Home / Romansa / Terjerat Cinta Om Om / 1. Gak Bisa Jagain Mama

Share

Terjerat Cinta Om Om
Terjerat Cinta Om Om
Author: Liazta

1. Gak Bisa Jagain Mama

Author: Liazta
last update Last Updated: 2021-09-06 07:58:22

"Assalamualaikum ma," ucap Alisa yang masuk ke dalam kamar.

"Waalaikumsalam," Jawab nur Janah yang tersenyum.

"Ma kenapa makan siangnya gak dimakan sih?" tanya Alisa saat melihat nasi yang disediakannya sebelum berangkat ke sekolah masih utuh di atas meja kecil yang berada di samping tempat tidur.

"Mama tidak lapar," ucap Nur Janah.

“Isa suapin Mama ya?" Alisa mengambil nasi yang di letaknya di atas meja kecil, yang sudah disediakan nya telur mata sapi dan juga sayur bayam.

Nur menganggukkan kepalanya, Ia memakan nasi yang disiapkan putrinya Ke dalam mulutnya. "Isa apa sudah makan?" tanya Nur saat mengunyah nasi yang ada di dalam mulutnya.

Alisa menganggukkan kepalanya. "Sudah ma," jawabnya berbohong sambil tersenyum lebar. "Maafin Isa yang gak bisa jagain mama, Isa sibuk sekolah," Alisa berkata sambil mencium tangan mamanya. Gadis itu masih duduk di kelas 12 SMA.

"Gak apa-apa," jawab Nur. Nur janah meneteskan air matanya. "Seharusnya Isa gak perlu susah-susah mengurus Mama seperti ini. Sepulang sekolah Isa tak memiliki waktu untuk beristirahat. Bila Mama tidak sakit mama bisa mengerjakan semuanya," kata Nur Janah yang mengusap air matanya.

Alisa tersenyum memandang mamanya, Ia menghapus air mata yang membasahi pipi wanita yang saat ini berwajah sangat pucat.

"Mama gak usah sedih Isa tidak apa-apa kok," ucap Alisa sambil tersenyum.

Setelah memberikan mamanya makan Alisa mengambilkan obat yang ada di dalam plastik yang berada di atas meja kecil. Ia membukakan bungkus obat itu satu persatu dan memberikannya ke tangan mamanya. Alisa memegang air putih di tangannya.

Nur meminum obat itu satu persatu hingga obat itu habis.

" Ma, Isa mau siap-siap pergi kerja dulu ya ma," ucap Alisa.

Mata Nur Janah berkaca-kaca saat memandang wajah putrinya yang tampak begitu sangat lelah. Ia kemudian menganggukkan kepalanya.

Alisa pergi meninggalkan kamar tersebut Ia mandi dan kemudian memakai baju kerjanya. Alisa bekerja di sebuah Coffee shop sepulang sekolah.

"Ma, Isa pergi dulu ya." Alisa berpamitan dan menyalami tangan mamanya. Ia sungguh tidak tega meninggalkan Mamanya itu sendiri di dalam rumah. Namun Alisa juga membutuhkan uang yang cukup banyak untuk bisa mengobati Mamanya.

Nur Janah menganggukkan kepalanya. "Hati-hati ya nak," ucapnya kemudian.

Alisa yang sudah melangkahkan kakinya memutar kepalanya kebelakang. Ia tersenyum memandang mamanya dan kemudian menganggukan kepalanya. "Ia ma, nanti untuk makan malam Isa akan antarkan. Mama mau bubur ayam gak?" tanya Alisa yang menatap mamanya. 

"Mau," jawab Nurjanah.

"Hati-hati nak kerjanya," ucap Nur dengan mata yang berkaca-kaca.

Alisa tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Mama gak boleh sedih, Mama harus semangat agar mama bisa cepat sehat", ucap Alisa yang tersenyum kepada mamanya tersebut.

