"Semoga ini mujarab. Dan aku akan mendapatkan bonus yang besar!" batinnya wanita tersebut.Wanita itu yang merupakan asisten di villa, terus mengaduk air di dalam gelas. Dengan kepala celingukan waspada bilakah ada yang melihat.Sang asisten membawa dua gelas minuman buah menuju kolam renang, di mana Mona dan Leo berada di sana."Silakan Nyonya, Tuan ... ini minumannya!" ucap sang asisten sembari menyimpan kedua gelas itu di meja yang tidak jauh dari kolam renang.Mona menoleh sembari berkata. "Terima kasih, Bi."Sang asisten tersenyum penuh arti, lalu meninggalkan tempat itu dengan sesekali menoleh ke belakang.Leo menepi dan naik ke permukaan, duduk di kursi dengan tatapannya terus ke arah Mona yang sudah lebih dulu naik, tampak begitu seksi."Ini minumnya, Om!" Mona memberikan gelas kepada Leo."Terima kasih!" lalu Leo menekuknya sampai tersisa setengahnya.Mona memegangi gelasnya. ditatapnya minuman itu, entah kenapa kok merasa ragu untuk minum dan berasa nggak haus aja."Kenapa?"
"Aku haus sekali, tapi rasanya aku nggak mau minuman ini. Aku pengen minuman yang masih disegel!" Mona menyimpan kembali gelasnya.Leo pun menyuruh asisten untuk mengambilkan minuman mineral, yang masih bersegel untuk Mona."Jangan, jangan! biar aku sendiri yang ngambil." Mona bergegas beranjak dan mengambil botol minuman dari lemari pendingin.Sang asisten hanya melongok melihat ke arah Mona. Yang tidak lama sudah duduk kembali tidak jauh dari Leo.Lek-lek-lek ... suara air yang mengalir di tenggorokan Mona tampak sekali kalau dia sangat haus."Ha ... segar ....""Gila! susah bener nih orang. Cuman minum air di gelas aja susahnya minta ampun!" gumam sang asisten sambil pura-pura menyibukkan dirinya.Leo menoleh pada sang asisten entah apa yang dia sedang pikirkan, detik kemudian melihat pada sang istri.Di hari yang begitu cerah ini, Mona berjalan-jalan di pesisir pantai yang tampak begitu indah! langitnya yang membentang biru dihiasi awan-awan yang putih. Burung-burung pun menari-na
Pria tampan yang dingin itu ... hanya mengernyitkan keningnya. Namun, tak ayal tangannya merangkul pinggang Mona.Mona bukannya tanpa alasan nemplok di Leo, disebabkan dia merasa ketakutan! dari balik pintu ada sosok yang mengerikan, tentu saja membuat dia menjerit dan lompat."Ada apa?" tanya Leo dengan tangan yang masih merangkul pinggang Mona."I-itu. di balik pintu ada ... ada ... itu sosok yang menakutkan." Suara Mona terbata-bata.Membuat bodyguard langsung mengecek tempat yang dituding oleh Mona, apa benar di sana ada sosok yang mengerikan?"Tidak ada apa-apa Tuan! yang ada hanya bibi yang sedang bersih-bersih!" laporan sang bodyguard sambil menghampiri.Leo menoleh ke arah Mona dengan gerakan alisnya, seolah-olah berkata, itu tidak ada apa-apa."Tapi beneran kok! tadi aku melihatnya, makanya aku ketakutan!" Mona meyakinkan diri kalau dia benar-benar melihat sesuatu yang menyeramkan."Di sini aman!" ucap Leo seraya melepaskan rangkulannya dan Mona berusaha berdiri tegak."Kamu
"Selamat datang Nyonya muda! selamat datang di mansion nya Leo, kau di sini akan menjadi ratu!" ucap Ibu Leo disertai tatapan sinis sambil bertepuk tangan.Leo menatap ke arah ibu. Dia merasakan kalau beliau masih belum bisa menerima Mona sebagai mantunya."Ibu gimana kabarmu!" seraya mengulurkan tangan pada sang ibu."Kabarku baik ... seperti yang kau lihat, bagaimana kabar bulan madu kalian?" selidik sang Ibu sembari memeluk putranya sesaat."Baik, Bu!" Leo bergumam. Lalu mengalihkan pandangan pada sang istri yang berdiri mematung.Suasana hati Mona sontak berubah, yang mulanya senang menjadi gak nyaman dengan keberadaan ibunya Leo alias sang ibu mertua."Sayang, ayo ikut aku!" Leo meraih tangan Mona dituntunnya untuk mengikuti langkah dia.Berjalan menuju sebuah lift, yang akan membawa mereka ke lantai 3 gimana kamarnya berada."Berbahagialah kalian berdua. Dibalik itu ada neraka yang akan selalu menguntit mu
