Sepanjang waktu hari ini, Tommy lebih banyak melamun ketimbang bekerja. Itu terbukti dari dokumen yang ia buka sejak beberapa jam lalu di mejanya. Benda itu dibiarkan begitu saja, sedangkan si empunya malah melamun.
“Bagaimana perasaan Jenny mengetahui ini?” gumamnya frustrasi.
Tommy meremas rambutnya dengan sekuat tenaga. Pikirannya begitu kacau hanya karena memikirkan perasaan istrinya. Padahal, baru beberapa hari ini wanita itu mulai bisa menerima keadaannya. Mulai mau membuka diri dan bermanja dengannya.
Lalu, apa yang akan terjadi ketika wanita itu mendengar berita yang akan ia dengar nanti?
Bagaimana kalau ia kembali terluka dan mendiamkan Tommy?
Yang lebih parahnya, bagaimana jika ia kehilangan semangat hidupnya. Seperti saat itu.
“Argh!” geram Tommy.
Tak ingin berlama-lama berkutat dengan dokumen di mejanya, Tommy memilih meraih kunci mobil, ponsel, dan tas kerjanya. Mengabaikan pekerjaannya
[Kejujuran hati kepada setiap pasangan selalu menjadi prioritas. Apalagi bagi kalian yang sudah menikah. Meskipun itu pahit dan menyakitkan, usahakan selalu terbuka agar tak menjadi bumerang di masa depan. Ingat! Satu tahun pertama pernikahan adalah masa uji coba untuk menerima ujian di tahun berikutnya.]Nasehat William Johnson sejak satu bulan yang lalu terngiang di benak Tommy. Tepatnya saat keluarga Johnson mengumumkan kehadiran anggota baru yang tujuh bulan lagi akan lahir ke dunia. Buah cinta antara Alexander Johnson dan Adelia Johnson.Semula, Tommy takut jika kabar tersebut akan membuat istrinya syok dan tertekan. Pada kenyataannya, reaksi wanita itu berbeda dari dugaannya.Dan mulai saat itu, ketakutan di dalam diri Tommy perlahan memudar. Ia mulai bisa mengendalikan kekhawatirannya. Apalagi saat sang istri selalu mengatakan ‘Aku baik-baik saja asal selalu denganmu’.Meskipun begitu, Tommy tak pernah sekalipun meninggalkan
Kehamilan pertama merupakan salah satu harapan yang paling ditunggu. Baik dari pasangan yang baru saja menikah atau telah lama menikah.Ada yang cepat mendapatkan dan ada pula yang harus menunggu hingga bertahun-tahun lamanya. Semuanya sudah ada takdirnya masing-masing.Begitu juga yang terjadi pada pasangan muda yang baru menikah sejak tiga bulan yang lalu. Tommy dan Jenny harus menunggu sampai hari ini tiba. Mengingat sebelumnya vonis dokter sempat membuat Jenny pesimis.Vonis itu kemudian dipatahkan oleh takdir yang membuat perasaan mereka membuncah tatkala dokter mengatakan jika Jenny sedang mengandung. Terutama Tommy yang diam-diam sudah menantikan kehadiran malaikat kecil itu sejak mereka menikah.Dan kini, calon Daddy baru itu rela tak pergi ke kantor untuk menemani istrinya yang sedang ingin dimanja.Padahal, hampir sejak pulang dari dokter kemarin, pria itu selalu memanjakan istrinya. Mulai dari memijit kaki, memasak makanan yang diinginka
Tak pernah ada hal yang mampu menyulut hasrat Tommy sebelumnya. Bahkan jika wanita malam yang mencoba menggodanya. Semua akan sia-sia jika ia tak menginginkannya.Akan tetapi, semuanya berbeda semenjak ia menikah. Wanita yang sudah menjadi istrinya itu, memiliki hal yang unik. Yang tidak ia temukan pada wanita lain.Dan untuk menjadi sebuah bukti, ada sentuhan lembut yang merayap di dada Tommy. Bergerak lembut, membelai, menyusuri setiap inci kulitnya. Hingga beberapa detik kemudian turun sejajar dengan garis lurus, menuju celana bahan yang ia pakai.Tommy tak pernah tahu jika ia akan selemah ini di hadapan Jenny. Bayangkan saja, hanya karena sentuhan ringan di luar celana, mampu membangunkan miliknya.Ah, ia sekarang harus berusaha untuk menahan. Karena tidak mungkin mereka akan berbagi kenikmatan itu sekarang. Mengingat ada pesan dokter yang harus diingat.Namun, sentuhan itu benar-benar menyiksa dirinya. Kejantanannya menggeliat. Mendesak. Memin
