'Mama sudah bangun?" Alisa berkata ketika masuk ke dalam kamar mamanya.
"Iya nak," jawab Nur.
"Ma, Isa ganti baju sementara ya." Alisa tersenyum dan mencium tangan mamanya. Seperti apapun lelah tubuhnya, Alisa akan tetap memperlihatkan kepada ibunya bahwa darinya baik-baik saja. Meskipun raut wajah penuh dengan kelelahan tidak bisa di sembunyikan nya.
"Iya nak," jawab Nur. Nur memandang wajah lelah putrinya yang baru pulang dari tempat kerjanya. Nur hanya diam duduk di atas tempat tidur. Hari demi hari akan dilaluinya seperti ini.
Nur tersenyum ketika melihat putrinya yang sudah masuk ke dalam kamarnya.
"Kita mandinya pagi-pagi, nggak apa-apa ya ma?" Alisa membuka baju yang dipakai mamanya. Air matanya serasa ingin menetes saat melihat tubuh kurus wanita yang telah melahirkan serta membesarkannya itu. Saat ini, mamanya hidup bergantung dengan obat. "Ma, gak apa ya mandi nya kepagian," ucapnya Alisa. Ia menutup bagian tubuh mamanya dengan handuk setelah melepaskan pakaiannya.
Nur tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya gak apa sudah biasa mandinya jam segini," ucapnya.
"Sebentar ya Ma Isa ambil air hangat dulu." Alisa yang pergi meninggalkan kamar mamanya.
Nur menganggukkan kepalanya.
Alisa mengambil baskom berisi air hangat dan memasukkan air yang tadi direbus nya ke dalam baskom. Alisa mencampur air panas itu dengan air dari kran kamar mandi. Ia mengangkat Baskom yang ukurannya cukup besar itu ke kamar mamanya. Alisa juga mengambil sabun, kain handuk kecil, untuk perlengkapan mandi mamanya. Alisa tidak berani untuk mengangkat mamanya ke kamar mandi karena Alisa hanya sendiri. Ia tidak mungkin sanggup untuk menggendong mamanya. Alisa juga tidak berani mengambil resiko bila nanti mananya jatuh. Karena itu Ia memutuskan memandikan mamanya di atas tempat tidur.
Alisa mealas tempat tidur itu dengan perlak plastik, agar tempat tidur tidak basah. Ia kemudian membuka Pampers yang dipakai oleh mamanya tersebut.
Ia mulai mengusap tubuh mamanya dengan sangat lembut menggunakan handuk kecil yang sudah diberinya sabun. "Ma doain isa banyak rezeki ya, nanti Isa bakal beliin mama kursi roda. Biar Mama bisa jalan-jalan ke depan," Kata alisat sambil terus mengusap tubuh mamanya. Ia akan terus bercerita dengan mamanya bila sedang membersihkan mamanya seperti ini.Nur menganggukkan kepalanya. "Sekarang gak pakai kursi roda juga nggak apa-apa," ucapnya.
"Isa tahu Mama pasti bosan di kamar selalu, apalagi mama sendiri di rumah. Bila ada kursi roda Mama bisa keluar dari kamar sambil memandang ke depan," ucap Alisa sambil memiringkan tubuh mamanya. Alisa kemudian memberi sabun bagian punggung tersebut.
"Bila ada uang daripada untuk beli kursi roda, lebih baik uangnya dipakai untuk bayar uang komite Isa. uang komite Isa sudah nunggak, belum lagi uang buku, uang kas, uang kegiatan. Sekarang Isa sudah kelas 12, sebentar lagi akan melakukan terobosan. Nanti bayar uang terobosan juga. Lagipula Ibu Aminah selalu datang ke sini nemenin mama bila kerjaannya di rumahnya sudah selesai," ucap Nur menjelaskan panjang lebar kepada putrinya.
Setelah Alisa menyabuni tubuh mamanya dengan handuk kecil tersebut, Ia kemudian mengambil handuk yang bersih dan membasahi dengan air yang ada di dalam baskom yang sudah disiapkannya. Alisa mulai membersihkan bekas-bekas sabun tersebut. Alisa membersihkan bagian punggung, tangan, bagian kaki, dan seluruh bagian tubuh mamanya. Alisa juga membersihkan wajah, telinga, ketiak dan leher. Memandikan mamanya seperti memandikan seorang bayi. Iya mengusap kulit mamanya dengan sangat lembut dan berhati-hati . Alisa tidak merasa jijik ataupun geli saat membuang kotoran mamanya ada di dalam Pampers.