Bruk. Brak ....Suara itu tepat dari balik pintu kamar. Menghentikan ritual yang tengah dilakukan oleh Leo dan Mona.Rahang Leo mengerat kuat, kedua netra mata menyorotkan kemarahan yang bisa saja tak terbendung. Karena suara itu membuyarkan konsentrasi panasnya bersama sang istri."Shit! Sial. Suara apa itu?" buru-buru Leo memakai handuk melilitkannya di pinggang. Sementara Mona menenggelamkan tubuhnya ke dalam air. Wajahnya mendadak pucat setelah suara tersebut.Blak.Pintu Leo buka dengan sangat lebar dan tidak ada apa-apa di kamar.Mona malah teringat. Apa mungkin itu Marfin? Secara tadi dia berada di luar. "Apa mungkin Marfin mengintip? ah tidak mungkin! Dia mengintip!" batinnya Marfin panik saat menyenggol pas bunga di kamar papanya, yang menyebabkan suara yang cukup keras.Marfin langsung merasa khawatir bahwa papanya, Leo, akan mendengar suara itu dan datang memeriksanya. Tanpa pikir panjang, Marfin buru-buru membetulkan pas bunga yang untungnya tidak pecah. Berharap tidak a
Dengan cepat. Tangan Mona menangkis tangan ibu mertua yang hendak menampar wajahnya."Ibu tidak perlu mengotori tangan ibu dengan menampar ku." Tatap Mona sangat tajam lalu menghempaskan tangannya."Dasar kurang ajar. Saya akan adukan pada Leo kalau istrinya sudah kurang ajar pada saya!""Ibu, jika aku membuat kesalahan atau menyakiti perasaan Ibu. Silakan adukan aku pada Leo!" Mona tidak gentar sedikitpun.Ibu mertua menatap penuh kebencian pada mantunya itu."Kamu tidak akan pernah bisa menjadi bagian dari keluarga ini! Kamu hanyalah seorang gadis kampung yang miskin! Kamu tidak pantas untuk menjadi istri Leo!" ucap ibu mertua.Sejenak Mona terdiam dengan perasaan yang sakit dan sesak."Aku mungkin bukan dari latar belakang yang sama dengan keluarga Leo, tetapi aku berusaha keras untuk menjadi istri yang baik untuknya." Mona terus membela diri.Ibu Mertua menggeleng, pikirnya. Mona sampai kapan pun tidak akan pernah bisa menjadi istri yang tepat untuk putranya."Saya akan mengadukan
Sejenak tatapan Mona setuju ke arah luar konter, dimana ia melihat seorang pria muda dan wanita yang agak berumur. Ya, siapa lagi kalau bukan Marfin dan Ibu sambungnya."Martin dan ibu!" suara muna dalam hati.Namun, sebelum beliau melihatnya mana langsung mengalihkan pandangan ke arah Leo. Menatap pada ponsel yang berada di tangannya.Mona merasa terharu dan dibuat tak mampu berkata-kata. Tidak pernah dia membayangkan akan memiliki ponsel sebagus dan semahal itu."Aku gak pernah membayangkan, akan memiliki barang semahal ini. Bagi aku yang biasa aja sudah cukup, yang penting bisa komunikasi dan aku gunakan dengan baik!" Mona mengelus barang yang sudah dikeluarkan dari dusnya."Kamu suka?" tanya Leo."Terima kasih, Om. Aku sangat menghargai perhatian mu, Padahal aku nggak mau minta apapun darimu." Mona berucap, menatap Leo."Kamu pantas dapatkan yang terbaik," balas Leo, dia senang melihat Mona bahagia.Dengan refleks Mona memeluk pundak Leo, dengan kedua kaki yang berjinjit agar tubu
Mona, keluar dari mobil setelah puas seharian ini, ke salon dan belanja, melangkah dengan pasti masuk ke dalam mension megah dengan beberapa paper bag di tangannya.Seorang asisten rumah tangga, dengan cepat, membantu membawa belanjaan Mona yang lain. "Biar ku bawakan, Nyonya muda."Mona menoleh ke arah asisten tersebut, senyum ramah menghiasi wajahnya."Terima kasih banyak ya," ucapnya dengan lembut.Asisten itu mengangguk, memberikan senyum balasan yang hangat."Senang bisa membantu, Nyonya Mona." Balas asisten tersebut, dengan nada hormat.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan mereka memasuki mension, membawa masing-masing belanjaan.Mona, dengan langkah mantap, melanjutkan perjalanannya menuju lift. Lift tersebut akan membawanya ke lantai tiga, tempat kamar Mona dan Leo berada.Sebelum memasuki lift, Mona berbalik sejenak kepada asistennya."Em ... tolong buatkan saya minuman segar?" pintanya, suaranya lembut namun jelas.Asisten tersebut mengangguk, mengerti apa yang dima