Malam semakin larut. Jenny yang merasakan kram di perut, mengurungkan niat untuk datang ke rumah orang tuanya. Ia memilih istirahat, setelah dokter yang memeriksanya pulang.“Maafkan aku, Honey. Seharusnya aku jadi tahu diri. Aku –““Jangan terus-terusan menyalahkan dirimu sendiri! Dalam hal ini, aku juga bersalah,” sela Jenny.“Tidak. Bukan kamu. Seharusnya –““Apa kita akan terus menyalahkan diri sendiri terus?” Jenny melotot garang. “Sshh ...”“Kenapa Honey?” tanya Tommy dengan wajah panik yang tercetak jelas.“Tak apa. Hanya ada rasa tak nyaman di bagian sini.” Jenny menunjukkan bagian yang sakit kepada suaminya.Pria dengan raut berantakan itu seketika menghela napas. Ia tak berhenti merutuki kebodohannya yang melanggar pesan dokter hanya untuk memuaskan nafsunya saja.“Mungkin ... dipeluk olehmu akan mengurangi rasa
Orang-orang mengatakan jika ujian terberat pasangan yang baru menikah, adalah di tahun pertama mereka. Semua sifat asli, bahkan kebiasaan yang dulunya tak terlihat, akan terpampang nyata.Sifat dari keduanya yang terkadang belum bisa memerankan posisinya dengan baik, sering menjadi pemicunya pertengkaran. Yang sebenarnya itu bisa dihindari.Tak sedikit bagi pasangan yang menyerah di tahun pertama mereka. Namun, ada pula yang bertahan hingga bertahun-tahun lamanya. Bahkan, ada pula yang sampai akhir hayat.Itu semua juga dialami oleh Tommy dan Jenny yang langsung mendapat badai di saat pernikahan baru berumur tiga hari. Bayangkan saja, istri mana yang tidak sakit hati melihat suaminya dipeluk wanita lain? Apalagi wanita itu adalah seorang mantan yang masih mengharapkan bisa kembali.Tidak. Tidak ada yang bisa menerima. Termasuk Jenny sekalipun.Maka, tidak heran jika pertengkaran mereka terjadi. Namun baiknya, baik dari Tommy dan Jenny bisa duduk be
Hai para pembaca yang sudah setia mengikuti cerita ini. Aku sangat berterima kasih sekali kalian sudah mendukung cerita ini hingga menjadi trending di platform GoodNovel dan mampu bertahan di jajaran teratas bersama penulis pemes lainnya. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi selain terima kasih banyak atas keantusiasan kalian. Kalian keren pake banget! Sesuai permintaan dari ratusan pembaca yang sudah DM ataupun inbok di akun media sosial dan dari editor GoodNovel, aku akan menuliskan Sequel dari Putra pertama keluarga Johnson. Yaitu Gabriel Emilio Johnson yang memiliki hati keras seperti batu. Jika kalian menyukai kisahnya, boleh dong bagi komentarnya yang banyak. Silakan komen sebanyak-banyaknya. Akan ada kejutan koin di bab pilihan nanti. Pemenang akan aku ambil dari komentar yang menarik dan paling rajin tentunya. Akan diumumkan di akun sosial media. So, stay tune dan jangan ke mana-mana. Bab 1 akan di upload beso