Nur Janah hanya diam memandang putrinya. Ibu mana yang tega melihat putrinya yang masih begitu belia harus menanggung beban seberat ini. Selain sekolah putrinya juga harus mencari nafkah dan mencari uang yang banyak agar bisa memberikannya pengobatan. Walaupun biaya berobatnya sudah ditanggung oleh pemerintah daerah namun terkadang banyak obat-obatan yang diluar dari Jamkesmas. "Mama sudah nggak ada gunanya lagi hidup, hidup Mama sudah menyusahkan Isa," ucap Nur Janah dengan suara yang begitu sangat lemah terdengar di telinga Alisa.

"Mama jangan ngomong gitu saat ini cuman Mama yang Isa punya, Isa gak mau Mami kenapa-kenapa," Alisa berkata sambil menangis.

"Mama jangan mikirin apa-apa, yang terpenting Mama sehat hanya itu," imbuh Alisa. Alisa mencium punggung tangan yang sudah semakin kurus.

Alisa pergi meninggalkan Nur Janah setelah ia berpamitan dan menutup pintu itu dari luar.

*****

"Bu Ibu." Alisa yang memanggil tetangga di sebelah rumah sewanya .

"Iya Alisa," saut wanita paruh baya yang ada di sebelah rumah tersebut.

yang bernama Aminah.

"Bu Isa mau pergi kerja, Isa minta tolong lihat-lihatin mama ya bu. Bila ada apa-apa, hubungi Isa," Alisa berkata kepada ibu Aminah. Alisa meminta bantuan kepada tetangga sebelah rumahnya itu. Hanya kepada ibu Aminah Ia Bisa meminta bantuan seperti ini.  

Aminah menganggukkan kepalanya. " Ia setiap hari kalau Alisa gak ada di rumah ibu selalu kok ibu ngecek kondisi Mama Alisa. Alisa nggak usah sedih nggak usah terlalu dipikirin nanti juga kalau Ibu sudah masak ibu akan bantu ngasih makan," ucap Ibu Aminah yang sangat baik dengan Alisa Dan juga mamanya.

Alisa menangis memeluk wanita paruh baya itu "Terima kasih ya Bu," ucap Alisa yang tidak tahu bagaimana cara membalas Budi wanita tersebut.

"Ia nak kamu hati-hati ya kerjanya," ucap Aminah.

"Iya Bu, ucap Alisa yang menganggukkan kepalanya.

Setelah berpamitan Gadis remaja itu kemudian pergi mengendarai motor matic yang dimilikinya. Motor matic itu melaju mengarah ke coffee shop tempat Ia bekerja. Alisa semakin melajukan motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi mengingat dirinya yang sudah hampir terlambat untuk sampai ke tempat kerjanya tersebut.

Alisa memberhentikan motornya ketika Ia sudah sampai di halaman parkir coffee shop tempat Ia bekerja. Ia mengisi buku absen dan mengambil ID pengenal yang wajib dipakai karyawan Coffee shop sebelum mulai bekerja.

Di sini Alisa bekerja sebagai petugas kebersihan. Ia yang hanya lulusan SMP saat mengambil pekerjaan itu, membuat Pemilik kopi shop itu memintanya untuk menjadi petugas kebersihan. Ia bekerja menyapu, mengepel, membersihkan kloset dan mencuci piring-piring dan gelas.

Alisa masuk ke dalam toilet seperti jadwal biasanya, Ia langsung membersihkan seluruh toilet yang ada di coffee shop itu. Alisa akan membersihkan toilet wanita dan juga pria. Setelah selesai membersihkan toilet, Ia membersihkan seluruh ruangan yang ada di coffee shop tersebut. Alisa mulai membersihkan lantai. Menyapu, mengepel, mengelap meja kemudian membersihkan seluruh ruangan yang ada di coffee shop tersebut.

Setelah pekerjaannya selesai Ia baru makan ketika sudah jam 5 sore. 