Laksmi menatap dengan rasa tidak percaya bahwa malam ini dia harus keluar dari rumah impian itu, bahkan tanpa mendapatkan penghormatan dan mungkin tidak akan mendapatkan apa-apa. "Marfin, aku tidak selingkuh dan di mana buktinya aku selingkuh? Aku hanya ngobrol saja dengan dia. Dari mana buktinya aku selingkuh?" Laksmi berusaha membela diri. "Jangan banyak bicara! Bawa bajumu keluar dari sini! Semua barang-barang mu, get out!" ucap Marfin sambil menunjuk ke arah pintu yang terbuka lebar. "Tapi kan tidak ada buktinya bahwa saya selingkuh. Jadi tidak ada alasan bagimu untuk menceraikan saya!" teriak Laksmi dengan nada putus asa. "Sekarang, aku minta kamu segera merapikan semua barang-barang dan keluar dari rumah ini!" sergah Marfin sambil melempar semua barang Laksmi keluar kamar. Bahkan bukan hanya barang-barangnya yang dilempar keluar kamar, Laksmi pun ditarik keluar kamar. Padahal, ia baru saja ingin menggendong Mandala yang terdiam, melihat kedua orang tuanya dengan kebingu
Brak!Marfin mengejutkan mereka dengan menggebrak meja mereka, tatapan tajam diarahkan langsung pada Laksmi dan prianya. "Oh, ini yang namanya males keluar, pengen barengan di rumah, secrol medsos. Rupanya di sini ya. Saya tidak menyangka, ternyata kamu seorang ibu yang jahat, seorang istri yang penghianat!"Laksmi, terkesiap, melonjak naik berdiri, tidak percaya dengan kedatangan Marfin di hadapannya yang tadi katanya bermain di taman dan membawa anak tiba-tiba berada di depannya."Mar-Marfin, kamu ngapain di-di di sini?" suara Laksmi belibet, saking kagetnya."Kenapa, Mama Laksmi kaget? Karena suami yang lebih muda ini berada di sini? Kamu ternyata wanita murahan! Dulu kamu menggodaku, sampai hancurnya hubunganku dengan Mona. Dan sekarang kamu telah menghancurkan hubungan kita," suara Marfin dengan tegas."Ini tidak ... Ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku ... aku bisa jelaskan," sahut Laksmi dengan suara yang terbata-bata.Marfin mengangkat tangan memberi kode agar Laksmi tid
Setelah beberapa saat muter-muter membawa Mandala jalan-jalan akhirnya Martin hendak menuju pulang namun sebelum masuk ke area perumahannya melihat mobil sang istri keluar membuat dia tertarik untuk mengikutinya dan mencoba untuk menanyakan keberadaannya sekarang di mana.(Kamu di mana? bisa datangin aku nggak, di taman sedang mengajak Mandala bermain) kirim.Beberapa saat kemudian terdengar notif masuk. Ting ....(Aku sedang berada di rumah lah. Malas untuk keluar!) jawab Laksmi.Kemarin merasa kebingungan apa ya di rumah tapi yakin kok itu mobilnya. Sehingga Ia terus mengikuti mobil tersebut memperhatikannya dari kejauhan."Aku jadi penasaran, aku yakin kok mobilnya istriku, apa mobilnya dipinjamkan sama orang lain? Tapi sama siapa? Nggak mungkin juga," gumam Marfin sambil terus mengawasi mobil yang berjarak beberapa meter di depannya.Sementara itu, Mandala tertidur di jok samping, sesekali Marfin memperhatikan anaknya dan jalan bergantian. "Rasanya sangat tidak mungkin mobilnya d
