Share

Bab 4

Riuh suara penggemar di Convention Center memekakkan telinga ketika Louisa dan sang aktor utama--Tony Bowman berjalan menuju atas panggung, melambaikan tangan bersama beberapa pemain From The End lain di belakangnya. Jepretan puluhan kamera langsung memotret gerak-gerik para bintang tanpa melewatkan satu ekspresi di sana dan menyalurkan kilat begitu menyilaukan mata. Mereka duduk di atas kursi setelah dipersilakan oleh pembawa acara seraya memuji keberhasilan film roman yang mengharu biru, namun membawa penonton merasa kepanasan dengan adegan intim yang disajikan.

Pembawa acara menyuruh Louisa berdiri untuk memberikan ucapan terima kasih atas antusias para penggemar yang meluangkan waktunya memenuhi gedung besar ini. Dia tersenyum lebar kembali melambaikan tangan dan berkata, "Hai, semuanya. Aku sungguh minta maaf terpaksa menggunakan kacamata karena tadi pagi ada insiden kecil mengenai mataku. Tapi, jangan khawatir, aku baik-baik saja selama bisa bertemu dengan kalian. Aku sungguh berterima kasih bahwa film ini bisa sukses dan melampaui target kami. Tanpa kalian, aku bukanlah siapa-siapa. Danke! Danke!"

"Oh, aku turut prihatin atas apa yang terjadi pada mata indahmu, Ms. Bahr," sahut pembawa acara berambut ikal. "Oke, kali ini kita akan mengadakan sesi tanya jawab yang sudah kami kumpulkan dari beberapa penggemar kalian para aktor dan aktris From The End."

Kemudian salah satu panitia memberikan microphone pada perempuan bertubuh subur dengan syal yang melingkari leher. Dia mengamati satu-persatu idola barunya lalu bertanya, "Aku ingin mengajukan pertanyaan kepada Tony Bowman. Bagaimana perasaanmu ketika satu proyek dengan Louisa Bahr? Bagaimana kalian membangun chemistry yang begitu baik sehingga membuat kami benar-benar terhanyut dalam kisah cinta kalian."

Tony Bowman tersipu malu, melempar tatapan ke arah Louisa lalu merangkul lawan mainnya. "Karena aku menyukai gadis cantik dan berbakat ini." Jawaban Tony mendapat reaksi tak terduga sampai-sampai Louisa bertepuk tangan dan terbahak-bahak atas kalimat lelaki itu. "Aku serius, kawan. Dia sosok gadis menyenangkan selama proses syuting dan kami menemukan banyak kesamaan sehingga chemistry itu tanpa sadar sudah terbangun."

Louisa mengangguk-angguk setuju dan menambahkan, "Tony pria tampan dan siapa yang tidak menginginkan selera humornya di saat kau bad mood? Dia memiliki lelucon yang membuatku betah."

Tanggapan itu makin membuat seisi gedung SDCC ramai bukan main, bersiul atas godaan Tony maupun Louisa. Sehingga salah satu penonton mengacungkan sebelah tangan tak jauh dari penanya pertama. Perempuan berambut merah menerima microphone dengan debaran jantung tak karuan ingin mengajukan satu pertanyaan yang menggelitik pikiran. "Aku ingin mengajukan pertanyaan kepada Louisa Bahr."

"Iya silakan, Nona," pinta Louisa.

"Aku melihat berita di Twitter bahwa kau dan kekasihmu putus. Apa benar Troy Austin memiliki anak yang tidak kau ketahui?" tanya si perempuan berambut merah berhasil menjatuhkan jantung Louisa ke lantai. "Bagaimana tanggapanmu setelah mengetahuinya berselingkuh, Ms. Bahr?"

What?

Kontan Louisa mematung bagai manusia yang baru saja menerima kutukan dengan mulut menganga. Telinganya berdenging hingga menimbulkan rasa sakit, senyum semangat yang berusaha dia lukiskan di wajah mendadak lenyap berganti keterkejutan atas pernyataan sang penggemar. Otaknya mendadak lumpuh tak bisa membalas ucapan tersebut, justru muncul puluhan pertanyaan-pertanyaan dari penggemar lain yang protes bahwa seharusnya hal itu tidak perlu diajukan karena mengusik kehidupan pribadi.