"Nanti kalau Isa sudah punya duit, Isa akan bawa Mama untuk terapi. Agar bisa jalan lagi hanya saja untuk sekarang Isa belum bisa bawa Mama terapi," ucapnya sambil terus mengusap kulit mamanya dengan handuk basah. Begitu banyak yang ingin dibuat Alisa untuk kesembuhan mamanya.Setelah Alisa yakin bahwa mama nya sudah benar-benar bersih, Alisa kemudian mengeringkan tubuh mamanya dengan handuk. Alisa mengambil kembali perlak tersebut dan menjamur nya. Setiap pagi Alisa akan mengurus mamanya seperti mengurus anak bayi. Alisa memakaikan minyak kayu putih di bagian perut punggung dan juga belakang leher. Setelah itu Ia memakai kan pampers serta pakaian dalam dan kemudian memakaikan daster. Alisa juga membedakan pipi mamanya. "kuku Mama nanti ya Isa potongin, kalau Isa lagi nggak buru-buru," ucap Alisa yang tersenyum.
Nur tersenyum dan mengangguk dan kepalanya. Sejak tadi Nur hanya diam mendengarkan apa yang di ucapkan putrinya.
Alisa mengangkat kembali ember yang dibawanya tadi ke kamar mandi. Alisa memasukkan pampes bekas ke dalam plastik hitam dan kemudian menaruhnya di dalam tong sampah. Setelah memandikan mamanya Alisa membersihkan kamarnya."Mama kalau lagi buang air besar kasih tahu aja isa nanti pampes nya Isa ganti," ucap Alisa yang mencium punggung tangan mamanya.
"Iya," jawab Nur yang sedikit menganggukkan kepalanya.
"Kita sarapan dulu ya ma," ucap Alisa yang tersenyum.
"Iya,perut Mama sudah minta di isi," Jawab Nur yang berbohong. Nur tidak ingin putrinya terlambat ke sekolah karena dirinya belum sarapan.
"Isa ambil sarapannya dulu," ucap Alisa yang yang sedikit berlari ke dapur mengambilkan sarapan pagi untuk mamanya.
Nur tersenyum saat mendengar ucapan putrinya.
Alisa duduk di tepi tempat tidur. Dengan memegang nasi yang berisi sayur bening sawi dan telor dadar. "Kita sarapan," ucap Alisa yang menyuapi mamanya.
Nur tersenyum saat putrinya menyuapi nasi ke mulutnya. Nur makan dengan sangat cepat tanpa ada berbicara.
"Alhamdulillah habis, sekarang Mama minum obat ya," ucap Alisa setelah memberi mamanya sarapan.
"Iya," ucap Nur yang kemudian mengambil obat yang telah dibukakan putrinya. Nur menelan obat itu satu persatu dengan air putih.
"Isa mau siap-siap ke sekolah dulu ya ma," ucap Alisa ketika ia melihat sudah jam 6.15.
Nur menganggukkan kepalanya. Alisa mencium mamanya tersebut. "Mama sudah wangi," ucapnya.Nur hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia tidak pernah melihat Putrinya makan. Seperti saat ini setelah putrinya pulang bekerja putrinya akan langsung mengurus nya. Memandikannya, memberinya makan dan obat . Bahkan Ia tidak tahu kapan putrinya itu makan. Setelah suaminya meninggal dalam kecelakaan sekitar 4 bulan yang lalu. Alisa menjadi tulang punggung keluarganya. Suaminya yang berprofesi sebagai tukang ojek online mengalami kecelakaan ketika menjemput putranya yang bernama Raihan. Saat itu Raihan masih duduk di kelas 6 SD. Raihan meninggal di tempat bersama dengan Ahmad. setelah kepergian suaminya, Nur merasa sangat terkejut saat harus kehilangan suami dan juga putranya, sehingga membuatnya mulai depresi. Setelah 2 minggu kepergian suaminya, Ia terjatuh saat penyakit jantungnya kumat. Nur merasa jantungnya begitu sangat sakit dan juga sesak. Ia memang sudah memiliki riwayat penyakit jantung. Pada saat itu Ia hanya sendiri di rumah, sedangkan Alisa sudah berangkat sekolah. Nur baru sadar dan saat melihat ke sekeliling nya, ternyata dia sudah ada di rumah sakit. Nur shock ketika Kakinya sudah tidak bisa digerakkan. Dokter memvonis dirinya stroke. Nur mengalami stroke setengah badan yang mengakibatkan kakinya lumpuh total. Pada saat itulah putrinya harus bekerja dan juga sekolah untuk membiayai kehidupannya dan juga biaya pengobatannya. Meskipun biaya pengobatan nya ditanggung oleh Jamkesda, namun hanya untuk obat-obat generik di luar dari obat generic maka semuanya dibeli pribadi. Putrinya selalu mencari uang untuk membeli obat-obat tersebut.