Gadis itu menyempatkan diri membawa bekal sendiri dari rumahnya. Ia hanya membuat telur mata sapi. 

"Alisa di depan sudah rame," ucap Laura ketika Ia melihat Alisa yang duduk di kursi belakang.

"Iya Mbak, saya akan langsung ke depan," ucap Alisa yang meminum air mineral di dalam gelas bening. Ia meneguk air mineral itu hingga habis.

Alisa mengelap meja yang sudah ditinggalkan oleh pelanggan. Ia kemudian mengangkat gelas-gelas yang sudah kosong tersebut dan membawanya ke belakang, mengambil piring-piring kotor dan kemudian mencuci nya. 

Setelah selesai mengerjakan tugas-tugasnya. Alisa akan selalu memanfaatkan kondisi sepi seperti ini untuk beristirahat sejenak. Alisa meletakkan tangannya ke atas meja dan menjadikan tangannya itu sebagai bantal. Alisa sangat lelah dan ingin mengistirahatkan sedikit tubuhnya agar memiliki tenaga untuk melanjutkan pekerjaannya nanti malam.

"Hai bangun, lo disini digaji bukan untuk tidur. kalau mau tidur di rumah Sono. Di sini lo untuk kerja," ucap Laura yang memukul meja itu dengan sangat keras.

Alisa mengangkat kepalanya, Ia mengusap wajahnya dan juga mengucek matanya yang berair. "Mbak Laura maaf, aku ketiduran," ucap Alisa yang langsung berdiri.

"Tuh piring kotor sudah banyak," ucap Laura yang kemudian pergi meninggalkan Alisa setelah Ia memerintah.

"Iya Mbak maaf saya akan langsung mencucinya," ucap Alisa yang tidak dihiraukan Laura. Alisa berjalan menuju wastafel tempat cuci piring. Ia mencuci piring yang sudah mulai menumpuk. Setelah mencuci piring Alisa mengelap piring- piring dan juga gelas-gelas tersebut. Alisa kemudian mengantarkannya ke depan.

Hari ini Ia merasa cukup lelah disaat begitu banyak pengunjung yang masuk kedalam coffee shop tersebut. Alisa tidak ada henti-hentinya mondar-mandir dari depan ke belakang, dari belakang ke depan untuk mengambil piring-piring yang sudah kotor dan kemudian mencucinya. 

Saat ini sudah menunjukkan pukul 9 malam, Alisa masih belum bisa mencuri waktu untuk mengantarkan bubur ayam pesanan ibunya. Alisa mencuci piring yang sudah cukup banyak. Ia mengusap air matanya ketika membayangkan bagaimana ibunya di rumah sendirian dalam kondisi sakit, sedangkan dirinya tidak mampu menjaga ibunya tersebut. Ingin sekali rasanya Alisa membagi tubuhnya menjadi 3 bagian agar bisa membagi rata seluruhnya. Satu bagian menjaga ibunya, kemudian untuk sekolah dan satu bagian lagi untuk mencari uang. 

"kerja jangan melamun Nanti pecah," ucap zaki yang meletakkan piring kotor dari depan.

Alisa tersenyum memandang pria itu.

"Iya Bang," jawabnya.

"Mikirin apa?" tanya Zaki yang berdiri membantunya membilas piring.

"Mikirin Mama, Mama sedang sakit. Di rumah mama hanya sendiri." Alisa mengusap air matanya dengan bahunya.

Zaki sangat kasihan melihatnya, di usianya yang masih begitu sangat mudah Alisa harus bersekolah dan kemudian mencari uang tanpa mengenal pagi dan juga malam.

"Kamu sabar ya Abang doain supaya mama kamu cepat sehat," ucap Zaki.

Alisa berusaha untuk tersenyum, Ia menganggukkan kepalanya. "Isa gak mau kehilangan mama bang. Isa akan berusaha untuk dapat duit yang banyak biar bisa ngobatin mama," tekat Alisa.  

