Ini sudah yang kedua kalinya Alisa dipanggil ke ruang bendahara sekolah. Ia berjalan menuju ruang bendahara yang berada di gedung paling depan.
"Permisi buk," ucap Alisa yang berdiri di ambang pintu bendahara sekolahnya.
"Iya Alisa, masuk," ucap bendahara sekolahnya yang bernama Dian.
Alisa masuk ke dalam ruangan, Ia kemudian duduk di depan meja bu Dian.
"Alisa," ucap bendahara sekolah itu memanggil namanya.
Alisa tersenyum memandang bendahara sekolahnya. "Iya Bu Dian," jawab Alisa. Keluar masuk ruang bendahara baginya sudah biasa, setiap kali menunggak seperti ini. Bendahara sekolah pasti akan memanggilnya.
"Alisa ini uang komite kamu sudah menunggak 4 bulan, kemudian uang kegiatan dan terobosan kalau nanti kamu mengikutinya. Namun terobosan ini memang wajib, jadi kamu juga wajib ikut terobosan, dan ditambah lagi uang kegiatan," ucap Dian. Dian berusia 35 tahun, namun masih belum menikah. Bila dilihat wajahnya cukup cantik. Ia juga begitu sangat modis mungkin jodohnya yang belum datang.
"Iya buk, Isa akan melunasi uang komite bila Isa sudah gajian. Isa akan usahakan untuk membayar dulu uang komite Isa," ucapnya.
"Alisa kamu itu sudah kelas 12, sebentar lagi kamu itu akan tamat dari sini. Bila nanti hutang piutang kamu tidak lunas maka ijazah Kamu akan ditahan oleh pihak sekolah," ucap Dian mengingatkan nya.
Alisa menganggukkan kepalanya.
"Kamu masih bisa mengikuti ujian apabila pihak sekolah masih mengizinkan kamu untuk mengikuti ujian USBK dan UNBK. Bagaimana bila pihak sekolah membuat kebijakan syarat mengikuti ujian UNBK dan USBK wajib melunasi hutang piutang, maka kamu tidak bisa mengikuti ujian " ucap Dian. Yang mana pihak sekolah akan selalu membuat kebijakan untuk seluruh siswanya, wajib melunasi hutang piutang sebelum mengikuti ujian.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia selalu berusaha untuk tersenyum walaupun sebenarnya Ia begitu sangat memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolahnya. Isa tahu Bu Dian, Isa akan langsung membayarnya bila Isa sudah gajian. Bu Dian, Isa minta maaf kalau Isa belum bisa melunasinya sekarang," ucapnya yang merasa sangat malu dan juga tidak enak hati.
Dian memandang gadis remaja itu, Ia begitu sangat kasihan melihat Alisa. Ia tahu seperti apa kehidupan anak tersebut. "Alisa gini aja Ibu bisa ngasih kamu pinjaman hanya saja ini pinjaman murni uang pribadi Ibu, jadi nanti bila kamu memang sudah gajian dan punya uang kamu bayar uang ini kepada Ibu. Kamu tidak ada hutang kepada pihak sekolah," ucap Dian yang berusaha membantu nya.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. " Ibu, terimakasih sudah mau membantu Isa. Isa gak bisa ngasih jaminan apa-apa Bu, tapi Ibu boleh pegang BPKB motor Isa," ucapannya yang mengeluarkan BPKB motornya dari dalam saku roknya . Ia memang sengaja membawa BPKB motor nya untuk memberikan kepada pihak sekolah sebagai jaminan bahwa Ia akan melunasi pembayaran utang piutang nya di sekolah.
Dian menggelengkan kepalanya. "Kamu pegang aja itu, lagian juga Ibu belum butuh duit jadi kamu bisa utamakan yang lebih penting," ucap Dian.
Alisa memandangnya Ia kemudian menangis di depan bendahara sekolahnya itu."Terima kasih ya Bu Dian, ibu sudah mau bantuin Isa," ucapnya yang mengusap air matanya.
Dian menganggukkan kepalanya. "Uang komite sekolah kamu Rp200.000 per bulan. ditambah uang kegiatan Rp 300.000 sisa uang buku Rp 260.000. ditotalkan keseluruhan hutang kamu Rp 1.360.000," ucap Dian menjelaskan.
Alisa menganggukkan kepalanya. "Iya Bu Dian saya tahu," jawabnya.
