bahunya."Hanz, aku sungguh takut kalau aku benar-benar hamil. Ayah pasti akan murka padamu." ucap Azka menatap Hanz."Bukan kemurkaannya yang aku takutkan Nona , tapi nama baik keluarga Adiwiguna ini. Jadi mulai saat ini kita harus bisa sama-sama saling menjaganya." Hanz kemudian memeluk Azka.Keduanya kini keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega , ketakutan mereka tak lagi menghantui, karena hasil yang mereka lihat di testpack itu hanya meninggalkan satu garis mera
_______"Saya tidak tau pasti Tuan, tapi bukan kah Tuan Shaka ingin menjodohkan Nona dengan Tuan Gavin, ya Tuan Gavin lah pastinya, tidak mungkin dengan yang lain.." jawab Annabel dengan yakinnya.Gavin berdiam sejenak, terlihat dia sedang berpikir."Kurang ajar Hanzero.. kenapa dia tidak memberitahuku? Pasti karena dia sengaja ingin menjauhkan aku dengan Azkayra . Aku tidak akan membiarkan itu terjadi." gumam Gavin."Jika aku bisa mempercepat penyelesaian Pembangunan Villa Pelangi itu, berarti aku akan lebih cepat menikah dengan Azkayra..Baik lah, aku akan menyusun rencanaku sendiri tanpa berunding dengan Hanzero sekretaris sialan itu." ucap Gavin dalam hati.Gavin segera berbalik arah."Tuan.. anda mau kemana..? Tidak jadi menemui Nona Azkayra.?" tanya Annabel melihat Gavin hendak melangkah pergi."Tidak.. kapan-kapan saja, aku harus segera mencari solusi untuk memenuhi permintaan Tuan Shaka Kamu tidak perlu bilang pada mereka kalau aku kesini." jawab Gavin melangkah pergi."Baik
Pagi ini Hanzero mulai sibuk berkemas.Hari ini dia akan pulang ke kampung halamannya. Dia memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam koper milik Azkayra.Lalu melangkah menarik koper tersebut. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti karena dia mengingat sesuatu penting yang perlu dia bawa. Hanz kembali masuk kedalam kamarnya, menghampiri meja dan menarik laci. Tangannya meraih sebuah benda berwarna hitam mengkilap yang terlihat sedikit berat dan menyimpannya baik-baik di balik jaketnya."Untuk sekedar berjaga-jaga, aku tidak mungkin membawa pengawal untuk pulang ke kampungku." Dia bergumam.Kemudian Hanz kembali melangkah menuju kamar Azkayra dan mengetuk pintu disana."Nona, apa anda sudah siap?""Tunggu di bawah Hanz.. sebentar lagi aku menyusul!" sahut yang di dalam.Hanz hanya bisa mendengus dan berlalu.Hanz kini sudah berada di depan, menghampiri Annabel yang sudah menunggu di dekat mobil."Annabel, aku akan pulang ke kampungku. Nona Azka ikut denganku. Ingat jangan ada yang mengetahu
Azka hanya tertawa saja."Kita lanjutkan perjalanan kita." ucap Hanz menghidupkan mesin mobil."Memangnya mereka sering menjarah di sini ya..?" tanya Azka."Tidak tau juga, aku belum pernah bertemu mereka . Baru kali ini, mungkin mereka tau kalau aku sedang membawa seorang bidadari. Makanya mereka menghadang perjalanan kita." jawab Hanz kembali melirik bibir Azka.Sungguh manis sekali ..Hanz hanya bisa menghela nafas.Kini mobilnya kembali melaju. Tak berapa lama kemudian mobil mereka memasuki sebuah perkampungan yang terlihat Asri dan tenang.Setelah beberapa menit Hanz membelokkan mobilnya ke jalan yang sedikit sempit dan berhenti di depan sebuah rumah yang sederhana namun terlihat lebih besar dari ukuran rumah warga yang lainnya."Hanz.. apa kita sudah sampai..?" tanya Azka menyadari jika Hanz telah menghentikan mobilnya.Hanz tersenyum dan mengangguk."Kamu membohongiku ya, kamu bilang sore hari baru sampai..? Ini masih tengah hari." Azka mencubit pinggang Hanz.Hanz masih tersen