Zaki mengusap kepalanya. "Sudah jangan nangis nanti dikirain orang Abang yang udah jahatin kamu lagi," ucapnya.

Alisa mengusap air matanya dan menganggukkan kepalanya.

"Ya udah Abang ke depan lagi ya, di depan lagi rame," ucap pria yang bekerja sebagai barista tersebut. "Apa yang ini udah tinggal dibawa kedepankan?" Tanya Zaki saat melihat gelas-gelas yang sudah dikeringkan.

Alisa menganggukkan kepalanya. Setelah selesai mencuci piring Anisa duduk di kursi yang ada di belakang. 

Ia melihat jari-jarinya yang sudah keriput karena terlalu lama mencuci piring.

****

Related chapters

  • Terjerat Cinta Om Om   2. Pom bensin.

    Jam 11 malam Alisa baru sampai di rumahnya. Ia membuka pintu rumahnya yang sudah terkunci. Biasanya ibu Aminah yang mengunci pintu rumah tersebut.Alisa masuk kedalam rumah nya setelah membuka pintu rumahnya. Ia masuk ke dalam kamar dan melihat mama nya yang sudah tertidur. Melihat mamanya seperti ini, Alisa merasa begitu tidak tega. Ia baru bisa pulang di Jam 11 malam untuk mengantarkan makanan malam mamanya.Gadis itu berdiri tidak jauh dari tempat tidur mamanya. Dengan cepat Alisa mengusap air matanya."Isa berharap mama bisa bertahan sampai Isa dapat duit untuk pengobatan mama," ucapnya dalam hati. Alisa berjalan mendekati wanita yang saat ini berbaring di atas tempat tidur wajah putih Mamanya tampak begitu sangat pucat. Dalam Minggu ini Alisa harus bisa mencari uang untuk menebus obat-obat mamanya. Alisa mengambil tangan namanya dan mencium tangan mamanya.Nur terbangun dan melihat putrinya yang

    Last Updated : 2021-09-06
  • Terjerat Cinta Om Om   3. Anak yang baik

    'Mama sudah bangun?" Alisa berkata ketika masuk ke dalam kamar mamanya."Iya nak," jawab Nur."Ma, Isa ganti baju sementara ya." Alisa tersenyum dan mencium tangan mamanya. Seperti apapun lelah tubuhnya, Alisa akan tetap memperlihatkan kepada ibunya bahwa darinya baik-baik saja. Meskipun raut wajah penuh dengan kelelahan tidak bisa di sembunyikan nya."Iya nak," jawab Nur. Nur memandang wajah lelah putrinya yang baru pulang dari tempat kerjanya. Nur hanya diam duduk di atas tempat tidur. Hari demi hari akan dilaluinya seperti ini.Nur tersenyum ketika melihat putrinya yang sudah masuk ke dalam kamarnya."Kita mandinya pagi-pagi, nggak apa-apa ya ma?" Alisa membuka baju yang dipakai mamanya. Air matanya serasa ingin menetes saat melihat tubuh kurus wanita yang telah melahirkan serta membesarkannya itu. Saat ini, mamanya hidup bergantung dengan obat. "Ma, gak apa ya mandi nya kep

    Last Updated : 2021-09-06
  • Terjerat Cinta Om Om   4. Utang

    Ini sudah yang kedua kalinya Alisa dipanggil ke ruang bendahara sekolah. Ia berjalan menuju ruang bendahara yang berada di gedung paling depan. "Permisi buk," ucap Alisa yang berdiri di ambang pintu bendahara sekolahnya. "Iya Alisa, masuk," ucap bendahara sekolahnya yang bernama Dian. Alisa masuk ke dalam ruangan, Ia kemudian duduk di depan meja bu Dian. "Alisa," ucap bendahara sekolah itu memanggil namanya. Alisa tersenyum memandang bendahara sekolahnya. "Iya Bu Dian," jawab Alisa. Keluar masuk ruang bendahara baginya sudah biasa, setiap kali menunggak seperti ini. Bendahara sekolah pasti akan memanggilnya. "Alisa ini uang komite kamu sudah menunggak 4 bulan, kemudian uang kegiatan dan terobosan kalau nanti kamu mengikutinya. Namun terobosan ini memang wajib, jadi kamu juga wajib ikut terobosan, dan ditambah lagi uang kegiata

