Share

151). Laporan

Penulis: Cacavip
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-31 13:00:26

***

"Gian."

Mendapt pertanyaan tentang siapa yang meneleponnya, jawaban tersebut Juan lontarkan—membuat Senja seketika tersenyum.

"Ditelepon Gian kok malah didiemin? Angkat dong," kata Senja. "Adek kamu itu."

"Ini heran aja," kata Juan. "Kita serumah dan kalau ada apa-apa tinggal jalan. Bisa-bisanya dia telepon."

"Mager mungkin, Mas," kata Senja. "Angkat buruan, kasihan."

"Iya ini mau."

Panggilan masih berlangsung, selanjutnya Juan menjawab panggilan dari Gian. Menyapa kemudian bertanya tujuan sang adik menelepon, kerutan di kening seketika terbentuk setelah ajakan mengobrol di balkon didapatkannya.

Bertanya tentang topik obrolan, Juan diminta untuk datang dulu saja sehingga kata oke pun dilontarkannya sebelum kemudian memutuskan sambungan telepon.

"Ada apa katanya, Mas?" tanya Senja yang sejak beberapa menit lalu menunggu. "Apa ada sesuatu?"

"Enggak tahu, tapi Gian ngajak aku ngobrol di balkon
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Netty Kurnia
smoga baik2 ya gi...
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
ini karna penting makanya Gian langsung nunggu di balkon aja
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
kok bisa salah strategi ya,,semoga aman tu si diandra dan gian
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   152). Gian Salah Jalan?

    ***"Setimpal, tapi memancing masalah baru setelahnya, dan mungkin bakalan lebih rumit dari sebelum ini."Mendengar penuturan Juan, kerutan di kening Gian seketika terbentuk. Tak langsung mengerti dengan ucapan sang kakak, yang dia lakukan adalah memandang Juan untuk beberapa detik sebelum akhirnya bertanya,"Maksud Mas apa?" tanya Gian. "Aku pikir justru ini bagus buat semuanya.""Bagusnya apa?" tanya Juan sambil menaikkan sebelah alis."Ya setelah kita pegang foto mereka berdua, kita bisa jadiin ini sebagai ancaman," kata Gian. "Entah itu buat minta maaf ke Mas sama Senja atau yang lainnya, aku yakin Mbak Nada sama Mbak Kartika bakalan manut karena mereka pasti enggak mau fotonya kesebar. Enggak cuman itu, ke depannya mereka bakalan mikir dua kali juga buat macam-macam ke Mas Juan karena balasannya nyeremin.""Itu enggak salah, tapi tetap aja kita enggak bisa nebak hati manusia, Gi," kata Juan. "Di depan kita, Nada dan Kartika

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   153). Mengusir Nada dan Kartika

    ***"Diandra kita tahu kamu di dalam ya, ayo keluar!"Setelah sebelumnya menggedor pintu, ucapan tersebut lantas Kartika lontarkan dengan raut wajah yang terlihat emosi.Tak sendiri, pagi ini dia datang bersama Nada ke rumah Diandra dan tentunya bukan tanpa tujuan, alasan dirinya dan sang sahabat datang adalah; untuk meminta penjelasan atas apa yang sudah terjadi pada keduanya.Terbangun pukul enam pagi setelah terlelap karena obat tidur semalam, Kartika dan Nada dilanda kaget. Tak diam saja tanpa mau berusaha, selanjutnya kedua sahabat tersebut mengecek monitor cctv dan voila! Di sana keduanya mendapati kerjasama yang di luar dugaan antara Diandra, Gian, dan pria asing.Belum tahu semua yang Diandra lakukan, sejauh ini Nada dan Kartika baru mengetahui penggendongan keduanya ke kamar oleh Gian dan pria asing. Apa yang terjadi di kamar setelah itu, kedua sahabat tersebut belum tahu karena memang diantara semua ruangan, bagian kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-01
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   154). Bertemu Nada dan Kartika