"Kamu bisa kembalilah ke dalam kelas," ucap Dian setelah Ia memprint out bukti pembayaran Alisa
"Terima kasih Bu, Ibu sudah mau membantu Isa. Isa akan selalu mengingat bantuan Ibu ini," ucapan Lisa ketika Ia menyalami dan mencium punggung tangan Dian. Ia mengusap air matanya yang menetes.
Dian tersenyum dan menganggukkan kepalanya Ia kemudian mengusap kepala siswa tersebut. "Ibu hanya berusaha membantu kamu," ucap Dian.
Alisa pergi meninggalkan ruang bendahara sekolahnya tersebut. Ia merasa kepalanya mulai oyong efek kurang istirahat. Ia juga pusing memikirkan bagaimana caranya Ia mendapatkan uang untuk biaya pengobatan mamanya, uang untuk biaya sekolahnya, belum lagi Ia harus mencari uang untuk kontrakan rumah dan juga biaya kehidupan sehari-hari. dia hanya mendapatkan gaji Rp. 900.000 di coffee shop tempat Ia bekerja dan Rp. 1.400.000 di pom bensin. Bila ada pekerjaan yang bisa diambilnya di saat Sabtu Minggu dari pagi hingga sore, maka Ia juga akan mengambil pekerjaan tersebut.
Alisa masuk ke dalam kelasnya, Ia duduk kembali di kursinya.
Karin memandangnya. "Ada apa?" tanyanya.
Alisa tersenyum memandang sahabatnya itu. " Biasa masalah utang," ucapnya.
"Bila aku ada uang, aku mau membantu kamu. aku juga seorang siswa yang ngarep dari orang tua," ucap Karin yang merasa sangat kasihan melihat sahabatnya itu.
Alisa tersenyum memandang sahabatnya itu.
"Gak apa, tadi Bu Dian sudah mau pinjamkan aku uang untuk membayar hutang sekolah.
Sekarang Aku hanya mencari uang untuk membayar hutang dengan bu Dian. Aku gak enak kalau berhutang terlalu lama," ucapnya yang memijat pipis keningnya.
"Kamu jangan terlalu sibuk kerja, walau bagaimanapun kamu juga harus butuh istirahat. Lihat mata kamu sudah hitam," ucap Karin yang memandang wajah sahabatnya yang mulai memucat.
Alisa diam saat mendengar ucapan sahabatnya itu. dia bahkan tidak tahu berapa jam satu hari dia bisa tidur. ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Aku sering tidur bila di pom gak ada yang masuk," ucapnya.
Karin memandang sahabatnya itu, penampilan sahabatnya itu sangat tidak rapi. Pakaian seragam sekolah yang dipakai nya bahkan tidak digosok sama sekali. penampilannya tidak ada Rapinya.
Alisa memilih banyak diam sambil terus memikirkan dari mana ia akan memperoleh uang.
Mereka duduk sambil menunggu guru pergantian jam masuk. mereka melihat gurunya itu masuk ke dalam kelasnya. Ia mengambil jurusan IPS namun lintas minat kimia.
Guru yang berusia sekitar 35 tahun itu duduk di mejanya, mereka mulai melakukan doa sebelum memulai pelajaran.
Guru kimia itu sudah mulai menerangkan materi di depan kelas. Ibu mida menjelaskan berbagai macam unsur-unsur kimia. Alisa mulai mengantuk saat melihat tulisan yang memenuhi whiteboard yang berada di depan kelas nya. Ia berusaha menahan matanya agar tidak tertidur. 2 jam perjalanan kimia membuat Ia betul-betul menahan rasa ngantuknya hingga matanya berair air memandang papan tulis tulisan tersebut.
Setelah buk Mida menjelaskan dan memberi tugas, bel istirahat pun berbunyi. Ia merasa sangat bersyukur karena sudah waktunya istirahat.
"Sa kantin yuk," ucap Karin mengajaknya.
Alisa menggelengkan kepalanya. Ia merasa perutnya lapar namun matanya betul-betul sangat mengantuk. Ia memutuskan untuk tidur. "Kamu aja Karin yang ke kantin, aku ngantuk sekali," ucapnya yang berusaha menahan kantuknya.
Karin memandang sahabatnya tersebut, Ia tahu sahabatnya itu memang sering memanfaatkan jam istirahat untuk tidur. Ia kemudian menganggukkan kepalanya. "Ya udah aku ke kantin dulu ya," ucapnya yang pergi ke kantin bersama dengan teman-temannya yang ada di kelas tersebut.