    Last Updated : 2021-09-06
  • Terjerat Cinta Om Om   5. Ferdi

    Ia mengangkat kepalanya dan melihat seorang pria tersenyum memandangnya."Makan dulu baru tidur," ucap Ferdi yang menyodorkan kotak putih kedepannya."Ini apa?" tanya Alisa."Nasi pakai ayam goreng, sambal terasi, mie hun goreng, sayur, sambal teri campur kacang," ucap Ferdian yang mengangkat bungkusan sambal yang berada di luar kotak putih plastik tersebut.Alisa tersenyum memandang sahabatnya itu."Kamu tahu dari mana kalau aku lapar," ucapnya yang tersenyum lebar."Ya tahulah," jawab Ferdi yang memandang gadis di depannya."Kamu udah makan belum?" tanya Alisa ketika Ia mulai memasukkan nasi kedalam mulutnya menggunakan sendok plastik dari kantin.Ferdi menggelengkan kepalanya. "Tapi aku bawa." Ferdi yang mengeluarkan nasi kotak yang sama seperti milik Alisa.Alisa tertawa saat melihat sikap teman

    Last Updated : 2021-09-06
  • Terjerat Cinta Om Om   6. Berjuang untuk menang

    Alisa pulang ke rumahnya membawa kantong yang berisi sate madura kesukaan mamanya. Hari ini Alisa gajian sehingga bisa membelikan makanan favorit mamanya."Assalamu'alaikum, Mama Isa pulang," ucap yang menyalami tangan mamanya.“Wa'alaikumussalam," ucapnya yang tersenyum. Nur begitu sangat senang saat melihat putrinya itu sudah pulang, sejak tadi ia tidak mau tidur karena menunggu putrinya pulang ke rumah. Nur tahu jadwal kerja putrinya, Ia tahu bahwa hari ini putrinya tidak bekerja di pom bensin. Sehingga putrinya bisa pulang lebih cepat untuk beristirahat serta tidur di rumah bersama dengannya."Mama Isa bawain Mama sate madura," ucap Alisa yang mengangkat kantong plastik di tangannya.Nur begitu sangat senang saat melihat putrinya itu datang membawakan sate. "Mama sangat ingin sekali makan sate madura," ucap Nur yang terli

    Last Updated : 2021-09-08
  • Terjerat Cinta Om Om   7. Kenangan ayah

    Ferdi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Doakan aku menang jangan sampai aku kalah dengan cewek cantik seperti kamu," ucapnya yang mencubit pipi gadis itu. Alisa memajukan bibirnya."Kamu pandai sekarang ya, cubit-cubit pipi aku," protes Alisa yang mengusap pipinya. Ferdi hanya tersenyum saat mendengar ucapan Alisa. "Doain aku," pintanya. "Aku pasti doain kamu, semangat." Alisa kemudian berlari ke tepi saat bendera itu sudah mulai dikibarkan. Melihat sahabatnya itu berada di barisan paling depan, Alisa merasa sangat senang. Saat ini sahabatnya itu yang memimpin. Dalam kelompok putaran ketiga ini mereka yang masuk adalah kelas berat. Namun Walaupun begitu belum ada yang mampu mengalahkan Ferdi saat mereka melaju di jalan hitam tersebut. Alisa memandang motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Ia menutup matanya ketika dua motor terjatuh di bela