Pranggg Suara yang menyerupai bunyi pecahan botol terdengar menggema di salah satu ruang VVIP, di salah satu kelab malam di kota New York. Gabriel yang pada saat itu duduk bersama teman-temannya sempat menoleh sesaat. Ke arah di mana beberapa wanita malam berbisik-bisik layaknya sedang arisan. “Bekerja sampai mati pun dia tidak akan mampu mengganti minuman itu,” ucap salah satu wanita berpakaian minim itu. “Bagaimana bisa pelayan baru itu ceroboh sekali?” sela wanita lainnya. “Kali ini aku yakin jika Madam Catherine tak akan melepasnya.” “Kau pikir Madam akan menjualnya?” “Tidak ada yang tidak mungkin. Lagi pula memang dia punya pilihan?” Ketiga wanita itu saling pandang dan mengedikkan bahu. Ketika para wanita itu berlalu, Albert yang berada di samping Gabriel bangkit. Memastikan apakah pelayan yang dimaksud adalah wanita yang sudah menolaknya waktu itu. “Lo mau ke mana?” tanya Petrus. “Mastiin
Seorang laki-laki yang baru saja menyelesaikan ritual mandinya, keluar dengan sehelai handuk yang menutup tubuh bawahnya.Adalah Gabriel Emilio Johnson. Seorang CEO baru di Johnson Corporation sejak enam bulan yang lalu.Laki-laki tampan dengan sejuta pesona itu terpaksa mengambil alih posisi CEO karena paksaan Mommy-nya. Ia pun tak bisa mengatakan tidak, tatkala satu ancaman yang mengakibatkan nyalinya menciut. Dan ia sangat menghindari kemarahan wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu.Tak ingin mengulur waktu, Gabriel beranjak menuju walk in closet. Melihat pada jajaran kaos, kemeja dan setelan jas di lemari. Yang tentunya telah disiapkan oleh pelayan dan asisten pribadi Adelia.“Bahkan aku sudah berumur dua puluh sembilan tahun. Tapi, Mommy memperlakukanku layaknya anak kecil enam tahun yang semuanya harus disiapkan.” Diam-diam ia tersenyum geli.Dalam hati, Gabriel tak henti-hentinya bersyukur mendapat perhat
“Apa kau yakin ini semua akurat?” “Tentu, Sir,” jawab pria di seberang sana dengan yakin. Bahkan Alexander tidak perlu bertanya dua kali untuk hal seperti itu.“Dan apa kau tahu di mana tempat tinggal Gabriel sekarang?” tanya Alexander penasaran. Karena sampai saat ini ia tidak berhasil menemukan keberadaan putranya.Terdengar helaan napas singkat di seberang sana. “Maaf Sir, saya tidak bisa mencari tahu. Semua akses tentang Gabriel Johnson telah dikunci. Pun dengan keberadaan Rebecca Annastasia.”Tangan Alexander mengepal hingga urat-uratnya menonjol. Emosi seketika mendominasi otak pintarnya yang menjadi bodoh karena merasa dikelabuhi oleh anak-anak muda nakal.“Tapi, saya bisa mencari tahu lewat akses orang tua Rebecca Annastasia jika Anda mengijinkan.”Mengingat siapa orang tua Becca saja membuat Alexander terus murka. Apalagi jika diingatkan bagaimana Gerald membuat kekacauan hingga nyaris membuat keluarganya berantakan. Ingat! Gara-gara ulah Gerald bukan hanya Adelia, tapi Jenn
Suasana meja makan di Keluarga Johnson tampak hening setelah Maria dan William duduk di tempatnya. Alexander yang sedari tadi lebih banyak diam pun hanya membalas tatapan Maria sebentar sebelum kembali berpura-pura fokus dengan sarapan di piringnya.“Besok kita akan pergi berlibur,” ucap Maria yang kemudian menatap satu per satu anggota keluarga di sana. “Kalian bisa berkemas mulai hari ini.”Christian dan Christopher mengangkat wajahnya sejenak hanya untuk memperhatikan atmosfer dingin, lalu berpaling ke arah sang nenek. Mereka tersenyum sebelum kembali kompak menundukkan wajah. Tak terkecuali Clara yang diam-diam hanya mengintip tanpa berani menyela seperti kebiasaannya.Namun berbeda dengan Alexander yang memang tak bisa menerima begitu saja. Putra satu-satunya William dan Maria itu menegakkan punggung untuk menatap kedua orang tuanya yang masih terlihat sangat santai.“Kita tidak akan pergi tanpa Gabriel!” tolak Alexander tiba-tiba.Bukan Maria dan William saja yang terkejut, tapi