Alisa melipatkan tangannya di atas meja, Ia meletakkan kepalanya di atas tangannya tersebut. Ia mulai memejamkan matanya nya dan tertidur.
Alisa terbangun saat Ia mencium aroma sambal terasi.
***
Ia mengangkat kepalanya dan melihat seorang pria tersenyum memandangnya."Makan dulu baru tidur," ucap Ferdi yang menyodorkan kotak putih kedepannya."Ini apa?" tanya Alisa."Nasi pakai ayam goreng, sambal terasi, mie hun goreng, sayur, sambal teri campur kacang," ucap Ferdian yang mengangkat bungkusan sambal yang berada di luar kotak putih plastik tersebut.Alisa tersenyum memandang sahabatnya itu."Kamu tahu dari mana kalau aku lapar," ucapnya yang tersenyum lebar."Ya tahulah," jawab Ferdi yang memandang gadis di depannya."Kamu udah makan belum?" tanya Alisa ketika Ia mulai memasukkan nasi kedalam mulutnya menggunakan sendok plastik dari kantin.Ferdi menggelengkan kepalanya. "Tapi aku bawa." Ferdi yang mengeluarkan nasi kotak yang sama seperti milik Alisa.Alisa tertawa saat melihat sikap teman
Alisa pulang ke rumahnya membawa kantong yang berisi sate madura kesukaan mamanya. Hari ini Alisa gajian sehingga bisa membelikan makanan favorit mamanya."Assalamu'alaikum, Mama Isa pulang," ucap yang menyalami tangan mamanya.“Wa'alaikumussalam," ucapnya yang tersenyum. Nur begitu sangat senang saat melihat putrinya itu sudah pulang, sejak tadi ia tidak mau tidur karena menunggu putrinya pulang ke rumah. Nur tahu jadwal kerja putrinya, Ia tahu bahwa hari ini putrinya tidak bekerja di pom bensin. Sehingga putrinya bisa pulang lebih cepat untuk beristirahat serta tidur di rumah bersama dengannya."Mama Isa bawain Mama sate madura," ucap Alisa yang mengangkat kantong plastik di tangannya.Nur begitu sangat senang saat melihat putrinya itu datang membawakan sate. "Mama sangat ingin sekali makan sate madura," ucap Nur yang terli
Ferdi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Doakan aku menang jangan sampai aku kalah dengan cewek cantik seperti kamu," ucapnya yang mencubit pipi gadis itu. Alisa memajukan bibirnya."Kamu pandai sekarang ya, cubit-cubit pipi aku," protes Alisa yang mengusap pipinya. Ferdi hanya tersenyum saat mendengar ucapan Alisa. "Doain aku," pintanya. "Aku pasti doain kamu, semangat." Alisa kemudian berlari ke tepi saat bendera itu sudah mulai dikibarkan. Melihat sahabatnya itu berada di barisan paling depan, Alisa merasa sangat senang. Saat ini sahabatnya itu yang memimpin. Dalam kelompok putaran ketiga ini mereka yang masuk adalah kelas berat. Namun Walaupun begitu belum ada yang mampu mengalahkan Ferdi saat mereka melaju di jalan hitam tersebut. Alisa memandang motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Ia menutup matanya ketika dua motor terjatuh di bela
Nur tersenyum saat mendengar pertanyaan putrinya. "Nanti ya Mama bakalan bangunin Isa, kalau mama sudah bisa berjalan," ucapnya. Air mata Alisa menetes Saat mendengar ucapan mamanya tersebut. Mengapa dirinya sangat bodoh sekali memberikan pertanyaan yang seperti itu. Alisa membalikkan tubuhnya dan menghapus air matanya agar mamanya tidak melihat bahwa ia sedang menangis. "Kita siap-siap ya mau mandi nanti kita akan ke rumah sakit," ucap Alisa yang mendekati tempat tidur mamanya. Nur menggelengkan kepalanya. "Nggak usah dipaksakan Mama harus berobat kalau memang nggak ada uang," Nur berkata pasrah. Alisa tersenyum dan mencium punggung tangan mamanya. "Kebetulan Isa sudah gajian jadi ada uang. lagipula untuk berobat mama ditanggung Jamkesda. Kita hanya membayar obat yang diluar dari ini," jelas Alisa. Ia akan selalu berbohong kepada mamanya mengenai biaya pengobatan