    Last Updated : 2021-09-10
  • Terjerat Cinta Om Om   8. Diantar Ferdi

    Nur tersenyum saat mendengar pertanyaan putrinya. "Nanti ya Mama bakalan bangunin Isa, kalau mama sudah bisa berjalan," ucapnya. Air mata Alisa menetes Saat mendengar ucapan mamanya tersebut. Mengapa dirinya sangat bodoh sekali memberikan pertanyaan yang seperti itu. Alisa membalikkan tubuhnya dan menghapus air matanya agar mamanya tidak melihat bahwa ia sedang menangis. "Kita siap-siap ya mau mandi nanti kita akan ke rumah sakit," ucap Alisa yang mendekati tempat tidur mamanya. Nur menggelengkan kepalanya. "Nggak usah dipaksakan Mama harus berobat kalau memang nggak ada uang," Nur berkata pasrah. Alisa tersenyum dan mencium punggung tangan mamanya. "Kebetulan Isa sudah gajian jadi ada uang. lagipula untuk berobat mama ditanggung Jamkesda. Kita hanya membayar obat yang diluar dari ini," jelas Alisa. Ia akan selalu berbohong kepada mamanya mengenai biaya pengobatan

    Last Updated : 2021-09-12
  • Terjerat Cinta Om Om   9. Kursi roda

    Ferdi memberhentikan mobilnya di depan pintu masuk rumah sakit. "Sebentar ya ma," dengan cepat Ferdi turun dari dalam mobil.Nur menganggukan kepalanya.Ferdi turun dari dalam mobil, Ia sedikit berlari masuk ke dalam rumah sakit tersebut.Alisa dan nur memandang Ferdi yang masuk ke dalam rumah sakit dan menunggunya.Ferdi datang dengan mendorong kursi roda yang telah dimintanya dengan petugas rumah sakit. Ia membuka pintu penumpang "Kita turun ya Ma," ucapnya yang kemudian menggendong Nur. Ia menurunkan wanita yang bertubuh rapuh itu dengan sangat berhati-hati. Ia mendudukkan nya di atas kursi roda tersebut. ia"Kamu bawa Mama masuk, Aku mau parkir mobil. Langsung ambil no antrian ya" ucapnya yang memerintahkan Alisa.Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Fer makasih," ucapnya.Ferdi tersenyum dan mengusap kepalanya. Ia kemu

    Last Updated : 2021-09-15

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Om Om   137. Ulang Tahun

    "Mau gendong depan atau belakang?" Ferdi tersenyum memandang gadis kecil nan cantik tersebut."Depan," ucap Azahra.Ferdi menjongkok di depan Azahra dan mengembangkan tangannya.Azahra tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Ferdi. Gadis kecil itu begitu sangat senang ketika tubuhnya yang bulat terangkat oleh pria yang berubah tinggi tersebut."Rara gak sangka kalau Abang akan pulang," Azahra berkata dengan memandang wajah tampan pria tersebut.“Abang udah janji akan pulang ulang tahun adik. Jadi Abang harus tepati janji," Ferdi berucap dengan tersenyum.“Rara senang Abang pulang. Rara rindu Abang. Rindu rindu rindu serindu-rindunya." Azahra berkata dengan tersenyum lebar.“Mana bukti rindunya,” tanya Ferdi yang menarik hidung milik Azahra.Azahra memeluk Ferdi dengan sangat erat,

  • Terjerat Cinta Om Om   136. 10 Tahun Berlalu

    "Assalamu'alaikum," ucap Attar saat ia masuk ke dalam kamar."Wa’alaikumsalam." Alisa tersenyum saat melihat suaminya yang baru pulang dari kantor. "Tasnya hubby Isa bawain," ucap Alisa yang ingin mengambil tas milik suaminya."Gak usah sayang, hubby aja yang bawain. Baru lepas melahirkan, tuh gak boleh angkat yang berat-berat," ucapnya sambil mengusap pipi istrinya, dan meletakkan tas tersebut ke tempatnya."Kalau cuma tas Isa bisa, Isa kuat kok angkat tas," ucap Alisa yang memegang manja lengan suaminya."Jangan dulu sayang.""Hubby tangannya di cuci dulu," Alisa berucap saat melihat suaminya yang ingin mengambil putrinya.Attar membatalkan niatnya, pria itu menganggukkan kepalanya."Bajunya wajib ganti dulu, nggak boleh pakai baju yang dari luar langsung megang anak," ucap Alisa itu yang sudah mulai cerewet.