    ***"Mas, kamu bisa enggak telepon Gian?"Duduk bersandar di sofa ruang tengah, pertanyaan tersebut Senja lontarkan pada Juan yang berada tak jauh darinya. Tak pergi ke mana-mana setelah memberitahu kabar kehamilan pada Caca dan Kiran, Senja memutuskan untuk diam di rumah dan karena beberapa waktu lalu tahu Gian akan pergi ke mana, perasaannya kini tak tenang.Tahu tentang apa yang Gian lakukan, Senja sependapat dengan Juan. Namun, karena semua sudah terjadi, dia tak bisa melakukan apa-apa selain berharap yang terbaik untuk semuanya.Meskipun takut Nada dan Kartika akan lebih jahat setelah ini, Senja berusaha berpikiran positif. Namun, ternyata rasa cemas tetaplah datang sehingga setelah sejak tadi diam, dia buka suara."Buat apa?""Larang dia lanjutin semuanya," kata Senja. "Enggak usah minta Mbak Nada dan Mbak Kartika minta maaf ke aku, udah cukup aja gitu sampai di ngejebak. Takutnya mereka dendam dan-""Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-01
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   155). Saling Menyalahkan

    ***"Waktu menjawab habis, sekarang waktunya saya berpamitan dari sini. Kalau kalian mau foto-foto semalam aman, datang ke rumah dan lakuin apa yang saya mau maksimal sampai jam tujuh malam nanti. Enggak ada datang, siap-siap aja foto kalian menyebar di mana-mana."Nada dan Kartika tak kunjung menjawab permintaannya, ucapan tersebut lantas Gian lontarkan sambil berdiri dari sofa. Tak mau menetap terlalu lama, setelah ini dia berniat pulang karena tak punya tujuan lain, semua sudah Gian ungkapkan sehingga sekarang dirinya tinggal menunggu hasil."Ini harus banget sujud?" tanya Kartika yang akhirnya buka suara setelah sejak beberapa menit lalu diam."Iya harus," kata Gian. "Rencana yang hampir kalian lakuin itu sangat busuk. Jadi udah sepantasnya balasan itu kalian dapat.""Apa waktunya enggak bisa diperpanjang, Gi?" tanya Nada. "Atau gini deh, Mbak bakalan sujud di kaki Senja sama Pak Juan, tapi tolong bantu Mbak selamatin kerjaa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   156). Janji Melindungi Diandra

    ***[Tahu kan balasan buat orang yang suka berkhianat itu apa? Lihat aja nanti pembalasan dari aku. Jangan harap bisa bebas setelah apa yang kamu lakuin ya. Dasar bitch!]Refleks mengepalkan sebelah tangannya, itulah yang Gian lakukan setelah pesan dari Nada terpampang dengan jelas di layar ponsel Diandra.Batal pulang setelah ponsel sahabatnya berbunyi singkat, Gian memang memutuskan untuk menunggu dan ternyata pesan yang masuk ke ponsel Diandra berasal dari Nada dengan isi sebuah ancaman."Gimana menurut lo, Gi?" tanya Diandra—membuat antensi Gian seketika beralih. "Mbak Nada bakalan beneran bales gue enggak? Atau ini cuman gretakan doang?""Enggak tahu, tapi yang jelas gue enggak bakalan tinggal diam," kata Gian. "Gue tanggung jawab kok dan gue bakalan lindungin lo.""Tapi lo enggak akan dua puluh empat jam sama gue, kan?" tanya Diandra. "Mana besok Papa berangkat lagi ke luar kota.""Masih kerja?""Masihlah,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   157). Pemecatan Tidak Hormat

    ***"Jadi mau apa kalian datang ke sini di hari libur? Apa ada yang mau dibicarakan?"Bertanya dan bersikap seolah tak tahu apa-apa, itulah yang Juan lakukan ketika di ruang tamu rumahnya kini duduk dua orang tamu.Bukan orang asing, dua tamu tersebut adalah Nada dan Kartika yang pada akhirnya datang setelah mendapatkan ancaman dari Gian tadi pagi.Bukan tanpa tujuan, keduanya tentu saja berniat meminta maaf karena setelah memikirkan semua bahkan sempat pula berdebat, Nada pikir cara tersebutlah yang paling aman."Euh, anu Pak in-""Kami datang buat minta maaf, Pak," potong Nada setelah Kartika menjawab dengan tergagap. "Saya pikir Bapak pasti sudah tahu semuanya dari Gian. Jadi, malam ini saya ke sini buat minta maaf ke Bapak sama Senja."Tak hanya menatap Juan, atensi Nada juga beralih pada Senja yang duduk bersama sang suami. Kiran? Gadis itu kembali ke dapur setelah Juan memintanya untuk tak berada di ruang tamu."Iya, Pak," ucap Kartika. "Meskipun faktanya rencana saya sama Nada

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   158). Diandra Keras Kepala