"Ma, Isa berangkat dulu ya," ucap Aisa yang mencium pipi dan juga tangan mamanya. Alisa berangkat kesekolah dengan tampilan yang tidak rapi. Alisa terlihat begitu sangat buru-buru.
"Sekolah yang benar, Jangan pikirkan mama terus," ucap Nur tersenyum saat melihat putrinya.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Alisa berlari meninggalkan kamar tersebut.
****
Alisa memarkirkan motornya di deretan parkiran sepeda motor yang ada di sekolahnya. Alisa mulai berlari dari parkiran motor saat mendengar bel sekolahnya yang sudah berbunyi. Alisa berlari sambil merapikan rambutnya yang panjang dan mengikatnya. Alisa berhenti di depan kelasnya dan mengikat tali sepatunya.
Ia kemudian masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi nya."Baru sampai," ucap Karin yang duduk di sebelahnya.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
****'Mama sudah bangun?" Alisa berkata ketika masuk ke dalam kamar mamanya.
"Iya nak," jawab Nur.
"Ma, Isa ganti baju sementara ya." Alisa tersenyum dan mencium tangan mamanya. Seperti apapun lelah tubuhnya, Alisa akan tetap memperlihatkan kepada ibunya bahwa darinya baik-baik saja. Meskipun raut wajah penuh dengan kelelahan tidak bisa di sembunyikan nya.
"Iya nak," jawab Nur. Nur memandang wajah lelah putrinya yang baru pulang dari tempat kerjanya. Nur hanya diam duduk di atas tempat tidur. Hari demi hari akan dilaluinya seperti ini.
Nur tersenyum ketika melihat putrinya yang sudah masuk ke dalam kamarnya.
"Kita mandinya pagi-pagi, nggak apa-apa ya ma?" Alisa membuka baju yang dipakai mamanya. Air matanya serasa ingin menetes saat melihat tubuh kurus wanita yang telah melahirkan serta membesarkannya itu. Saat ini, mamanya hidup bergantung dengan obat. "Ma, gak apa ya mandi nya kepagian," ucapnya Alisa. Ia menutup bagian tubuh mamanya dengan handuk setelah melepaskan pakaiannya.
Nur tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya gak apa sudah biasa mandinya jam segini," ucapnya.
"Sebentar ya Ma Isa ambil air hangat dulu." Alisa yang pergi meninggalkan kamar mamanya.
Nur menganggukkan kepalanya.
Alisa mengambil baskom berisi air hangat dan memasukkan air yang tadi direbus nya ke dalam baskom. Alisa mencampur air panas itu dengan air dari kran kamar mandi. Ia mengangkat Baskom yang ukurannya cukup besar itu ke kamar mamanya. Alisa juga mengambil sabun, kain handuk kecil, untuk perlengkapan mandi mamanya. Alisa tidak berani untuk mengangkat mamanya ke kamar mandi karena Alisa hanya sendiri. Ia tidak mungkin sanggup untuk menggendong mamanya. Alisa juga tidak berani mengambil resiko bila nanti mananya jatuh. Karena itu Ia memutuskan memandikan mamanya di atas tempat tidur.
Alisa mealas tempat tidur itu dengan perlak plastik, agar tempat tidur tidak basah. Ia kemudian membuka Pampers yang dipakai oleh mamanya tersebut.
Ia mulai mengusap tubuh mamanya dengan sangat lembut menggunakan handuk kecil yang sudah diberinya sabun. "Ma doain isa banyak rezeki ya, nanti Isa bakal beliin mama kursi roda. Biar Mama bisa jalan-jalan ke depan," Kata alisat sambil terus mengusap tubuh mamanya. Ia akan terus bercerita dengan mamanya bila sedang membersihkan mamanya seperti ini.Nur menganggukkan kepalanya. "Sekarang gak pakai kursi roda juga nggak apa-apa," ucapnya.
"Isa tahu Mama pasti bosan di kamar selalu, apalagi mama sendiri di rumah. Bila ada kursi roda Mama bisa keluar dari kamar sambil memandang ke depan," ucap Alisa sambil memiringkan tubuh mamanya. Alisa kemudian memberi sabun bagian punggung tersebut.
"Bila ada uang daripada untuk beli kursi roda, lebih baik uangnya dipakai untuk bayar uang komite Isa. uang komite Isa sudah nunggak, belum lagi uang buku, uang kas, uang kegiatan. Sekarang Isa sudah kelas 12, sebentar lagi akan melakukan terobosan. Nanti bayar uang terobosan juga. Lagipula Ibu Aminah selalu datang ke sini nemenin mama bila kerjaannya di rumahnya sudah selesai," ucap Nur menjelaskan panjang lebar kepada putrinya.