  • Terjerat Cinta Om Om   135 Calon Istri

    Alisa sudah berada di dalam kamarnya. Alisa tidak ada henti-hentinya menatap wajah bayi mungilnya. Wajah yang begitu sangat cantik dan juga imut imut.Attar duduk di samping bayinya itu, menatap wajah putrinya, dan kemudian berpindah ke wajah istrinya.“Dari tadi lihatin Isa, terus lihatin anak,” ucap Alisa.“Sama,” ucap Attar.“Hidungnya punya hubby,” ucap Alisa yang memandang hidung putrinya.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu mencium kening putrinya, kemudian pipi putrinya kiri dan kanan. "Pipinya lembut sekali.” Attar merasakan betapa lembutnya pipi putrinya. Attar kemudian memandang istrinya, mencium kening istrinya, pipi istrinya kiri dan juga kanan, Ia juga mencium bibir istrinya.“Isa udah lupa by gimana rasa sakitnya melahirkan, rasa sakitnya hamil karena udah lihat muka

  • Terjerat Cinta Om Om   134. Panik

    “Melahirkan normal memang seperti ini Pak Attar, jadi walaupun sakit tetap harus dibawa berjalan,” ucap dokter Sari berusaha menjelaskan.“Lakukan sesuatu," pria itu sangat marah ketika Dokter spesialis kandungan istrinya tidak melakukan apa-apa. "Istri saya sedang sakit dan saya disuruh melihat saja," Attar sangat marah terhadap dokter yang menangani istrinya. Attar memilih dokter Sari untuk menangani persalinan istrinya karena dokter Sari merupakan dokter spesialis kandungan terbaik di rumah sakitnya.Dokter Sari terlihat begitu sangat bingung untuk berkata. Gimana caranya dia menjelaskan kepada pria yang menjadi pemilik Rumah Sakit tempat dirinya bekerja. Berulang kali dokter Sari menarik nafasnya dan kemudian menghembuskannya. “Kenapa kemarin tidak sarankan cara lain saja,” pikirnya.“Saya belum bisa memberikan bantuan apa-apa karena saat ini masih bukaan dua, d

  • Terjerat Cinta Om Om   133. Banyak Berjalan

    “Assalamu’alaikum,” ucap Attar yang berdiri di pintu kamarnya. Pria itu tersenyum memandang istrinya yang sedang duduk ditemani dengan Ibu Aminah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Alisa dan Aminah."Hubby sudah pulang?" tanya Alisa yang tersenyum.“Baru saja sampai. Ibu," Pria itu menyalami tangan Aminah dan menempelkan punggung tangan wanita itu di keningnya. Attar duduk di tepi tempat tidur di samping istrinya. Attar tersenyum ketika istrinya mencium punggung tangannya. Pria itu mencium kening istrinya. "Gimana apa sakit,” tanya Attar.“Iya by sakit, tapi kata Ibu enggak apa-apa, soalnya itu tanda bayinya lagi cari jalan,” Alisa berucap dengan tersenyum. Sudah beberapa hari ini Ibu Aminah selalu menemani Alisa. Wanita Itu merawat Alisa seperti merawat putrinya sendiri. Saat Alisa mengatakan perutnya sakit, Ibu Aminah mengusap-usap pe