“Sungguh, aku sangat malu.” Kedua pipi Becca masih merona setelah William dan Maria meninggalkan ruang perawatan sejak satu jam yang lalu. Jelas, tuntutan yang terang-terangan ditujukan padanya menjadi tanggung jawab.Melihat tingkah sang istri Gabriel justru tersenyum geli. “Kemari.”Membawa langkahnya yang lesu, Becca segera mendekat. “Bagaimana nanti aku bertemu mereka lagi, Gabriel?”Dada Gabriel bergetar menahan tawa. Lalu, tangannya meraih pipi merona sang istri yang membuatnya sangat gemas. Ia tersenyum. “Kenapa mesti malu, hm? Mereka pernah muda, tentu saja hal seperti tadi sangat wajar.”“Tapi tetap saja aku malu,” kelit Becca masih tak mampu menjabarkan perasaannya sendiri. “Bagaimanapun juga kau masih sakit dan bisa-bisanya aku berbuat seperti tadi. Oh ….”Melihat kegusaran Becca, Gabriel mengabaikan tangannya yang cedera hanya untuk mencium bibir sang istri. Hal spontan itu tentu saja membuat Becca terkejut hingga kedua matanya membulat sempurna.“Daripada memikirkan hal
Jari-jari yang memiliki kuku panjang itu mengepal erat. Amarahnya sudah mendominasi hingga ia nyaris berbuat ceroboh.“Dasar jalang tak tahu malu!” desisnya tak suka. Masih memperhatikan aktivitas kedua orang di atas ranjang perawatan, pemilik nama Celine Addison mengambil kamera dan membidik beberapa foto.“Aku ingin tahu apa yang akan dilakukan Uncle Alexander mengetahui ini.”Seolah mendapat kemenangan, Celine menatap sinis wanita yang baru saja turun dari tubuh pria yang ia inginkan.“Tunggu pembalasanku!”**Bukan hanya Adelia yang pulang setelah memastikan Gabriel dan Becca baik-baik saja. Gerald yang melihat bagaimana pasangan muda dimabuk asmara itu bersama juga memutuskan untuk memberi mereka privasi.Pria yang saat ini telah tiba di halaman rumahnya langsung masuk dan mengabaikan sapaan para pelayan. Tentu saja mereka bingung, tapi tak berani bertanya.“Bagaimana keadaan menantu kita, Gerald?” tanya Lucia cemas karena sepulang dari rumah sakit Gerald belum mengatakan apa pun
“Belum puas memandangiku, hm?”Becca menggeleng. Bibirnya masih terasa kebas setelah Gabriel menciumnya dengan isapan dalam.“Sini.” Gabriel menepuk tempat di sampingnya yang masih muat untuk Becca berbaring, tapi hingga beberapa saat lamanya wanita yang telah ia nikahi itu masih tak bergeming. Hanya menatap tanpa berucap sepatah kata pun.Gabriel maklum. Pasti sang istri masih syok. Dan bukan Gabriel jika tak mampu membujuk.“Ayolah, Baby. Jika kau ingin aku sembuh, kau juga harus menemaniku tidur,” bujuk Gabriel yang sudah tak sabar untuk memeluk sang istri setelah beberapa hari ia harus tidur sendiri di apartemen mereka.“Kau membuatku takut,” ucap Becca lirih. Matanya kemudian terpejam demi menghalau butiran-butiran kristal yang telah menggenang.Gabriel tertegun.“Kau begini karena aku.” Lagi, Becca masih menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab Gabriel celaka. Jika saja ia tidak menolak untuk permintaan pria itu, maka kecelakaan ini tidak akan terjadi.“Kalau kau menyesal, s
Entah apa kalimat yang cukup untuk menggambarkan perasaan Becca saat ini. Belum kering air mata mengalir di pipinya, ia kembali dikejutkan oleh kabar dari sang ibu mertua.Becca syok hingga ponsel yang masih tersambung dengan Adelia jatuh ke lantai. Tenggorokannya seketika kering dan kedua kakinya gemetar.“Mama!” teriak Becca begitu kesadaran menghampirinya.Lucia yang kebetulan akan keluar dari kamar pun segera mencari sumber suara. Matanya membulat saat putri semata wayangnya sudah terduduk di lantai dengan tangisan yang tersendat.Buru-buru Lucia turun setelah memanggil Gerald yang tak lama kemudian menyusulnya keluar. Lucia segera mendekat dan memeluk Becca yang masih menangis.“Kenapa, Sayang?” tanya Lucia cemas. Namun sayangnya, Becca tak mampu menjawab. Wanita dengan wajah memerah dan basah karena air mata itu balas memeluk dan malah histeris.“Ada apa?” Gerald terkejut melihat keadaan putrinya, tapi ia mencoba tenang saat kedua wanita yang menempati posisi tertinggi di hatiny