Sementara Hanzero kini sudah duduk di teras depan bersama Pamannya. Menatap sekeliling Rumah Paman nya yang masih penuh dengan kehijauan Pohon dan Sayur Mayur milik Bibinya."Bibi masih saja rajin menanam sayuran." ucap Hanz."Tau sendiri bagaimana Bibimu, ia sama sekali tidak mau menganggur." sahut Sang Paman."Bagaimana Hanz ? Apa nanti sore kamu akan pergi ke makam kedua orang tuamu.?" tanya Sang Paman."Iya Paman, aku akan mengajak Nona Azkayra ke makam mereka." jawab Hanz."Hanz, benarkah kau akan menikahi Nona Azkayra.? Apa Tuan Shaka sudah benar-benar merestui hubungan kalian.?" tanya Paman nya sedikit khawatir."Aku sudah menemui Tuan Shaka di kampung halamannya dan meminta restunya. Tuan Shaka memberi restu kepada kami. Paman.. Apa Paman tidak tau tentang hubungan Tuan Shaka dengan orang tuaku dulu.?" tanya Hanz menatap Pamannya."Paman tidak pernah tau apa-apa, setau Paman hanya Ayahmu membawa kalian ke kota dengan waktu yang cukup lama. Sebelum akhirnya membawa kalian kesin
"Maafkan bibi ya Nona, jika selama disini penyambutannya kami kurang baik." ucap Sang bibi di depan mobil Azka."Bibi, jangan bilang begitu. Azka senang sekali selama disini. Sungguh, kapan-kapan Azka akan kesini lagi." jawab Azkayra dengan senyum berkembang penuh kebahagiaan di bibirnya."Benar ya .? Jangan kapok main ke rumah Bibi yang jelek ini.""Iya Bibi," Azkayra kembali tersenyum.Pagi itu mereka akan kembali ke kota setelah dua hari berada di kampung Hanz.Hanz nampak sedang berbincang serius dengan Pamannya."Hanz, Maafkan Paman dan Bibimu jika tidak bisa menghadiri Hari pernikahan kalian nanti. Kamu tau sendiri kan, kalau bibimu tidak bisa naik kendaraan terlalu jauh. Dia mabuk perjalanan." ucap Sang Paman."Iya Paman, kalian tidak perlu menghadirinya, Doa restu dari kalian itu saja yang kami perlukan." jawab Hanz memeluk Pamannya."Itu pasti Hanz, tidak perlu kamu pinta, doa kami akan selalu mengiringimu. Hati-hati dalam setiap tindakan dan jaga Calon istrimu dengan baik."
Hari itu, Azkayra sudah di perbolehkan pulang oleh Dokter Lisa. Perawatan akan di lanjutkan di Rumah utama. Dengan sangat bahagia Hanzero berkemas di bantu Arwan dan juga Berlinda.Ia terus mendekap sang Hanz Juniornya dengan tatapan mesra pada mata jagoan ciliknya yang mungil itu.Setelah semua siap,mobil mereka pun segera meninggalkan Rumah Sakit itu perasaan yang begitu bahagia.Hanz duduk di jok belakang bersama Azka dengan memangku sang buah hatinya, sementara Berlinda duduk di depan bersama Arwan yang mengemudi.Tak lama setelah melintasi jalan aspal hitam itu, mobil mereka telah memasuki halaman luas milik Rumah Utama keluarga Samudra. Di sambut puluhan penjaga dan juga pelayan dengan ucapan Selamat yang menggebu dari mulut mereka mengelu-elukan Calon Tuan muda mereka. Hanz menuruni mobil dengan senyum lebar menatap mereka.Hanz mengulurkan sang buah hati nya kepada Berlinda yang dengan sigap mengambil alih menggendong tuan muda kecil nya. Sementara Hanz membopong istri nya u
Peluh sudah membasahi wajah dan seluruh tubuh Azkayra, rasanya ia sudah tidak tahan lagi . Namun lagi-lagi Dokter Lisa mengucapkan kata sebentar lagi, karena memang pembukaan belum sepenuh /nya terjadi.Di ruang lain ,Hanzero terus meringis kesakitan. Tapi kali ini, entah mendapat kekuatan dari mana ia berusaha sekuatnya untuk menahannya dan mencoba bangun."Berlinda , kemarilah." ucapnya.Berlinda segera mendekati Tuannya yang sudah duduk di tepi ranjang."Lebih mendekat.!"Berlinda masih dengan kebingungan makin mendekatkan kakinya lagi."Bantu aku berjalan. Aku harus menemui Nona.!" ucap Hanz segera meraih pundak Berlinda."Tuan, anda sedang sakit, Dokter sebentar lagi datang. Suster sedang memanggilnya." cegah Berlinda."Tidak Berlinda, aku harus mendampingi Nona. Pasti dia sedang kesakitan yang lebih dari aku. Ayo Berlinda..! Mumpung sakit ini sedikit berkurang." Hanz langsung berdiri dengan berpegangan pada pundak Berlinda.Mau tidak mau, dengan perasaan sungkan Berlinda akhirny