  • Terjerat Cinta Om Om   132. Jangan Berubah

    Attar tersenyum memandang istrinya yang duduk dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.“Baju hubby ini," Alisa menunjukkan pakaian suaminya yang sudah disiapkannya.Attar tersenyum ketika melihat setelan jas, baju kemeja, dasi, dan pakaian dalam, yang sudah disiapkan Istrinya. Istrinya tetap menyiapkan semua perlengkapannya sebelum berangkat ke kantor seperti ini.Attar memakai pakaiannya duduk di atas tempat tidur, dengan menurunkan kakinya di lantai. Sedangkan istrinya akan duduk di atas pangkuannya, memasangkan dasi di lehernya. Melihat wajah istrinya yang sudah tampak menahan rasa sakit, membuat pria itu merasa sangat tidak tega. Namun Attar memang tidak mengerti apa-apa mengenai persalinan. Berulang kali dirinya meminta penjelasan dari dokter, namun terkadang apa yang diucapkan oleh dokter itu hanya memberikan rasa tenang sementara untuknya. Bila melihat istrinya mengatakan sakit, Attar sungguh

  • Terjerat Cinta Om Om   131. Bulan ke Sembilan

    “Apa mau jalan pagi,” tanya Attar ketika ia selesai sholat subuh bersama dengan istrinya.Alisa menganggukkan kepalanya. “Sebenarnya Isa malas by jalan pagi,” ucap Alisa.“Kenapa,” tanya Attar.“Isa lebih suka tidur baring-baring,” ucap Alisa.“Mau melahirkan normal apa nggak,” tanya Attar yang mengusap perut besar milik istrinya.“Kata orang sebaiknya normal by. Kemarin Ibu Aminah juga bilang, kalau Isa melahirkan lebih bagus normal, terkecuali mamang saran dokter. Kak Indah, Kak Yanti, Kak Fitri, juga bilang gitu,” ucap Alisa yang memilih proses persalinan secara normal.“Kata Dokter kemarin apa?" tanya Attar.“Isa disuruh jalan pagi.”“Jadi sekarang mau jalan pagi atau enggak?" Attar bertanya dengan menarik hidung istrin

  • Terjerat Cinta Om Om   130 Menganggu

    Attar merasakan tubuhnya yang digoyang goyang oleh istrinya. "Ada apa sayang?" pria itu bertanya dengan membuka matanya.“By, Isa nggak bisa tidur sejak tadi,” ucap Alisa kepada suaminya.Attar merubah posisi tidurnya dan memandang wajah istrinya. “Matanya di pejamkan sayang," Attar memeluk tubuh istrinya dan kembali memejamkan matanya.“By bangun, jangan tidur, temani Isa," pinta Alisa yang kembali menggoyang-goyang tubuh suaminya, Alisa narik-narik jenggot tipis di dagu suaminya.“Hubby ngantuk sayang,” ucap pria itu ketika istrinya membuka kelopak matanya dengan jarinya.“Hubby jangan tidur, Isa nggak bisa tidur,” Alisa tersenyum manja melihatkan deretan gigi putihnya."Kenapa nggak tidur?" tanya Attar.“Sejak tadi anak gerak terus, perut Isa sampai sakit,"

  • Terjerat Cinta Om Om   129. Melepas rindu

    “Nanti pulang dari kantor kita ke coffee shop Lyra ya by," pinta Alisa yang duduk di atas pangkuan suaminya. Perutnya yang sudah besar membuat posisi duduknya menyamping, dan melingkarkan tangannya di leher suaminya.“Ngapain,” tanya Attar yang tersenyum memandang sikap istrinya yang begitu sangat manja. Istrinya melingkarkan tangan di lehernya dan menenggelamkan hidungnya ke lehernya.“Isa pengen duduk nyantai di coffee shop Lira," Alisa berucap dengan mengangkat kepalanya dan memandang wajah suaminya.“Rayu dulu Sayang," Attar berbisik di telinga istrinya.Alisa tersenyum dan mencium bibir suaminya dengan sangat lembut, namun balasan yang diberikan oleh suaminya membuat ciuman itu semakin memanas.Mereka seakan sama-sama ingin melepaskan hasratnya masing-masing.“Sayang, hubby ada rapat jam 3, dan sekarang e

DMCA.com Protection Status