Setelah Alisa menyabuni tubuh mamanya dengan handuk kecil tersebut, Ia kemudian mengambil handuk yang bersih dan membasahi dengan air yang ada di dalam baskom yang sudah disiapkannya. Alisa mulai membersihkan bekas-bekas sabun tersebut. Alisa membersihkan bagian punggung, tangan, bagian kaki, dan seluruh bagian tubuh mamanya. Alisa juga membersihkan wajah, telinga, ketiak dan leher. Memandikan mamanya seperti memandikan seorang bayi. Iya mengusap kulit mamanya dengan sangat lembut dan berhati-hati . Alisa tidak merasa jijik ataupun geli saat membuang kotoran mamanya ada di dalam Pampers.
"Nanti kalau Isa sudah punya duit, Isa akan bawa Mama untuk terapi. Agar bisa jalan lagi hanya saja untuk sekarang Isa belum bisa bawa Mama terapi," ucapnya sambil terus mengusap kulit mamanya dengan handuk basah. Begitu banyak yang ingin dibuat Alisa untuk kesembuhan mamanya.Setelah Alisa yakin bahwa mama nya sudah benar-benar bersih, Alisa kemudian mengeringkan tubuh mamanya dengan handuk. Alisa mengambil kembali perlak tersebut dan menjamur nya. Setiap pagi Alisa akan mengurus mamanya seperti mengurus anak bayi. Alisa memakaikan minyak kayu putih di bagian perut punggung dan juga belakang leher. Setelah itu Ia memakai kan pampers serta pakaian dalam dan kemudian memakaikan daster. Alisa juga membedakan pipi mamanya. "kuku Mama nanti ya Isa potongin, kalau Isa lagi nggak buru-buru," ucap Alisa yang tersenyum.
Nur tersenyum dan mengangguk dan kepalanya. Sejak tadi Nur hanya diam mendengarkan apa yang di ucapkan putrinya.
Alisa mengangkat kembali ember yang dibawanya tadi ke kamar mandi. Alisa memasukkan pampes bekas ke dalam plastik hitam dan kemudian menaruhnya di dalam tong sampah. Setelah memandikan mamanya Alisa membersihkan kamarnya."Mama kalau lagi buang air besar kasih tahu aja isa nanti pampes nya Isa ganti," ucap Alisa yang mencium punggung tangan mamanya.
"Iya," jawab Nur yang sedikit menganggukkan kepalanya.
"Kita sarapan dulu ya ma," ucap Alisa yang tersenyum.
"Iya,perut Mama sudah minta di isi," Jawab Nur yang berbohong. Nur tidak ingin putrinya terlambat ke sekolah karena dirinya belum sarapan.
"Isa ambil sarapannya dulu," ucap Alisa yang yang sedikit berlari ke dapur mengambilkan sarapan pagi untuk mamanya.
Nur tersenyum saat mendengar ucapan putrinya.
Alisa duduk di tepi tempat tidur. Dengan memegang nasi yang berisi sayur bening sawi dan telor dadar. "Kita sarapan," ucap Alisa yang menyuapi mamanya.
Nur tersenyum saat putrinya menyuapi nasi ke mulutnya. Nur makan dengan sangat cepat tanpa ada berbicara.
"Alhamdulillah habis, sekarang Mama minum obat ya," ucap Alisa setelah memberi mamanya sarapan.
"Iya," ucap Nur yang kemudian mengambil obat yang telah dibukakan putrinya. Nur menelan obat itu satu persatu dengan air putih.
"Isa mau siap-siap ke sekolah dulu ya ma," ucap Alisa ketika ia melihat sudah jam 6.15.
Nur menganggukkan kepalanya. Alisa mencium mamanya tersebut. "Mama sudah wangi," ucapnya.Nur hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia tidak pernah melihat Putrinya makan. Seperti saat ini setelah putrinya pulang bekerja putrinya akan langsung mengurus nya. Memandikannya, memberinya makan dan obat . Bahkan Ia tidak tahu kapan putrinya itu makan. Setelah suaminya meninggal dalam kecelakaan sekitar 4 bulan yang lalu. Alisa menjadi tulang punggung keluarganya. Suaminya yang berprofesi sebagai tukang ojek online mengalami kecelakaan ketika menjemput putranya yang bernama Raihan. Saat itu Raihan masih duduk di kelas 6 SD. Raihan meninggal di tempat bersama dengan Ahmad. setelah kepergian suaminya, Nur merasa sangat terkejut saat harus kehilangan suami dan juga putranya, sehingga membuatnya mulai depresi. Setelah 2 minggu kepergian suaminya, Ia terjatuh saat penyakit jantungnya kumat. Nur merasa jantungnya begitu sangat sakit dan juga sesak. Ia memang sudah memiliki riwayat penyakit jantung. Pada saat itu Ia hanya sendiri di rumah, sedangkan Alisa sudah berangkat sekolah. Nur baru sadar dan saat melihat ke sekeliling nya, ternyata dia sudah ada di rumah sakit. Nur shock ketika Kakinya sudah tidak bisa digerakkan. Dokter memvonis dirinya stroke. Nur mengalami stroke setengah badan yang mengakibatkan kakinya lumpuh total. Pada saat itulah putrinya harus bekerja dan juga sekolah untuk membiayai kehidupannya dan juga biaya pengobatannya. Meskipun biaya pengobatan nya ditanggung oleh Jamkesda, namun hanya untuk obat-obat generik di luar dari obat generic maka semuanya dibeli pribadi. Putrinya selalu mencari uang untuk membeli obat-obat tersebut.