Hanzero masih saja berguling di atas kasur sambil terus merintih. Sakit perut yang di alaminya bukan hanya biasa , namun lebih dari sekedar sakit perut biasa, mules tingkat tinggi dan kram. Sebentar menghilang dengan sendirinya dan sebentar akan datang kembali lebih sakit dari yang pertama,. Rasanya seperti diremas, dan pinggangnya pun terkadang sakit luar biasa.Sementara Azkayra hanya bisa kebingungan melihat suaminya kesakitan."Hanz,.!" Azka sudah meneteskan air mata."Azka, mana Arwan..? Sakit Azka , aku tidak tahan...!" Hanz yang biasanya selalu kuat menahan rasa sakit, kali ini benar-benar harus merintih menahannya."Sabar ya, sebenar lagi Arwan kemari. Dia sedang menyiapkan mobil." jawab Azka terus mengurut perut Hanz."Azka, aku ingin ke kamar mandi lagi." Hanz merangkak menuruni Ranjang."Biarku bantu Hanz," ucap Azka."Tidak tidak, aku masih kuat. Sakitnya berkurang." sahut Hanz, dengan memegangi pinggangnya mirip seorang kakek-akek osteoporosis ia berjalan tertatih ke kam
Hanzero masih terus berkutat dengan perut Azkayra yang sudah sangat membuncit.Hari ini kandungan istrinya sudah memasuki bulan kesembilan, walau pun baru memasuki dan belum penuh sembilan bulan, namun Hanzero sudah menyiapkan segala sesuatunya. Semua keperluan bayinya pun di siapkan olehnya sendiri. Dari tempat tidur dan seluruh keperluan bayi.Dengan panduan buku , ia bisa mengetahui semua apa yang di butuhkan bayi setelah lahir."Hanz, menurut lmu bayi lmu ini akan laki-laki apa perempuan.?" tanya Azka malam itu."Laki-laki ." jawab Hanz dengan mantapnya."Dari mana kamu tau?" Azka menyerngitkan dahinya."Entahlah, tapi aku begitu yakin." jawab Hanz lagi."Karena kamu menginginkan anak laki-laki.?""Tidak juga, aku malah ingin perempuan. Tapi aku selalu bermimpi menggendong anak laki-laki." jawab Hanz mendekati istrinya ."Laki-laki atau perempuan sama saja Azkayra. Aku akan sangat senang menyambutnya. Asal jangan kembar saja." ucap Hanz."Kenapa kalau kembar ?""Aku tidak tega me
Masih dengan penderitaan yang belum berubah, malah terkesan lebih sengsara, namun membuat Hanzero semakin bersemangat menghadapinya.Meski kadang lelah menggerogoti tulangnya, tapi rasa bahagia menepis kelelahannya. Ia bahkan semakin sabar dan telaten dalam menghadapi masa masa ngidam Azkayra yang baginya menjadi kekuatan tersendiri untuk nya itu.Kulit mulus Azka yang terlihat semakin indah di mata Hanz, namun badan Azka sedikit lebih kurus di banding hari hari sebelum ia di positif kan hamil. Mungkin karena Azka terus memuntahkan asupan gizi yang setiap saat menyinggahi perutnya.Sore itu, Hanz terus menatap perut istrinya yang nampak datar dan belum terlihat membuncit itu. Dalam hati nya ,ia tidak sabar menantikan kapan perut indah itu akan membesar?Ia melangkah menghampiri," Azka, malam ini kamu ingin makan apa.?" mengelus perut istirnya."Tidak ada." jawaban singkat dari Azka tanpa mempedulikan si pemberi pertanyaan."Jangan begitu. Kamu harus punya keinginan.""Hah, kenapa mema
