Share

123). Membohongi Gian

Penulis: Cacavip
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-16 13:02:48

***

"Dia kakak dari sahabat aku."

Deg.

Dengan perasaan yang cukup kaget, Nada mau pun Kartika saling menatap satu sama lain setelah jawaban tersebut dilontarkan Diandra. Tak memberikan respon apa-apa, untuk beberapa detik kedua perempuan itu diam hingga tak berselang lama Diandra kembali buka suara.

"Tapi kalian tenang aja, karena sekali pun ini Mas Juan, aku tetap terima kerjasama sama kalian."

"Tapi kan kamu kenal sama dia, Di?" tanya Kartika.

"Ya terus masalahnya apa?" tanya Diandra. "Bukannya kalau kenal, semua lebih baik dan masuk akal?"

"Maksudnya?" tanya Nada—membuat atensi Diandra beralih padanya.

"Ya kan rencana kalian tuh pengen bikin Mas Juan seolah-olah selingkuh," kata Diandra. "Nah, kalau dia kepergok tidur sama aku, orang-orang bakalan gampang percaya karena aku sama dia kenal, bahkan dulu sering ketemu. Jadi ya lanjutin aja."

"Enggak lagi jebak kita, kan, kamu?" tanya Nada waspada. "Kamu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Srie Rahayu
alah, terserah elo deh diandra, mau bilang terpaksa kek mau bilang tirpiksi kek, yang jelas aku pastiin kamu bakal menyesal nanti... ............
goodnovel comment avatar
Srie Rahayu
ah, jahat juga ternyata si diandra... kenapa nggak bohongin si nada aja sih? malah bohongin gian...
goodnovel comment avatar
Bhoenciz Poenya
si diandra mah aneh,di pinjemin duit g mw,mlh ngambil jl pintas kaya gitu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   124). Merealisasikan Semua

    ***"Nja, kok diem? Aku nanya lho, jawab dong."Dengan perasaan yang cukup cenat-cenut, Juan bertanya demikian seraya melangkah mendekati Senja. Bukan tanpa tujuan, alasan dia mendekati sang istri adalah; untuk memastikan sesuatu, karena setelah mendengar ucapan Senja beberapa waktu lalu, jujur saja dia terkejut.Senja datang bulan.Bukan ucapan sepele, bagi Juan hal tersebut adalah masalah serius karena untuk sampai di malam ini, dia sudah menunggu cukup lama sehingga jika seandainya gagal, Juan tak tahu harus bagaimana melampiaskan hasratnya."Serius banget Mas muka kamu."Alih-alih menjawab, yang dilakukan Senja justru menggoda—membuat Juan menghela napas kasar "Nja, aku serius," kata Juan setelahnya. "Kamu beneran datang bulan enggak?""Menurut kamu?""Betari Senja.""Enggak, Mas, aku bercanda," ucap Senja—membuat perasaan lega di dalam diri Juan seketika pecah. "Jadwal datang bu

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   125). Juan Memelas

    ***"Mentari."Dengan perasaan berdebar pun detak jantung yang lebih cepat dari biasanya, sebuah nama Juan lontarkan—membuat Senja dilanda tanya.Pergi ke kamar mandi untuk mengambil pakaian Senja, Juan tiba-tiba teringat sesuatu. Bukan masalah sepele, yang melintas di benak pria tiga puluh tujuh tahun tersebut adalah masalah serius, yaitu; menyebut bahkan tak sengaja membandingkan Senja dengan Mentari.Tak sadar ketika menyebut nama mendiang Mentari, Juan jelas dilanda panik sehingga bertanya tentang marah atau tidaknya Senja pun lekas dia lakukan."Kak Mentari?" tanya Senja dengan kerutan di kening yang kini terbentuk. "Ada apa emangnya sama Kak Mentari, Mas? Terus kenapa aku harus marah?"Tak langsung menjawab, untuk beberapa saat Juan diam sebelum akhirnya melangkah mendekati Senja. Berada di depan sang istri yang masih duduk di tepi kasur, dia berucap,"Tadi pas kita baru aja selesai, aku enggak sengaja sebut nama M