Ferdi memberhentikan mobilnya di depan pintu masuk rumah sakit. "Sebentar ya ma," dengan cepat Ferdi turun dari dalam mobil.Nur menganggukan kepalanya.Ferdi turun dari dalam mobil, Ia sedikit berlari masuk ke dalam rumah sakit tersebut.Alisa dan nur memandang Ferdi yang masuk ke dalam rumah sakit dan menunggunya.Ferdi datang dengan mendorong kursi roda yang telah dimintanya dengan petugas rumah sakit. Ia membuka pintu penumpang "Kita turun ya Ma," ucapnya yang kemudian menggendong Nur. Ia menurunkan wanita yang bertubuh rapuh itu dengan sangat berhati-hati. Ia mendudukkan nya di atas kursi roda tersebut. ia"Kamu bawa Mama masuk, Aku mau parkir mobil. Langsung ambil no antrian ya" ucapnya yang memerintahkan Alisa.Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Fer makasih," ucapnya.Ferdi tersenyum dan mengusap kepalanya. Ia kemu
Ferdi berjalan menuju ruang bendahara sekolahnya. Pria berseragam putih abu-abu itu berdiri di depan pintu sambil mengetuk pintu ruangan yang terbuka tersebut.Dian mengangkat kepalanya dan memandang ke arah pintu. "Masuk." Dian tersenyum saat melihat Ferdi berdiri di ambang pintu tersebut. ."Assalamu'alaikum Bu Dian," sapa Ferdi dengan sangat sopan. Ia masuk dalam ruangan dan duduk di kursi yang berada di depan bendahara sekolahnya."Wa'alaikumussalam," Dian tersenyum Ramah. Dian memandang Ferdi yang duduk di depannya. Anak itu tidak memiliki tunggakan apapun. Dian sedikit mengerutkan keningnya.Ferdi tersenyum memandangnya. "Aku mau tahu masalah utang-piutang Alisa," ucapnya tanpa basa-basi. Dian kemudian tersenyum. "Ibu sudah menduga," ucapnya."Bu Dian bisa hitungkan berapa semua utang Alisa hingga nanti Alisa tamat dari sini. Termasuk u
Selama mengikuti ujian Alisa hanya bekerja di pom bensin saja. Waktunya dihabiskan untuk belajar dan beristirahat, sebelum ia mulai bekerja. Alisa juga selalu merawat dan memperhatikan kondisi mamanya. Sampai saat ini kondisi mamanya masih belum ada perubahan, bahkan kontrolnya semakin sering.Saat ujian Alisa duduk di depan Ferdi. mereka memang satu jurusan hanya saja tidak pernah satu kelas. Saat ujian, siswa duduk secara acak yang hampir rata-rata dalam satu kelas hanya ada 5 orang yang dari kelas yang sama.Saat ujian soal mereka dipaket. Mulai dari Paket A,B dan C. ada tiga paket soal. Ferdi dan Alisa sama-sama mendapat paket B. Setiap kali ujian Alisa selalu memberikan kunci jawabannya ke belakang. Apakah ini hanya secara kebetulan saja atau mungkin keberuntungan untuk Ferdi, sehingga pemuda itu selalu mendapatkan bocoran Jawaban dari gadis cantik yang duduk di depannya. Saat jam istirahat, ia selalu makan di kantin bersa
Alisa mengendarai motornya menuju bangunan kantor yang akan menjadi tempat ia bekerja. Selama satu minggu kedepan Alisa akan menjadi CS di sini.Kantor ini belum beroperasi dan baru selesai sekitar 2 bulan yang lalu. Pemilik perusahaan akan melakukan peresmian gedung di awal bulan depan.Alisa memarkirkan motornya di parkiran luas yang hanya ada beberapa unit motor saja yang terparkir di sana. "Kantor besar gini kalau dalam kondisi kosong, seram juga." Alisa berkata ketika memandang gedung yang begitu sangat besar dan tinggi. Alisa sudah bisa membayangkan sepinya di dalam.Alisa bekerja bersama tim nya. Mereka di bagian beberapa tim dan di tempat yang berbeda-beda.Disaat yang lain beristri dan makan, Gadis itu lebih memilih untuk tetap bekerja tanpa mengambil jam istirahatnya. Bahkan dia tidak ada beristirahat sama sekali. Agar bisa pulang ke rumah secepatnya, pekerjaan ini harus disel