"Ma, Isa berangkat dulu ya," ucap Aisa yang mencium pipi dan juga tangan mamanya. Alisa berangkat kesekolah dengan tampilan yang tidak rapi. Alisa terlihat begitu sangat buru-buru.
"Sekolah yang benar, Jangan pikirkan mama terus," ucap Nur tersenyum saat melihat putrinya.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Alisa berlari meninggalkan kamar tersebut.
****
Alisa memarkirkan motornya di deretan parkiran sepeda motor yang ada di sekolahnya. Alisa mulai berlari dari parkiran motor saat mendengar bel sekolahnya yang sudah berbunyi. Alisa berlari sambil merapikan rambutnya yang panjang dan mengikatnya. Alisa berhenti di depan kelasnya dan mengikat tali sepatunya.
Ia kemudian masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi nya."Baru sampai," ucap Karin yang duduk di sebelahnya.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
****Ini sudah yang kedua kalinya Alisa dipanggil ke ruang bendahara sekolah. Ia berjalan menuju ruang bendahara yang berada di gedung paling depan. "Permisi buk," ucap Alisa yang berdiri di ambang pintu bendahara sekolahnya. "Iya Alisa, masuk," ucap bendahara sekolahnya yang bernama Dian. Alisa masuk ke dalam ruangan, Ia kemudian duduk di depan meja bu Dian. "Alisa," ucap bendahara sekolah itu memanggil namanya. Alisa tersenyum memandang bendahara sekolahnya. "Iya Bu Dian," jawab Alisa. Keluar masuk ruang bendahara baginya sudah biasa, setiap kali menunggak seperti ini. Bendahara sekolah pasti akan memanggilnya. "Alisa ini uang komite kamu sudah menunggak 4 bulan, kemudian uang kegiatan dan terobosan kalau nanti kamu mengikutinya. Namun terobosan ini memang wajib, jadi kamu juga wajib ikut terobosan, dan ditambah lagi uang kegiata
Ia mengangkat kepalanya dan melihat seorang pria tersenyum memandangnya."Makan dulu baru tidur," ucap Ferdi yang menyodorkan kotak putih kedepannya."Ini apa?" tanya Alisa."Nasi pakai ayam goreng, sambal terasi, mie hun goreng, sayur, sambal teri campur kacang," ucap Ferdian yang mengangkat bungkusan sambal yang berada di luar kotak putih plastik tersebut.Alisa tersenyum memandang sahabatnya itu."Kamu tahu dari mana kalau aku lapar," ucapnya yang tersenyum lebar."Ya tahulah," jawab Ferdi yang memandang gadis di depannya."Kamu udah makan belum?" tanya Alisa ketika Ia mulai memasukkan nasi kedalam mulutnya menggunakan sendok plastik dari kantin.Ferdi menggelengkan kepalanya. "Tapi aku bawa." Ferdi yang mengeluarkan nasi kotak yang sama seperti milik Alisa.Alisa tertawa saat melihat sikap teman
Alisa pulang ke rumahnya membawa kantong yang berisi sate madura kesukaan mamanya. Hari ini Alisa gajian sehingga bisa membelikan makanan favorit mamanya."Assalamu'alaikum, Mama Isa pulang," ucap yang menyalami tangan mamanya.“Wa'alaikumussalam," ucapnya yang tersenyum. Nur begitu sangat senang saat melihat putrinya itu sudah pulang, sejak tadi ia tidak mau tidur karena menunggu putrinya pulang ke rumah. Nur tahu jadwal kerja putrinya, Ia tahu bahwa hari ini putrinya tidak bekerja di pom bensin. Sehingga putrinya bisa pulang lebih cepat untuk beristirahat serta tidur di rumah bersama dengannya."Mama Isa bawain Mama sate madura," ucap Alisa yang mengangkat kantong plastik di tangannya.Nur begitu sangat senang saat melihat putrinya itu datang membawakan sate. "Mama sangat ingin sekali makan sate madura," ucap Nur yang terli