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   126). Nomor Asing

    ***"Ini kita kenapa mendadak gembul gini ya, Mas? Udah makan mie berdua sekarang malah lanjut ke mangga."Bersandar di meja kompor sambil memperhatikan Juan, ucapan tersebut Senja lontarkan pada sang suami yang kini fokus mengupas mangga.Selesai menyantap mie instan di mangkuk yang sama, Senja dan Juan tak langsung kembali ke kamar setelah satu buah mangga di kulkas menarik perhatian.Mengambil keputusan untuk menyantap mangga tersebut, Juan menawarkan diri untuk menjadi sang pengupas, sehingga Senja pun tak perlu melakukan apa-apa."Ya enggak apa-apa namanya juga habis olahraga, kan? Jadi ya pasti capek dan lapar.""Olahraga apa?" tanya Senja—tak cukup peka pada ucapan Juan."Ya olahraga ranjang," kata Juan. "Yang tadi kan cukup menguras tenaga. Jadi wajar aja lapar.""Kamu tuh.""Duduk gih, aku mau cuci mangganya dulu sebelum dipotong.""Oke."Seperti anak kecil yang patuh pada san

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-18
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   127). Tujuan di Balik Chat

    ***"Gi."Memanggil sang adik seraya membuka pintu, itulah yang Juan lakukan ketika pagi ini dia menghampiri Gian di kamar. Tak sedang tidur, kegiatan Gian di minggu pagi adalah fokus dengan laptop. Entah apa yang sedang dikerjakan, Juan sendiri tak tahu. Namun, yang jelas dia yakin apa yang digarap sang adik berhubungan dengan skripsi di tempatnya berkuliah."Mas Juan.""Sibuk enggak?" tanya Juan sambil melangkah menuju sang adik yang duduk di kursi belajar. "Mas mau nanyain sesuatu.""Nanyain apa?""Soal nomor hp sih," kata Juan. "Semalam ada yang chat Mas terus nanyain kabar. Enggak tahu siapa, nomornya baru, tapi Senja bilang kayanya orang dekat karena kalau jauh, dia enggak mungkin nanyain kabar.""Mas mau nanyain nomornya nomor siapa gitu?""Iya," kata Juan. "Siapa tahu nomor yang chat Mas semalam ada di kamu gitu.""Oh.""Bisa kan cek dulu?""Bisa," kata Gian. "Sebenta

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-18
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   128). Semakin Dekat

    ***"Gue kangen Mas Juan."Mendengar jawaban tersebut dilontarkan Diandra, raut wajah Gian tentu saja berubah. Terlihat serius, itulah adik kandung Juan sebelum akhirnya buka suara."Kangen gimana maksud lo?""Ya kangen," kata Diandra. "Enggak tahu emangnya lo arti kangen?""Bukan gitu maksud gue, Di, tapi gue nanyanya kenapa lo harus kangen sama Mas Juan?" tanya Gian. "Lo perasaan enggak sedekat itu deh sama abang gue, kenapa mendadak kangen? Enggak ada sesuatu, kan?""Sesuatu apa sih lo?" tanya Diandra. "Lagian kangen gue pun cuman sebatas kangen ke abang dari sahabat gue kali. Semalam pas lagi kerja, gue cek-cek kontak terus enggak sengaja nemu kontak Mas Juan. Jadi iseng aja gue chat buat pastiin aktif apa enggaknya.""Terus?""Ya ternyata aktif. Jadi gue iseng lagi telepon," kata Diandra. "Lagian takut banget kayanya lo, gue goda Mas Juan. Possesif.""Ya gimana enggak takut, orang sekarang lo bande

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   129). Kerja Bagus Diandra

    ***"Nad, lo masih waras, kan? Sejak beberapa menit lalu gue perhatiin kayanya lo senyam-senyum terus deh. Kenapa sih?"Puas memperhatikan sang sahabat yang nampak fokus dengan layar ponsel, pertanyaan tersebut lantas Kartika lontarkan. Bukan tanpa alasan, dia bertanya demikian setelah sejak tadi Nada yang duduk tak jauh darinya terus mengukir senyum.Entah karena apa, Kartika sendiri tak tahu. Namun, yang jelas dirinya dilanda penasaran karena sebelum mengecek ponsel, Nada tak secerah sekarang."Baru dapat kabar bagus gue, Tik, dari anak buah lo.""Siapa?""Diandralah, siapa lagi?" tanya Nada. "Setelah sempat ragu karena statusnya sahabat Gian, gue mulai percaya sama dia karena sekarang dia kirim sesuatu.""Apa emang?""Nih," kata Nada sambil menunjukan layar ponsel yang kini menampilkan sebuah foto. Bukan foto orang asing, di layar kini terpampang foto Senja bersama seorang laki-laki muda—membuat Kartika jelas