"Mau gendong depan atau belakang?" Ferdi tersenyum memandang gadis kecil nan cantik tersebut."Depan," ucap Azahra.Ferdi menjongkok di depan Azahra dan mengembangkan tangannya.Azahra tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Ferdi. Gadis kecil itu begitu sangat senang ketika tubuhnya yang bulat terangkat oleh pria yang berubah tinggi tersebut."Rara gak sangka kalau Abang akan pulang," Azahra berkata dengan memandang wajah tampan pria tersebut.“Abang udah janji akan pulang ulang tahun adik. Jadi Abang harus tepati janji," Ferdi berucap dengan tersenyum.“Rara senang Abang pulang. Rara rindu Abang. Rindu rindu rindu serindu-rindunya." Azahra berkata dengan tersenyum lebar.“Mana bukti rindunya,” tanya Ferdi yang menarik hidung milik Azahra.Azahra memeluk Ferdi dengan sangat erat,
"Assalamu'alaikum," ucap Attar saat ia masuk ke dalam kamar."Wa’alaikumsalam." Alisa tersenyum saat melihat suaminya yang baru pulang dari kantor. "Tasnya hubby Isa bawain," ucap Alisa yang ingin mengambil tas milik suaminya."Gak usah sayang, hubby aja yang bawain. Baru lepas melahirkan, tuh gak boleh angkat yang berat-berat," ucapnya sambil mengusap pipi istrinya, dan meletakkan tas tersebut ke tempatnya."Kalau cuma tas Isa bisa, Isa kuat kok angkat tas," ucap Alisa yang memegang manja lengan suaminya."Jangan dulu sayang.""Hubby tangannya di cuci dulu," Alisa berucap saat melihat suaminya yang ingin mengambil putrinya.Attar membatalkan niatnya, pria itu menganggukkan kepalanya."Bajunya wajib ganti dulu, nggak boleh pakai baju yang dari luar langsung megang anak," ucap Alisa itu yang sudah mulai cerewet.
Alisa sudah berada di dalam kamarnya. Alisa tidak ada henti-hentinya menatap wajah bayi mungilnya. Wajah yang begitu sangat cantik dan juga imut imut.Attar duduk di samping bayinya itu, menatap wajah putrinya, dan kemudian berpindah ke wajah istrinya.“Dari tadi lihatin Isa, terus lihatin anak,” ucap Alisa.“Sama,” ucap Attar.“Hidungnya punya hubby,” ucap Alisa yang memandang hidung putrinya.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu mencium kening putrinya, kemudian pipi putrinya kiri dan kanan. "Pipinya lembut sekali.” Attar merasakan betapa lembutnya pipi putrinya. Attar kemudian memandang istrinya, mencium kening istrinya, pipi istrinya kiri dan juga kanan, Ia juga mencium bibir istrinya.“Isa udah lupa by gimana rasa sakitnya melahirkan, rasa sakitnya hamil karena udah lihat muka
“Melahirkan normal memang seperti ini Pak Attar, jadi walaupun sakit tetap harus dibawa berjalan,” ucap dokter Sari berusaha menjelaskan.“Lakukan sesuatu," pria itu sangat marah ketika Dokter spesialis kandungan istrinya tidak melakukan apa-apa. "Istri saya sedang sakit dan saya disuruh melihat saja," Attar sangat marah terhadap dokter yang menangani istrinya. Attar memilih dokter Sari untuk menangani persalinan istrinya karena dokter Sari merupakan dokter spesialis kandungan terbaik di rumah sakitnya.Dokter Sari terlihat begitu sangat bingung untuk berkata. Gimana caranya dia menjelaskan kepada pria yang menjadi pemilik Rumah Sakit tempat dirinya bekerja. Berulang kali dokter Sari menarik nafasnya dan kemudian menghembuskannya. “Kenapa kemarin tidak sarankan cara lain saja,” pikirnya.“Saya belum bisa memberikan bantuan apa-apa karena saat ini masih bukaan dua, d
“Assalamu’alaikum,” ucap Attar yang berdiri di pintu kamarnya. Pria itu tersenyum memandang istrinya yang sedang duduk ditemani dengan Ibu Aminah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Alisa dan Aminah."Hubby sudah pulang?" tanya Alisa yang tersenyum.“Baru saja sampai. Ibu," Pria itu menyalami tangan Aminah dan menempelkan punggung tangan wanita itu di keningnya. Attar duduk di tepi tempat tidur di samping istrinya. Attar tersenyum ketika istrinya mencium punggung tangannya. Pria itu mencium kening istrinya. "Gimana apa sakit,” tanya Attar.“Iya by sakit, tapi kata Ibu enggak apa-apa, soalnya itu tanda bayinya lagi cari jalan,” Alisa berucap dengan tersenyum. Sudah beberapa hari ini Ibu Aminah selalu menemani Alisa. Wanita Itu merawat Alisa seperti merawat putrinya sendiri. Saat Alisa mengatakan perutnya sakit, Ibu Aminah mengusap-usap pe