Ferdi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Doakan aku menang jangan sampai aku kalah dengan cewek cantik seperti kamu," ucapnya yang mencubit pipi gadis itu. Alisa memajukan bibirnya."Kamu pandai sekarang ya, cubit-cubit pipi aku," protes Alisa yang mengusap pipinya. Ferdi hanya tersenyum saat mendengar ucapan Alisa. "Doain aku," pintanya. "Aku pasti doain kamu, semangat." Alisa kemudian berlari ke tepi saat bendera itu sudah mulai dikibarkan. Melihat sahabatnya itu berada di barisan paling depan, Alisa merasa sangat senang. Saat ini sahabatnya itu yang memimpin. Dalam kelompok putaran ketiga ini mereka yang masuk adalah kelas berat. Namun Walaupun begitu belum ada yang mampu mengalahkan Ferdi saat mereka melaju di jalan hitam tersebut. Alisa memandang motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Ia menutup matanya ketika dua motor terjatuh di bela
Nur tersenyum saat mendengar pertanyaan putrinya. "Nanti ya Mama bakalan bangunin Isa, kalau mama sudah bisa berjalan," ucapnya. Air mata Alisa menetes Saat mendengar ucapan mamanya tersebut. Mengapa dirinya sangat bodoh sekali memberikan pertanyaan yang seperti itu. Alisa membalikkan tubuhnya dan menghapus air matanya agar mamanya tidak melihat bahwa ia sedang menangis. "Kita siap-siap ya mau mandi nanti kita akan ke rumah sakit," ucap Alisa yang mendekati tempat tidur mamanya. Nur menggelengkan kepalanya. "Nggak usah dipaksakan Mama harus berobat kalau memang nggak ada uang," Nur berkata pasrah. Alisa tersenyum dan mencium punggung tangan mamanya. "Kebetulan Isa sudah gajian jadi ada uang. lagipula untuk berobat mama ditanggung Jamkesda. Kita hanya membayar obat yang diluar dari ini," jelas Alisa. Ia akan selalu berbohong kepada mamanya mengenai biaya pengobatan
Ferdi memberhentikan mobilnya di depan pintu masuk rumah sakit. "Sebentar ya ma," dengan cepat Ferdi turun dari dalam mobil.Nur menganggukan kepalanya.Ferdi turun dari dalam mobil, Ia sedikit berlari masuk ke dalam rumah sakit tersebut.Alisa dan nur memandang Ferdi yang masuk ke dalam rumah sakit dan menunggunya.Ferdi datang dengan mendorong kursi roda yang telah dimintanya dengan petugas rumah sakit. Ia membuka pintu penumpang "Kita turun ya Ma," ucapnya yang kemudian menggendong Nur. Ia menurunkan wanita yang bertubuh rapuh itu dengan sangat berhati-hati. Ia mendudukkan nya di atas kursi roda tersebut. ia"Kamu bawa Mama masuk, Aku mau parkir mobil. Langsung ambil no antrian ya" ucapnya yang memerintahkan Alisa.Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Fer makasih," ucapnya.Ferdi tersenyum dan mengusap kepalanya. Ia kemu
Ferdi berjalan menuju ruang bendahara sekolahnya. Pria berseragam putih abu-abu itu berdiri di depan pintu sambil mengetuk pintu ruangan yang terbuka tersebut.Dian mengangkat kepalanya dan memandang ke arah pintu. "Masuk." Dian tersenyum saat melihat Ferdi berdiri di ambang pintu tersebut. ."Assalamu'alaikum Bu Dian," sapa Ferdi dengan sangat sopan. Ia masuk dalam ruangan dan duduk di kursi yang berada di depan bendahara sekolahnya."Wa'alaikumussalam," Dian tersenyum Ramah. Dian memandang Ferdi yang duduk di depannya. Anak itu tidak memiliki tunggakan apapun. Dian sedikit mengerutkan keningnya.Ferdi tersenyum memandangnya. "Aku mau tahu masalah utang-piutang Alisa," ucapnya tanpa basa-basi. Dian kemudian tersenyum. "Ibu sudah menduga," ucapnya."Bu Dian bisa hitungkan berapa semua utang Alisa hingga nanti Alisa tamat dari sini. Termasuk u
Selama mengikuti ujian Alisa hanya bekerja di pom bensin saja. Waktunya dihabiskan untuk belajar dan beristirahat, sebelum ia mulai bekerja. Alisa juga selalu merawat dan memperhatikan kondisi mamanya. Sampai saat ini kondisi mamanya masih belum ada perubahan, bahkan kontrolnya semakin sering.Saat ujian Alisa duduk di depan Ferdi. mereka memang satu jurusan hanya saja tidak pernah satu kelas. Saat ujian, siswa duduk secara acak yang hampir rata-rata dalam satu kelas hanya ada 5 orang yang dari kelas yang sama.Saat ujian soal mereka dipaket. Mulai dari Paket A,B dan C. ada tiga paket soal. Ferdi dan Alisa sama-sama mendapat paket B. Setiap kali ujian Alisa selalu memberikan kunci jawabannya ke belakang. Apakah ini hanya secara kebetulan saja atau mungkin keberuntungan untuk Ferdi, sehingga pemuda itu selalu mendapatkan bocoran Jawaban dari gadis cantik yang duduk di depannya. Saat jam istirahat, ia selalu makan di kantin bersa