Dan serasa dijungkir balik, Louisa mengulang-ulang pernyataan perempuan di sana tentang anak Troy. Menyangkal bahwa yang terjadi tadi bukanlah kenyataan, melainkan sekadar lelucon yang ingin menjatuhkan nama di saat dirinya mulai tenar. Tanpa sadar, air mata Louisa hampir pecah kembali betapa bodoh dirinya akan sisi lain kehidupan Troy di Paris. Anak? Louisa ingin membenturkan kepala Troy ke tembok saat ini juga lalu melempar ke kandang buaya agar tahu betapa remuk hatinya saat ini. Bagaimana bisa bajingan itu punya anak di saat mereka tengah menjalin asmara?

Sialnya, ketidaktahuan Louisa dan keharmonisannya bersama Troy selama ini ternyata adalah sebuah bumerang. Mencabik-cabik hati Louisa sampai ke bagian terkecil lalu menaburi dengan garam. Pedih sungguh pedih, dia tidak bisa mendefinisikan sampai batas mana rasa sakit yang dialaminya sekarang. Louisa seperti dicekik kemudian didorong ke jurang terdalam tanpa mengizinkan siapa pun menolong. Sekarang, dia merasa menjadi manusia paling tolol di dunia. Seharusnya dia sadar perubahan sikap Troy padanya, bagaimana lelaki itu mulai membentangkan sebuah jarak agar tidak ada lagi komunikasi di antara mereka berdua. Louisa mengira kalau semua itu akibat kesibukan Troy, nyatanya ... dia bermain dengan wanita lain.

"Persetan dengan Troy!" gerutu Louisa beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan panggung begitu saja.

###

Louisa Bahr, aktris yang melejit namanya di film From The End dicampakkan Troy Austin.

Tanggapi rumor putusnya hubungan yang tidak pernah dipublikasikan, Cory sang manajer membantah : Troy Austin tidak pantas menjadi kekasih Louisa.

Penggemar Louisa geram atas pertanyaan penonton yang merusak suasana konferensi pers di SDCC. Memalukan!

"Oh shit!" geram Cory membaca satu-persatu headline news di internet saat mereka dalam perjalanan menuju tempat untuk bertemu dengan Dean. "Aku bahkan tidak berkata kalau kau lebih pantas dengan Tony. Media terlalu berlebihan!"

Louisa menyandarkan kepala di jendela mobil dengan derai air mata yang masih setia membanjiri pipi. Mengabaikan ucapan Cory, Louisa masih berusaha menghubungi Troy untuk meminta penjelasan bahwa apa yang dilontarkan oleh perempuan sok tahu di SDCC itu bukan kenyataan. Dia benar-benar masih denial dan menganggap semua yang terjadi padanya hari ini hanyalah sebuah permainan. Louisa menggeram manakala panggilan teleponnya tidak satu pun dijawab oleh Troy, malah dialihkan ke mailbox. Tak berapa lama, nomornya pun diblokir. Dia membenturkan kepala ke jendela, benar-benar frustrasi atas mimpi buruk yang diterima.

Louisa ingin memaki dan menjambak rambut ikal Troy kemudian mencincang tubuh lelaki tak tahu diri itu menjadi banyak bagian. Bagaimana bisa dia menyembunyikan kebenaran pahit ini selama tujuh tahun hubungan mereka? Kurang apa dia hingga Troy tega menduakan Louisa dengan wanita lain? Tidak sadarkah dia bahwa Louisa melakukan semua pencapaian ini juga untuk dirinya?

Wanita seperti apa yang berhasil merebut si bajingan Troy!

Cory menepuk bahu Louisa menyiratkan kalau air mata gadis itu terlalu mahal untuk menangisi Troy. Diberikan kotak tisu kedua yang ada di dasbor dan sengaja disediakan oleh seorang sopir berperawakan gagah. Entah kebetulan atau memang Tuhan sedang berpihak pada gadis malang ini, sebuah limusin hitam menyusul Louisa dan Cory di saat para pengejar gosip tak henti-hentinya melempar pertanyaan atas retaknya kisah asmara pemeran Cecilia itu. Lelaki yang wajahnya mirip dengan Brendan Fasser versi gemuk menjelaskan kalau dirinya diperintah Dean Cross untuk menjemput dan membawa mereka ke suatu tempat pribadi di mana tidak ada orang yang bakal mengganggu.

"Aku hanya sedih mengapa dia menyembunyikan ini semua, Cory," kata Louisa tersedu-sedu. "Apa yang kurang dariku? Aku selalu menuruti keinginannya. Hubungan kami juga tidak pernah ada masalah dan sekarang ... aku seperti keledai dungu yang tidak tahu apa-apa kalau dia memiliki anak dari perempuan lain."