    ***"Halo, Gi."Menunggu selama beberapa detik, sapaan tersebut akhirnya didapatkan Gian dari orang yang sengaja dia hubungi. Bukan orang lain, setibanya di kamar, Gian menelepon Diandra karena setelah menyaksikan apa saja yang terjadi pada Nada dan Kartika, dia khawatir ancaman pada Diandra kembali dikirim dua perempuan itu, sehingga memastikan pun dilakukannya."Halo, Di, lo lagi apa?" tanya Gian yang kini duduk di sofa kamar. "Aman enggak situasi rumah lo?""Gue lagi santai aja sih, Gi, dan kalau lo nanya situasi rumah gue, jawabannya aman-aman aja. Kenapa emang?" tanya Diandra. "Ada. sesuatukah?""Barusan Mbak Nada sama Mbak Kartika baru aja dari rumah gue buat kabulin apa yang gue minta," ungkap Gian. "Mereka minta maaf sama Mas Juan dan Senja, ter-""Pake sujud enggak?" tanya Diandra—memotong ucapan Gian tanpa permisi."Enggak," kata Gian. "Mas Juan enggak mau kalau mereka sampai sujud, cuman sebagai konsekuensi, Mbak Nada sama Mbak Kartika dipecat dan keputusan itu mutlak tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   159). Gian Badmood

    ***"Gi, kamu baik-baik aja, kan? Aku perhatiin, kamu kayanya banyak diem pas makan."Setelah sejak tadi menyimak gelagat sang adik ipar, Senja akhirnya bertanya. Penasaran tentang apa yang sebenarnya dipikirkan Gian, itulah yang dia rasakan karena tak banyak bicara seperti biasa, adik dari suaminya itu terlihat banyak diam—membuat dia dilanda rasa khawatir.Tak pernah abai meskipun dirinya sekarang lebih dekat dengan Juan, sebisa mungkin Senja selalu memperhatikan Gian karena meskipun sekadar adik ipar, pria itu memiliki banyak jasa untuknya."Enggak apa-apa kok, cuman lagi agak badmood aja," kata Gian."Kaya manusia aja, Om, badmood," celetuk Kiran yang duduk persis di samping Gian, dan apa yang dia katakan tentunya berhasil membuat sang paman mendelik."Diam kau anak kecil.""Ih, Om Gian galak," celetuk Caca. "Lagi putus cinta ya, Om?""Putus cinta apa? Pacar aja enggak punya," sahut Juan. "Heran Papa juga, O

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   195). Mengunjungi Mentari (Ending)

    ***"Ah, akhirnya acara aqiqah Tian berjalan dengan lancar ya, Mas. Rasanya baru kemarin deh dia lahir, tapi ternyata udah dua minggu yang lalu."Tersenyum sambil memandang para tamu yang kini pergi meninggalkan rumahnya, ucapan tersebut lantas Senja lontarkan pada Juan. Tak berada di dalam, saat ini dia dan sang suami masih berada di teras karena memang setelah acara selesai, keduanya mengantar para tamu seraya mengucapkan terima kasih.Dua minggu pasca melahirkan, Senja dan keluarga sepakat untuk mengadakan acara aqiqah baby Tian. Tak digelar di gedung, Senja dan Juan sepakat mengadakan acara di rumah.Mengundang para tetangga komplek, acara berlangsung dengan lancar dan tak sedikit, tamu yang diundang pun cukup banyak karena dari banyaknya tetangga yang diberitahu, hampir semua datang sore ini ke rumah Juan."Iya, akhirnya acara berjalan dengan lancar," kata Juan. Menoleh kemudian memandang Senja, dia kemudian berkata, "Semoga Tian seh

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   194). Senja Pulang

    ***"Welcome home, Mama Senja!"Membulatkan mata dengan raut wajah kaget, itulah Senja setelah sambutan tersebut didapatkannya dari orang-orang yang siang ini menyambut di ruang tengah.Dua hari menetap, Senja dan sang bayi memang diizinkan pulang hari ini untuk menjalani pemulihan di rumah. Tak dijemput siapa pun, Senja pulang berdua saja dengan Juan dan jujur dirinya sedih, karena dia pikir orang-orang rumah akan menjemputnya, mengingat kepulangan dia bukan di hari kerja melainkan hari libur.Tak menunjukan kesedihan, Senja terus berusaha tersenyum selema di jalan hingga ketika tiba di rumah, kehadiran dua mobil yang tak asing untuknya membuat dia bertanya-tanya.Bukan mobil Juan ataupun Gian, yang dilihat Senja adalah mobil Davion juga kedua orang tuanya sehingga dengan rasa penasaran yang tiba-tiba melanda, Senja bertanya.Namun, alih-alih memberikan jawaban, Juan justru meminta dia untuk masuk sehingga sambil menggendong san