"Mau gendong depan atau belakang?" Ferdi tersenyum memandang gadis kecil nan cantik tersebut."Depan," ucap Azahra.Ferdi menjongkok di depan Azahra dan mengembangkan tangannya.Azahra tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Ferdi. Gadis kecil itu begitu sangat senang ketika tubuhnya yang bulat terangkat oleh pria yang berubah tinggi tersebut."Rara gak sangka kalau Abang akan pulang," Azahra berkata dengan memandang wajah tampan pria tersebut.“Abang udah janji akan pulang ulang tahun adik. Jadi Abang harus tepati janji," Ferdi berucap dengan tersenyum.“Rara senang Abang pulang. Rara rindu Abang. Rindu rindu rindu serindu-rindunya." Azahra berkata dengan tersenyum lebar.“Mana bukti rindunya,” tanya Ferdi yang menarik hidung milik Azahra.Azahra memeluk Ferdi dengan sangat erat,
"Assalamu'alaikum," ucap Attar saat ia masuk ke dalam kamar."Wa’alaikumsalam." Alisa tersenyum saat melihat suaminya yang baru pulang dari kantor. "Tasnya hubby Isa bawain," ucap Alisa yang ingin mengambil tas milik suaminya."Gak usah sayang, hubby aja yang bawain. Baru lepas melahirkan, tuh gak boleh angkat yang berat-berat," ucapnya sambil mengusap pipi istrinya, dan meletakkan tas tersebut ke tempatnya."Kalau cuma tas Isa bisa, Isa kuat kok angkat tas," ucap Alisa yang memegang manja lengan suaminya."Jangan dulu sayang.""Hubby tangannya di cuci dulu," Alisa berucap saat melihat suaminya yang ingin mengambil putrinya.Attar membatalkan niatnya, pria itu menganggukkan kepalanya."Bajunya wajib ganti dulu, nggak boleh pakai baju yang dari luar langsung megang anak," ucap Alisa itu yang sudah mulai cerewet.
Alisa sudah berada di dalam kamarnya. Alisa tidak ada henti-hentinya menatap wajah bayi mungilnya. Wajah yang begitu sangat cantik dan juga imut imut.Attar duduk di samping bayinya itu, menatap wajah putrinya, dan kemudian berpindah ke wajah istrinya.“Dari tadi lihatin Isa, terus lihatin anak,” ucap Alisa.“Sama,” ucap Attar.“Hidungnya punya hubby,” ucap Alisa yang memandang hidung putrinya.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu mencium kening putrinya, kemudian pipi putrinya kiri dan kanan. "Pipinya lembut sekali.” Attar merasakan betapa lembutnya pipi putrinya. Attar kemudian memandang istrinya, mencium kening istrinya, pipi istrinya kiri dan juga kanan, Ia juga mencium bibir istrinya.“Isa udah lupa by gimana rasa sakitnya melahirkan, rasa sakitnya hamil karena udah lihat muka
“Melahirkan normal memang seperti ini Pak Attar, jadi walaupun sakit tetap harus dibawa berjalan,” ucap dokter Sari berusaha menjelaskan.“Lakukan sesuatu," pria itu sangat marah ketika Dokter spesialis kandungan istrinya tidak melakukan apa-apa. "Istri saya sedang sakit dan saya disuruh melihat saja," Attar sangat marah terhadap dokter yang menangani istrinya. Attar memilih dokter Sari untuk menangani persalinan istrinya karena dokter Sari merupakan dokter spesialis kandungan terbaik di rumah sakitnya.Dokter Sari terlihat begitu sangat bingung untuk berkata. Gimana caranya dia menjelaskan kepada pria yang menjadi pemilik Rumah Sakit tempat dirinya bekerja. Berulang kali dokter Sari menarik nafasnya dan kemudian menghembuskannya. “Kenapa kemarin tidak sarankan cara lain saja,” pikirnya.“Saya belum bisa memberikan bantuan apa-apa karena saat ini masih bukaan dua, d