Hanzero tetap saja melangkah menuruni tangga untuk mencari buah strawbery putih yang minta istri nya, padahal ia sendiri masih ragu, Apa ada?"Arwan.!" sempat terkejut ketika menatap Arwan sudah di depan pintu."Tuan, anda mau kemana.?""Kebetulan kamu sudah pulang, ayo ikut aku." Hanz bersemangat, setidaknya ada teman untuk berbagi pusing.Tanpa bertanya Arwan pun mengikuti langkah tuannya dan membuka kan pintu mobil."Kemana ini l, Tuan.?" tanya Arwan masih menginjak gas."Huh.!" menghela nafas."Tuan," Arwan menoleh."Ah, kemana saja . Yang penting bisa mendapatkannya.""Mendapatkan apa Tuan.?" Arwan bingung dengan ucapan Hanz."Arwan, apa ada buah strawberry berwarna putih? Kamu pernah melihatnya ? Mendadak Nona menginginkannya.""Ada, Tuan." spontan Arwan menjawab."Hei, aku sedang tidak bercanda!" Hanz mengira Arwan mengada-ngada."Ada Tuan, serius. Saya pernah melihatnya di internet. Kalau tidak salah, itu tanaman liar dari Amerika Selatan." jawab Arwan."Yang benar saja , apa
Hanzero masih terus menggenggam tangan istrinya dan mengusap wajah Azkayra yang terlihat pucat itu. Sesekali melirik pintu."Kenapa Dokter Lisa lama sekali ya.?" gumamnya.Baru saja Hanz bergumam, Berlinda sudah membuka pintu dengan dokter Lisa di belakangnya. Dengan sedikit tergesa Dokter Lisa menghampiri ."Maaf Tuan, sedikit terlambat. Jalanan macet." ucap Dokter Lisa ."Tolong periksa Nona Azkayra, dia terus mual dan muntah." sahut Hanz tak ingin berbasa basi.Dokter Lisa menagangguk, sementara Hanz langsung beranjak menjauh.Dokter Lisa pun langsung memeriksa Azka.Hanz duduk menunggu dengan cemas, begitu juga dengan Berlinda, masih saja berdiri di sudut ruangan itu.Lama Dokter Lisa memeriksa Azka, dan akhirnya menghampiri Hanz."Tuan,""Bagaimana keadaan Nona, apa sakitnya parah?" tanya Hanz spontan saat mendengar Dokter Lisa memanggilnya.Dokter Lisa tersenyum."Nona Azkayra baik-baik saja Tuan,!""Baik-baik saja bagaimana.? Bahkan dia tadi sempat pingsan!" pekik Hanz ."Tuan,
Hanzero masih memeluk istrinya dengan erat, namun entah mengapa, perasaan Azkayra yang biasanya selalu damai jika berada di pelukan suaminya kini seperti tak di rasakannya.Gelisah, ya kata itu yang tepat untuk suasana hati Azkayra saat ini.Ide gila, hah.! Sungguh kah ia harus mengatakan itu pada Hanz.?Huh, berat rasanya Azka untuk memulai ucapannya. Tapi itulah satu-satunya caranya agar kegelisahannya berakhir.Apa Hanz akan setuju,? Apa Hanz akan menurutinya kali ini.? Benarkah jalan ini yang harus mereka tempuh.?Lagi-lagi Azka berperang dengan pikiran nya.Kembali Azka menimbang."Azka, katakan padaku apa yang ingin kamu bicarakan? Hari ini aku milikmu sepenuhnya. Waktuku akan kupersembahkan untukmu." ucap Hanz masih dalam posisi memeluk pinggang istrinya."Hanz , aku.. Em, kamu tidak akan marah jika aku mengatakannya.?""Tidak Azka, asal itu masuk akal. Katakan saja." jawab Hanz, sudah menangkap hal lain dari istrinya.Azka memutar tubuhnya, menatap dalam mata suaminya. Kedua t
Kini Hanzero tidak lagi banyak menuntut istrinya, dan Azkayra bisa sedikit leluasa untuk sekedar memasak yang memang sudah menjadi impian nya itu. Ia pun sudah sering pergi belanja walau pun harus tetap dengan pengawalan yang super ketat.Namun setidak nya Azka bisa menikmati hari hari nya dengan keceriaan.Hanz pun tersenyum melihat senyum kebahagiaan istrinya yang selalu berkembang mengawali pagi nya dan menyambut nya pulang dari Kantor.Rasa cinta dan sayang nya pun semakin meluap pada istri nya.Waktu terasa cepat berjalan, bulan kini sudah berganti tahun .Tak terasa setahun sudah usia pernikahan mereka.Kebahagiaan dan masa tenang mereka pun kini terusik oleh perasaan khawatir Azka, karena ia tak juga kunjung hamil.Padahal program hamil sudah di lakukan dengan sempurna, belum lagi cara cara lain seperti terapi, ramuan penyubur kandungan bahkan Azka pernah pergi ke Mbah Mbah untuk meminta jampi jampi kuno yang di yakini bisa menolong nya tanpa sepengetahuan Hanz.Hingga akhirnya