"Lou ... please ... hapus air matamu, Sayang. Kau terlalu elegan untuk lelaki murahan seperti Troy. Masih banyak pria menawan yang bisa menyenangkan hatimu. Ya ... misalnya Tony Bowman. Ah, lupakan! Aku tidak suka cara Tony memandangmu tadi. Oke, kembali ke masalah awal, Lou. Kau cantik, pintar, seksi dan apa pun yang indah ada pada dirimu. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan karena aku yakin akan ada pria yang mau mengobati luka hatimu," jelas Cory panjang lebar menarik Louisa dalam dekapan.

Louisa tak menanggapi nasihat dan motivasi manajernya. Kalimat itu hanya melintas di telinga tanpa sempat dicerna kepala. Louisa sibuk mengambil puing-puing hati yang retak sambil berdoa dalam hati kalau suatu saat nanti Troy akan mendapat balasan.

Kemudian, dia bergerak menjauh dari pelukan hangat Cory dan berpaling ke arah jalanan di mana gedung-gedung megah makin terlihat mengecil saat melintasi jembatan Coronado. Dia membuka sedikit kaca mobil, membiarkan angin malam masuk untuk mengaburkan kegundahan hatinya agar terendap di dasar Teluk San Diego. Air mata Louisa mengering dalam hitungan detik seakan alam juga tidak ingin mendapatinya bersedih terus-menerus. Namun, lubang dalam dada Louisa terlalu besar untuk ditutup dalam sekali waktu. Mungkin butuh berminggu-minggu atau berbulan-bulan supaya luka ini benar-benar sembuh untuk menerima orang baru. Dia menggeleng pelan, merasa tak yakin dengan ucapannya sendiri.

Selepas menyusuri jembatan melingkar yang menghubungkan San Diego dengan Coronado, Louisa disambut bangunan-bangunan restoran, toko souvenir, hotel bintang tiga hingga bintang lima sampai mobil-mobil terparkir rapi di pinggir jalan. Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi turut menghiasi ruas-ruas kota sementara aroma laut mulai terendus di hidung. Selain itu, meski musim dingin belum benar-benar berakhir, sepertinya orang-orang betah menyusuri pertokoan di balik mantel tebal. Ada rasa iri di hati Louisa jika mengingat janji Troy padanya kalau mereka akan menghabiskan liburan bersama.

Limusin ini akhirnya memasuki sebuah area hotel legendaris sejak dua abad lalu. Latarnya sangat besar dan membentuk lingkaran dihiasi tanaman perdu sepanjang halaman sehingga kesannya tidak terlalu panas walau berada di pinggir pantai. Pohon-pohon menjulang tinggi bagai penjaga sedangkan bangunan utama mengingatkan Louisa pada gaya Victoria tahun 1800-an.

Cat bangunan hotel juga konsisten, hanya warna merah bata di bagian atap dan putih di bagian dinding. Sebuah kombinasi tepat yang membawa Louisa serasa kembali ke rumah. Lampu-lampu kuning menyala di tiap kamar-kamar memberikan kesan hangat nan romantis, bagai ratusan kunang-kunang yang ingin menyuguhkan cahaya di kehidupan Louisa. Sekali lagi dia dibuat terbawa perasaan oleh suasana yang ditampilkan hotel.

Begitu mesin mobil berhenti, pintu dibuka oleh pelayan berbaju formal. Tatapan ramahnya menyilakan Cory dan Louisa keluar kemudian berkata, "Ms. Louisa Bahr?"

"Iya itu aku," jawab Louisa menarik cairan bening dari hidung. Dia benar-benar buruk untuk tampil di depan orang, pikirnya.

"Senang bertemu Anda, Nona. Anda telah ditunggu Mr. Cross di Serea Restaurant."

"Tanpa manajerku maksudmu?" Louisa menunjuk Cory.

"Jangan khawatirkan aku, Lou. Aku akan berkeliling sejenak di sini dan mungkin kita bisa menginap sehari," usul Cory. "Nikmatilah makan malammu dengan Mr. Cross," bisiknya sambil merapikan jaket kulit yang membungkus tubuh Louisa. "Jangan menangis. Aku sedih jika kau seperti ini."

"Baiklah," ujar Louisa lesu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status