“Assalamu’alaikum,” ucap Attar yang berdiri di pintu kamarnya. Pria itu tersenyum memandang istrinya yang sedang duduk ditemani dengan Ibu Aminah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Alisa dan Aminah."Hubby sudah pulang?" tanya Alisa yang tersenyum.“Baru saja sampai. Ibu," Pria itu menyalami tangan Aminah dan menempelkan punggung tangan wanita itu di keningnya. Attar duduk di tepi tempat tidur di samping istrinya. Attar tersenyum ketika istrinya mencium punggung tangannya. Pria itu mencium kening istrinya. "Gimana apa sakit,” tanya Attar.“Iya by sakit, tapi kata Ibu enggak apa-apa, soalnya itu tanda bayinya lagi cari jalan,” Alisa berucap dengan tersenyum. Sudah beberapa hari ini Ibu Aminah selalu menemani Alisa. Wanita Itu merawat Alisa seperti merawat putrinya sendiri. Saat Alisa mengatakan perutnya sakit, Ibu Aminah mengusap-usap pe
Attar tersenyum memandang istrinya yang duduk dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.“Baju hubby ini," Alisa menunjukkan pakaian suaminya yang sudah disiapkannya.Attar tersenyum ketika melihat setelan jas, baju kemeja, dasi, dan pakaian dalam, yang sudah disiapkan Istrinya. Istrinya tetap menyiapkan semua perlengkapannya sebelum berangkat ke kantor seperti ini.Attar memakai pakaiannya duduk di atas tempat tidur, dengan menurunkan kakinya di lantai. Sedangkan istrinya akan duduk di atas pangkuannya, memasangkan dasi di lehernya. Melihat wajah istrinya yang sudah tampak menahan rasa sakit, membuat pria itu merasa sangat tidak tega. Namun Attar memang tidak mengerti apa-apa mengenai persalinan. Berulang kali dirinya meminta penjelasan dari dokter, namun terkadang apa yang diucapkan oleh dokter itu hanya memberikan rasa tenang sementara untuknya. Bila melihat istrinya mengatakan sakit, Attar sungguh
“Apa mau jalan pagi,” tanya Attar ketika ia selesai sholat subuh bersama dengan istrinya.Alisa menganggukkan kepalanya. “Sebenarnya Isa malas by jalan pagi,” ucap Alisa.“Kenapa,” tanya Attar.“Isa lebih suka tidur baring-baring,” ucap Alisa.“Mau melahirkan normal apa nggak,” tanya Attar yang mengusap perut besar milik istrinya.“Kata orang sebaiknya normal by. Kemarin Ibu Aminah juga bilang, kalau Isa melahirkan lebih bagus normal, terkecuali mamang saran dokter. Kak Indah, Kak Yanti, Kak Fitri, juga bilang gitu,” ucap Alisa yang memilih proses persalinan secara normal.“Kata Dokter kemarin apa?" tanya Attar.“Isa disuruh jalan pagi.”“Jadi sekarang mau jalan pagi atau enggak?" Attar bertanya dengan menarik hidung istrin
Attar merasakan tubuhnya yang digoyang goyang oleh istrinya. "Ada apa sayang?" pria itu bertanya dengan membuka matanya.“By, Isa nggak bisa tidur sejak tadi,” ucap Alisa kepada suaminya.Attar merubah posisi tidurnya dan memandang wajah istrinya. “Matanya di pejamkan sayang," Attar memeluk tubuh istrinya dan kembali memejamkan matanya.“By bangun, jangan tidur, temani Isa," pinta Alisa yang kembali menggoyang-goyang tubuh suaminya, Alisa narik-narik jenggot tipis di dagu suaminya.“Hubby ngantuk sayang,” ucap pria itu ketika istrinya membuka kelopak matanya dengan jarinya.“Hubby jangan tidur, Isa nggak bisa tidur,” Alisa tersenyum manja melihatkan deretan gigi putihnya."Kenapa nggak tidur?" tanya Attar.“Sejak tadi anak gerak terus, perut Isa sampai sakit,"
“Nanti pulang dari kantor kita ke coffee shop Lyra ya by," pinta Alisa yang duduk di atas pangkuan suaminya. Perutnya yang sudah besar membuat posisi duduknya menyamping, dan melingkarkan tangannya di leher suaminya.“Ngapain,” tanya Attar yang tersenyum memandang sikap istrinya yang begitu sangat manja. Istrinya melingkarkan tangan di lehernya dan menenggelamkan hidungnya ke lehernya.“Isa pengen duduk nyantai di coffee shop Lira," Alisa berucap dengan mengangkat kepalanya dan memandang wajah suaminya.“Rayu dulu Sayang," Attar berbisik di telinga istrinya.Alisa tersenyum dan mencium bibir suaminya dengan sangat lembut, namun balasan yang diberikan oleh suaminya membuat ciuman itu semakin memanas.Mereka seakan sama-sama ingin melepaskan hasratnya masing-masing.“Sayang, hubby ada rapat jam 3, dan sekarang e