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   193). Kelahiran Bayi Mungil

    ***"Ayo, Bu, coba dorong."Bersandar pada bed, yang sejak tadi dia tempati, Senja menoleh ke arah Juan sebelum kemudian mengambil ancang-ancang. Menutup rapat mulutnya seperti yang disarankan, Senja mulai mengejan sekuat tenaga sambil berpegangan pada sang suami.Bukaan lengkap setelah menunggu selama beberapa jam, persalinan Senja memang segera dilakukan. Aman untuk melahirkan secara normal, Senja membiarkan tubuhnya kesakitan karena gelombang cinta yang beberapa waktu lalu datang, dan sekarang perempuan itu kembali berjuang.Bayi yang dikandung tak langsung keluar dalam sekali ejanan, Senja menjatuhkan punggungnya di bed dengan napas terengah. Beristirahat sejenak, itulah yang dia lakukan sekarang sementara dokter sibuk memeriksa sesuatu."Kuat ya, kamu pasti bisa," ucap Juan yang terus berada di samping Senja. "Doain ya, Mas," pinta Senja yang dijawab senyuman oleh sang suami."Pasti."Waktu istirahat seles

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   192). Kado untuk Gian

    ***"Gi, anak kita lucu."Berdiri persis di samping inkubator, ucapan tersebut Diandra lontarkan dengan perasaan yang terasa begitu hari. Melahirkan beberapa jam lalu, sore menjelang malam Diandra meminta untuk dibawa ke ruang Nicu. Dioperasi menggunakan metode yang cukup bagus, perempuan itu sudah mampu berdiri bahkan duduk sehingga setelah meminta izin pada Dokter, Gian membawa istrinya itu menemui sang putra.Lahir dengan tubuh yang sangat mungil, putra pertama Gian dan Diandra terlihat persis seperti sang ayah, Gian. Memiliki hidung mancung, dua alis yang tak terlalu tebal kemudian rambut hitam, bayi mungil tersebut nampak begitu baik sehingga meskipun harus menetap di inkubator hingga kondisi dan berat badan stabil, Gian mau pun Diandra lega karena sejauh ini, tak ada kelainan yang ditunjukan Pradikta atau yang lebih akrab disapa baby Dikta."Mirip banget sama aku enggak sih?" tanya Gian yang setia di samping Diandra, guna berjaga-j

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   191). Kelahiran Putra Pertama

    ***"Gimana, Dok? Apa istri saya harus lahiran sekarang karena ketubannya udah pecah?"Melihat dokter selesai memeriksa Diandra, pertanyaan tersebut lekas Gian lontarkan dengan raut wajah yang cukup tegang.Mendapat kabar tentang Diandra yang tiba-tiba mengalami pecah ketuban, Gian memang sigap membawa istrinya itu ke rumah sakit terdekat. Meskipun Diandra tak merqsa kesakitan, Gian membawa perempuan itu ke IGD sehingga tanpa perlu menunggu lama, penanganan pun dilakukan dengan cepat."Betul sekali, Pak," kata sang dokter, memberi jawaban. "Karena air ketuban yang tersisa hanya tinggal sedikit, istri Bapak harus segera melahirkan bayinya dan demi mencegah sesuatu yang tidak diinginkan, kami akan melakukan tindak operasi secepatnya. Apa bapak setuju? Jika iya, nanti berkas-berkasnya disiapkan pun dengan ruang operasi.""Kalau itu yang terbaik, saya setuju, Dokter," ucap Gian. "Tapi usia kandungan istri saya baru dua puluh sembila