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   130). Selingkuh

    ***"Tante Senja!"Mendengar panggilan dari Kiran, Senja yang baru tiba di lantai atas seketika mengangkat pandangan. Tak sekadar melangkah, sejak menutup telepon dengan Juan beberapa waaktu lalu, Senja berjalan sambil memandangi layar ponsel.Tak mati, layar ponselnya tersebut menyala dan bukan kolom chat bersama Juan, yang ditampilkan dan dipandangi Senja adalah foto dirinya bersama pria muda yang mengajak berkenalan di kedai seblak tadi.Entah darimana Juan mendapat foto tersebut, Senja tak tahu. Namun, yang jelas karena foto dirinya dan pemuda tadi, sang suami merajuk dan alih-alih menggemaskan seperti biasa, ngambeknya Juan kali ini terasa berbeda.Tak langsung membicarakan semua di telepon, Juan hanya mengirim foto Senja dan pemuda asing tadi sebagai bukti. Untuk obrolan, katanya pria itu ingin mengobrol di rumah karena tak hanya Senja, Juan pun masih di luar dengan kegiatan; menemani klien."Eh, Kiran," panggil Senja denga

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   131). Fitnah

    ***"Hei, bangun. Udah sore ini, ayo buka mata kamu."Perlahan membuka mata setelah terganggu oleh ucapan tersebut, itulah yang dilakukan Senja sekarang. Mendapati Juan berjongkok di depannya, kedua mata Senja menyipit kemudian tanpa banyak menunda, dia buka suara."Mas Juan.""Kasur kotor emangnya sampai harus tidur di sofa?" tanya Juan—membuat Senja yang kesadarannya belum terkumpul, diam.Meredakan rasa pusing pasca bangun tidur, untuk beberapa detik Senja konsisten di posisinya meringkuk hingga setelah kesadaran terkumpul, dia beringsut sementara Juan yang semula berjongkok, sudah kembali berdiri sebelum dirinya duduk.Dilanda ngantuk ketika menunggu Juan pulang, setengah jam lalu Senja merebahkan tubuhnya di sofa. Kedua mata semakin terasa berat, tidur akhirnya menjadi pilihan sehingga ketika sang suami kembali, dia tak tahu."Kamu kapan pulang, Mas?" tanya Senja sambil memandang Juan yang kini berdiri di depannya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   195). Mengunjungi Mentari (Ending)

    ***"Ah, akhirnya acara aqiqah Tian berjalan dengan lancar ya, Mas. Rasanya baru kemarin deh dia lahir, tapi ternyata udah dua minggu yang lalu."Tersenyum sambil memandang para tamu yang kini pergi meninggalkan rumahnya, ucapan tersebut lantas Senja lontarkan pada Juan. Tak berada di dalam, saat ini dia dan sang suami masih berada di teras karena memang setelah acara selesai, keduanya mengantar para tamu seraya mengucapkan terima kasih.Dua minggu pasca melahirkan, Senja dan keluarga sepakat untuk mengadakan acara aqiqah baby Tian. Tak digelar di gedung, Senja dan Juan sepakat mengadakan acara di rumah.Mengundang para tetangga komplek, acara berlangsung dengan lancar dan tak sedikit, tamu yang diundang pun cukup banyak karena dari banyaknya tetangga yang diberitahu, hampir semua datang sore ini ke rumah Juan."Iya, akhirnya acara berjalan dengan lancar," kata Juan. Menoleh kemudian memandang Senja, dia kemudian berkata, "Semoga Tian seh

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   194). Senja Pulang

    ***"Welcome home, Mama Senja!"Membulatkan mata dengan raut wajah kaget, itulah Senja setelah sambutan tersebut didapatkannya dari orang-orang yang siang ini menyambut di ruang tengah.Dua hari menetap, Senja dan sang bayi memang diizinkan pulang hari ini untuk menjalani pemulihan di rumah. Tak dijemput siapa pun, Senja pulang berdua saja dengan Juan dan jujur dirinya sedih, karena dia pikir orang-orang rumah akan menjemputnya, mengingat kepulangan dia bukan di hari kerja melainkan hari libur.Tak menunjukan kesedihan, Senja terus berusaha tersenyum selema di jalan hingga ketika tiba di rumah, kehadiran dua mobil yang tak asing untuknya membuat dia bertanya-tanya.Bukan mobil Juan ataupun Gian, yang dilihat Senja adalah mobil Davion juga kedua orang tuanya sehingga dengan rasa penasaran yang tiba-tiba melanda, Senja bertanya.Namun, alih-alih memberikan jawaban, Juan justru meminta dia untuk masuk sehingga sambil menggendong san