Suasana di meja makan sangat hening. Hanya ada suara alat makan yang mengisi kesunyian di sana. Lucia dan Gerald yang tak ingin ikut campur pun segera beranjak begitu makanan di atas piring telah habis.“Jaga putri Daddy, Gabriel,” pesan Gerald sebelum ia benar-benar pergi dari ruangan itu.Tak ada sahutan dari bibir Gabriel yang masih mengunyah dan tampaknya Gerald pun tidak sedang menuntut balasan.Lima menit telah berlalu. Waktu terasa lambat bagi Becca yang baru saja menghabiskan bubur di dalam mangkoknya. Tanpa menoleh ke arah Gabriel yang juga selesai sarapan, Becca meneguk air putih di gelas miliknya. Hal itu tak luput dari lirikan mata Gabriel yang mengintai.“Masih tak mau bicara,” gumam Gabriel seraya menunggu. Ia ingin melihat seberapa lama wanita yang telah menjadi istrinya itu bertahan. Namun, prediksi Gabriel lagi-lagi salah. Buktinya, setelah air dalam gelas itu tandas, Becca hendak bangkit tanpa menoleh ke arah Gabriel.Dengan gerakan lincah Gabriel menahan tangan Bec
“Bagaimana hasilnya, Derick?” tanya seorang pria dengan tatapan tajam yang kini duduk di kursi kebesarannya. Rahang yang dipenuhi bulu halus itu terlihat mengeras hingga urat-uratnya menonjol.“Maaf Tuan, saya tidak menemukan petunjuk apa pun.”Brak!Meja tak bersalah itu digebrak dengan kencang hingga pria bernama Derick itu terlonjak kaget.“Apa kau bilang?” desis pria itu dingin.Derick meneguk ludahnya kasar. Ia tak mampu menatap mata pria yang telah beberapa tahun menjadi bosnya.“Kau tahu ... aku paling tidak suka mendengar kegagalan.”“Maaf Tuan. Ini semua benar-benar di luar kendali saya. Tuan tentunya sudah tahu kinerja Baron selama ini,” jawab Derick mencoba menjelaskan. Berharap setelah ini sang tuan bisa menerima. Brak!Lagi, meja bersalah itu menjadi pelampiasan pemilik nama Albert Dominic dalam menuntaskan amarahnya. Ia seketika bangkit dan menghampiri sang asisten dan langsung menarik kemeja pria itu hingga terdongak.BUGH!Satu pukulan tangan Albert melayang ke pipi D
Sesuai kata dokter, keesokan harinya Lucia sudah diperbolehkan pulang. Betapa bahagia wanita yang sejak beberapa menit lalu tak meredupkan senyumannya.Ya. Tepatnya setelah dokter mengatakan dirinya bisa pulang. Dengan begitu, ia bisa membawa putri satu-satunya itu pulang bersamanya.“Becca.”Wanita dengan rambut ikal sebahu itu menoleh. Ia tersenyum setelah memasukkan pakaian sang ibu ke dalam tas.“Ada apa, Ma?”Lucia tersenyum. “Kemarilah.”Mau tak mau pemilik nama Rebecca Annastasia itu mendekat. Mencoba mempertahankan senyuman di wajahnya.“Duduklah,” perintah Lucia dengan lembut.Becca menurut. Sejurus kemudian ia menggenggam tangan Lucia erat.“Ada yang ingin Mama katakan?” tanya Becca tanpa mengurai genggaman tangannya. Napas Lucia berembus pelan. “Apakah hubunganmu dengan Gabriel baik-baik saja?” Deg!Mendapat pertanyaan yang tak pernah Becca duga mampu membuat debaran dadanya bertalu. Lebih kencang daripada saat ia mendengar tawa wanita yang sudah tidur dengan suaminya sen