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   190). Waktu Berlalu

    ***"Silakan dinikmati basonya ya, Mbak, Kak, Dek, semoga bakso buatan Mamang cocok di lidah kalian."Sambil menyimpan satu persatu mangkuk bakso di atas meja makan, ucapan tersebut lantas Juan lontarkan untuk istri dan kedua anaknya yang sejak beberapa menit lalu menunggu di sana.Tak bisa menolak ngidam Senja yang katanya ingin bakso buatan dia sendiri, Juan mendadak cosplay menjadi mang bakso komplek. Membuat adonan bakso kemudian mengolahnya menjadi bulatan kecil dan sedang, semua dia lakukan sendiri tanpa bantuan siapa pun.Tak hanya membuat bakso, Juan juga berpakaian seperti tukang bakso demi mengabulkan keinginan Senja. Kaos abu pendek, celana pendek juga topi bulat dan handuk, semuanya dia pakai dan hal tersebut membuat Senja bahagia, sehingga meskipun harus menunggu satu jam lebih bakso yang diinginkannya jadi, perempuan itu tak bosan sama sekali."Waw," ucap Kirania takjub. "Udah cocok kayanya Papa jadi tukang bakso. Persis bua

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   189). Siapa yang Hamil?

    ***"Menurut Papa?"Menyipitkan mata dengan emosi yang semakin naik, itulah Juan setelah pertanyaan tersebut dilontarkan sang putri, usai dirinya bertanya tentang testpack yang ditemukan di atas meja belajar Kirania.Tak ada panik, gadis itu terlihat tenang dan hal tersebut jelas membuat Juan penasaran karena jika memang Kirania hamil, seharusnya rqsa panik melanda karena bukan hal sepele, hamil di usia belia terlebih masih pelajar adalah sebuah masalah yang sangat besar."Kamu ditanya tuh jawab, bukan balik nanya," desis Juan. "Mau Papa pukul?""Pukul apa maksud kamu?"Bukan Kirania, yang bertanya adalah Senja yang tahu-tahu berada di ambang pintu. Tak kalah serius dari Juan, perempuan itu kini menatap intens sang suami sebelum akhirnya bertanya,"Kamu lagi ngapain Kiran? Kok pake nyebut pukul segala? Berani emang kamu pukul anak aku?""Aku nemuin tespack di meja belajar Kiran, Senja, dan ini aku lagi nanya," k

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   188). Restu Juan Sepenuhnya Turun

    ***"Halo."Refleks melengkungkan senyuman, itulah yang Kirania lakukan setelah suara berat Davion terdengar dari telepon. Tak lagi di kamar sang papa, saat ini dia memang sudah kembali ke kamarnya dan tak diam saja, Kiranua menghubungi sang kekasih dengan tujuan; mengajak Davion datang ke rumah hari sabtu nanti.Mendapat lampu hijau untuk berpacaran, Kirania tak sepenuhnya bebas karena sebelum melanjutkan hubungan dengan Davion, kebaikan dan ketulusan kekasihnya tersebut harus dipastikan dulu sehingga selain makan siang bersama, sabtu nanti katanya Juan akan mengajak mantan dari istrinya tersebut berdialog empat mata."Halo, Kak, ganggu enggak?" tanya Kirania. "Kali aja Kak Davi lagi nongkrong atau bahkan udah tidur gitu?""Enggak sih, enggak ganggu," kata Davion. "Aku barusan kebetulan lagi main game. Jadi aman.""Lho, keganggu dong itu, Kak?" tanya Kirania. "Kalau ada panggilan pas main game kan nanti gamenya kepause. Iya engg

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   187). Permintaan untuk Putus

    ***"Putus."Kompak memasang raut wajah kaget, itulah Senja dan Kirania setelah ucapan tersebut dilontarkan Juan dengan raut wajah seriusnya.Mengikuti saran Senja, malam ini Kirania jujur tentang hubungannya dengan Davion. Tak ada respon baik, Juan nampak tak suka mendengar kabar yang diberikan sang putri sehingga setelah Kirania menjawab serius tentang hubunganya dan sang kekasih, pria itu meminta sang putri putus."Maksud kamu apa, Mas?" tanya Senja yang membuat atensi Juan beralih."Ya putus," kata Juan. "Aku mau Kiran sama Davion putus. Apa enggak jelas ucapan barusan?""Enggak bisa gitu dong, Pa," kata Kirania yang membut Juan kembali memandangnya. "Aku cinta sama Kak Davion begitu pun sebaliknya. Jadi enggak ada tuh putus-putus.""Jadi kamu lebih pilih Davion dibanding Papa? Iya?" tanya Juan. "Kamu masih kecil, Kiran, bahkan tujuh belas tahun pun kurang. Bisa-bisanya pacaran sama orang dewasa. Aneh tahu enggak?"

DMCA.com Protection Status