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   193). Kelahiran Bayi Mungil

    ***"Ayo, Bu, coba dorong."Bersandar pada bed, yang sejak tadi dia tempati, Senja menoleh ke arah Juan sebelum kemudian mengambil ancang-ancang. Menutup rapat mulutnya seperti yang disarankan, Senja mulai mengejan sekuat tenaga sambil berpegangan pada sang suami.Bukaan lengkap setelah menunggu selama beberapa jam, persalinan Senja memang segera dilakukan. Aman untuk melahirkan secara normal, Senja membiarkan tubuhnya kesakitan karena gelombang cinta yang beberapa waktu lalu datang, dan sekarang perempuan itu kembali berjuang.Bayi yang dikandung tak langsung keluar dalam sekali ejanan, Senja menjatuhkan punggungnya di bed dengan napas terengah. Beristirahat sejenak, itulah yang dia lakukan sekarang sementara dokter sibuk memeriksa sesuatu."Kuat ya, kamu pasti bisa," ucap Juan yang terus berada di samping Senja. "Doain ya, Mas," pinta Senja yang dijawab senyuman oleh sang suami."Pasti."Waktu istirahat seles

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   192). Kado untuk Gian

    ***"Gi, anak kita lucu."Berdiri persis di samping inkubator, ucapan tersebut Diandra lontarkan dengan perasaan yang terasa begitu hari. Melahirkan beberapa jam lalu, sore menjelang malam Diandra meminta untuk dibawa ke ruang Nicu. Dioperasi menggunakan metode yang cukup bagus, perempuan itu sudah mampu berdiri bahkan duduk sehingga setelah meminta izin pada Dokter, Gian membawa istrinya itu menemui sang putra.Lahir dengan tubuh yang sangat mungil, putra pertama Gian dan Diandra terlihat persis seperti sang ayah, Gian. Memiliki hidung mancung, dua alis yang tak terlalu tebal kemudian rambut hitam, bayi mungil tersebut nampak begitu baik sehingga meskipun harus menetap di inkubator hingga kondisi dan berat badan stabil, Gian mau pun Diandra lega karena sejauh ini, tak ada kelainan yang ditunjukan Pradikta atau yang lebih akrab disapa baby Dikta."Mirip banget sama aku enggak sih?" tanya Gian yang setia di samping Diandra, guna berjaga-j

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   191). Kelahiran Putra Pertama

    ***"Gimana, Dok? Apa istri saya harus lahiran sekarang karena ketubannya udah pecah?"Melihat dokter selesai memeriksa Diandra, pertanyaan tersebut lekas Gian lontarkan dengan raut wajah yang cukup tegang.Mendapat kabar tentang Diandra yang tiba-tiba mengalami pecah ketuban, Gian memang sigap membawa istrinya itu ke rumah sakit terdekat. Meskipun Diandra tak merqsa kesakitan, Gian membawa perempuan itu ke IGD sehingga tanpa perlu menunggu lama, penanganan pun dilakukan dengan cepat."Betul sekali, Pak," kata sang dokter, memberi jawaban. "Karena air ketuban yang tersisa hanya tinggal sedikit, istri Bapak harus segera melahirkan bayinya dan demi mencegah sesuatu yang tidak diinginkan, kami akan melakukan tindak operasi secepatnya. Apa bapak setuju? Jika iya, nanti berkas-berkasnya disiapkan pun dengan ruang operasi.""Kalau itu yang terbaik, saya setuju, Dokter," ucap Gian. "Tapi usia kandungan istri saya baru dua puluh sembila