Attar tersenyum memandang istrinya yang duduk dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.“Baju hubby ini," Alisa menunjukkan pakaian suaminya yang sudah disiapkannya.Attar tersenyum ketika melihat setelan jas, baju kemeja, dasi, dan pakaian dalam, yang sudah disiapkan Istrinya. Istrinya tetap menyiapkan semua perlengkapannya sebelum berangkat ke kantor seperti ini.Attar memakai pakaiannya duduk di atas tempat tidur, dengan menurunkan kakinya di lantai. Sedangkan istrinya akan duduk di atas pangkuannya, memasangkan dasi di lehernya. Melihat wajah istrinya yang sudah tampak menahan rasa sakit, membuat pria itu merasa sangat tidak tega. Namun Attar memang tidak mengerti apa-apa mengenai persalinan. Berulang kali dirinya meminta penjelasan dari dokter, namun terkadang apa yang diucapkan oleh dokter itu hanya memberikan rasa tenang sementara untuknya. Bila melihat istrinya mengatakan sakit, Attar sungguh
“Apa mau jalan pagi,” tanya Attar ketika ia selesai sholat subuh bersama dengan istrinya.Alisa menganggukkan kepalanya. “Sebenarnya Isa malas by jalan pagi,” ucap Alisa.“Kenapa,” tanya Attar.“Isa lebih suka tidur baring-baring,” ucap Alisa.“Mau melahirkan normal apa nggak,” tanya Attar yang mengusap perut besar milik istrinya.“Kata orang sebaiknya normal by. Kemarin Ibu Aminah juga bilang, kalau Isa melahirkan lebih bagus normal, terkecuali mamang saran dokter. Kak Indah, Kak Yanti, Kak Fitri, juga bilang gitu,” ucap Alisa yang memilih proses persalinan secara normal.“Kata Dokter kemarin apa?" tanya Attar.“Isa disuruh jalan pagi.”“Jadi sekarang mau jalan pagi atau enggak?" Attar bertanya dengan menarik hidung istrin
Attar merasakan tubuhnya yang digoyang goyang oleh istrinya. "Ada apa sayang?" pria itu bertanya dengan membuka matanya.“By, Isa nggak bisa tidur sejak tadi,” ucap Alisa kepada suaminya.Attar merubah posisi tidurnya dan memandang wajah istrinya. “Matanya di pejamkan sayang," Attar memeluk tubuh istrinya dan kembali memejamkan matanya.“By bangun, jangan tidur, temani Isa," pinta Alisa yang kembali menggoyang-goyang tubuh suaminya, Alisa narik-narik jenggot tipis di dagu suaminya.“Hubby ngantuk sayang,” ucap pria itu ketika istrinya membuka kelopak matanya dengan jarinya.“Hubby jangan tidur, Isa nggak bisa tidur,” Alisa tersenyum manja melihatkan deretan gigi putihnya."Kenapa nggak tidur?" tanya Attar.“Sejak tadi anak gerak terus, perut Isa sampai sakit,"
“Nanti pulang dari kantor kita ke coffee shop Lyra ya by," pinta Alisa yang duduk di atas pangkuan suaminya. Perutnya yang sudah besar membuat posisi duduknya menyamping, dan melingkarkan tangannya di leher suaminya.“Ngapain,” tanya Attar yang tersenyum memandang sikap istrinya yang begitu sangat manja. Istrinya melingkarkan tangan di lehernya dan menenggelamkan hidungnya ke lehernya.“Isa pengen duduk nyantai di coffee shop Lira," Alisa berucap dengan mengangkat kepalanya dan memandang wajah suaminya.“Rayu dulu Sayang," Attar berbisik di telinga istrinya.Alisa tersenyum dan mencium bibir suaminya dengan sangat lembut, namun balasan yang diberikan oleh suaminya membuat ciuman itu semakin memanas.Mereka seakan sama-sama ingin melepaskan hasratnya masing-masing.“Sayang, hubby ada rapat jam 3, dan sekarang e