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   190). Waktu Berlalu

    ***"Silakan dinikmati basonya ya, Mbak, Kak, Dek, semoga bakso buatan Mamang cocok di lidah kalian."Sambil menyimpan satu persatu mangkuk bakso di atas meja makan, ucapan tersebut lantas Juan lontarkan untuk istri dan kedua anaknya yang sejak beberapa menit lalu menunggu di sana.Tak bisa menolak ngidam Senja yang katanya ingin bakso buatan dia sendiri, Juan mendadak cosplay menjadi mang bakso komplek. Membuat adonan bakso kemudian mengolahnya menjadi bulatan kecil dan sedang, semua dia lakukan sendiri tanpa bantuan siapa pun.Tak hanya membuat bakso, Juan juga berpakaian seperti tukang bakso demi mengabulkan keinginan Senja. Kaos abu pendek, celana pendek juga topi bulat dan handuk, semuanya dia pakai dan hal tersebut membuat Senja bahagia, sehingga meskipun harus menunggu satu jam lebih bakso yang diinginkannya jadi, perempuan itu tak bosan sama sekali."Waw," ucap Kirania takjub. "Udah cocok kayanya Papa jadi tukang bakso. Persis bua

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   189). Siapa yang Hamil?

    ***"Menurut Papa?"Menyipitkan mata dengan emosi yang semakin naik, itulah Juan setelah pertanyaan tersebut dilontarkan sang putri, usai dirinya bertanya tentang testpack yang ditemukan di atas meja belajar Kirania.Tak ada panik, gadis itu terlihat tenang dan hal tersebut jelas membuat Juan penasaran karena jika memang Kirania hamil, seharusnya rqsa panik melanda karena bukan hal sepele, hamil di usia belia terlebih masih pelajar adalah sebuah masalah yang sangat besar."Kamu ditanya tuh jawab, bukan balik nanya," desis Juan. "Mau Papa pukul?""Pukul apa maksud kamu?"Bukan Kirania, yang bertanya adalah Senja yang tahu-tahu berada di ambang pintu. Tak kalah serius dari Juan, perempuan itu kini menatap intens sang suami sebelum akhirnya bertanya,"Kamu lagi ngapain Kiran? Kok pake nyebut pukul segala? Berani emang kamu pukul anak aku?""Aku nemuin tespack di meja belajar Kiran, Senja, dan ini aku lagi nanya," k

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   188). Restu Juan Sepenuhnya Turun

    ***"Halo."Refleks melengkungkan senyuman, itulah yang Kirania lakukan setelah suara berat Davion terdengar dari telepon. Tak lagi di kamar sang papa, saat ini dia memang sudah kembali ke kamarnya dan tak diam saja, Kiranua menghubungi sang kekasih dengan tujuan; mengajak Davion datang ke rumah hari sabtu nanti.Mendapat lampu hijau untuk berpacaran, Kirania tak sepenuhnya bebas karena sebelum melanjutkan hubungan dengan Davion, kebaikan dan ketulusan kekasihnya tersebut harus dipastikan dulu sehingga selain makan siang bersama, sabtu nanti katanya Juan akan mengajak mantan dari istrinya tersebut berdialog empat mata."Halo, Kak, ganggu enggak?" tanya Kirania. "Kali aja Kak Davi lagi nongkrong atau bahkan udah tidur gitu?""Enggak sih, enggak ganggu," kata Davion. "Aku barusan kebetulan lagi main game. Jadi aman.""Lho, keganggu dong itu, Kak?" tanya Kirania. "Kalau ada panggilan pas main game kan nanti gamenya kepause. Iya engg

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   187). Permintaan untuk Putus

    ***"Putus."Kompak memasang raut wajah kaget, itulah Senja dan Kirania setelah ucapan tersebut dilontarkan Juan dengan raut wajah seriusnya.Mengikuti saran Senja, malam ini Kirania jujur tentang hubungannya dengan Davion. Tak ada respon baik, Juan nampak tak suka mendengar kabar yang diberikan sang putri sehingga setelah Kirania menjawab serius tentang hubunganya dan sang kekasih, pria itu meminta sang putri putus."Maksud kamu apa, Mas?" tanya Senja yang membuat atensi Juan beralih."Ya putus," kata Juan. "Aku mau Kiran sama Davion putus. Apa enggak jelas ucapan barusan?""Enggak bisa gitu dong, Pa," kata Kirania yang membut Juan kembali memandangnya. "Aku cinta sama Kak Davion begitu pun sebaliknya. Jadi enggak ada tuh putus-putus.""Jadi kamu lebih pilih Davion dibanding Papa? Iya?" tanya Juan. "Kamu masih kecil, Kiran, bahkan tujuh belas tahun pun kurang. Bisa-bisanya pacaran sama orang dewasa. Aneh tahu enggak?"

DMCA.com Protection Status