Marfin melanjutkan perjalanannya, mengendarai mobil kesayangannya menuju pulang ke rumah. Saat tiba di rumah, ia disambut oleh putranya, Mandala, yang berusia kurang lebih satu tahun. Mandala sudah mulai bisa bicara dan bertanya kepada Marfin tentang oleh-oleh yang terlupa Marfin beli."Aduh lupa! Ayah lupa sayang!" Kata Marfin dengan senyuman."Mmm, Ayah! Kok lupa sih ... beli oleh-oleh buat Mandala?" tanya Mandala dengan suara polos dan penuh harap.Marfin merasa bersalah karena lupa membawa oleh-oleh untuk Mandala. "Maaf, Sayang. Ayah lupa membawa oleh-oleh untuk Mandala. Tapi Ayah akan memberikannya nanti, ya."Mandala mengangguk dengan wajah kecewa yang segera berubah menjadi ceria. "Baik, Ayah. Mandala tunggu. Jangan lupa lagi ya! Janji"Marfin merasa berat hati karena lupa membawa oleh-oleh, namun janji lain kali akan membawanya. Sesuatu yang spesial untuk Mandala. Dia menuntun Mandala masuk ke dalam rumah.Namun, saat mereka masuk, Marfin mendapati istrinya, Laksmi, sedang asi
Suasana rumah begitu ramai menyambut kedatangan baby kembar Arda dan Ardi. sekian waktu kemarin menghilang. Kini datang kembali Mambawa kebahagiaan untuk Leo dan keluarga.Saat itu datang dua orang polisi dengan tegaknya dan begitu hormat kepada Leo. "Silakan duduk!" Leo menyilakan duduk kepada tamunya."Terima kasih!" Keduanya duduk di sofa berhadapan dengan tuan rumah.Polisi memberikan laporan yang mengungkapkan bahwa dalang di balik penculikan anaknya adalah Alexa, dan bahkan terbukti bahwa Alexa juga terlibat dalam penggelapan uang perusahaan Leo. Leo sangat terkejut dan jatuh dalam rasa nyesek yang mendalam, bertanya-tanya apa maksud dari semua ini."Apa? Alexa? Apa maksud dari semua ini?" Leo tidak habis pikir. Bagaimana bisa dia melakukan penculikan dan menggelapkan uang perusahaannya."Iya, Pak Leo. Setelah melakukan penyelidikan yang mendalam, kami menemukan bukti yang mengarah kepada Alexa. Dia memiliki motif di sebalik ini, melakukan penculikan demi satu tujuan dan mengge
Mona kembali melihat ke arah sang suami yang menikmati makan bakso nya dengan sangat lahap. "Sebaiknya kita pulang," ajak Leo setelah menghabiskan makannya, berdiri dan menyimpan lembaran uang di bawah mangkok. Mona, menganggukkan kepala, lalu berdiri hendak meninggalkan tempat itu. "Saya sudah melihat kedua baby yang sekarang dirawat oleh Abang tukang bakso, wah lucu-lucu kembar lagi," suara pria yang berada di belakang Mona menarik perhatian mereka berdua. "Apa Pak, Abang tukang bakso merawat kedua baby kembar? Dan baby siapa itu?" Mona menjadi penasaran. "Entah, yang jelas di bawa sama orang gila dan sekarang dirawat sama istrinya tukang bakso," kata si bapak tadi. Leo segera merogoh sakunya, mengambil ponsel lalu dia menunjukkan foto baby Arda dan baby Ardi. "Apakah kedua baby ini?" tanya Leo penasaran, kepalanya menoleh banyak orang-orang yang berada di sana. Orang yang tadi mengobrol sama bapak yang barusan saling pandang, entah apa yang berada dalam pikiran mereka. "Kam
Mona akhirnya mau makan, setelah Marfin berhasil membujuknya dan memberinya makan dari tangannya. Leo merasa cemburu dan mengambil alih posisi Marfin."Sini, biar Papa saja," kata Leo sambil menyuapi Mona. "Sayang, makan yang banyak," ucap Leo pada Mona yang membuka mulutnya."Aku ingin bertemu bayi. Aku takut dia-" Mona terhenti saat Leo menempelkan jari di bibirnya.Marfin menatap Mona dan Leo yang terlihat mesra. Hati Marfin juga merasa cemburu melihat Mona yang begitu dekat dengan Leo. *****Hati Mona penuh kekhawatiran dan kegelisahan. Dia tidak dapat membayangkan apa yang mungkin terjadi pada kedua putrinya yang hilang. Berbagai pertanyaan bergejolak di dalam pikiran mereka."Di mana bayi-bayi kita? Kapan kita akan menemukan mereka?" Kata Mona sambil menatap keluar jendela."Aku tidak tahu. Kita akan terus mencarinya," balas Leo sambil memandang ke jalan yang terlewati saat ia mengemudi.Mereka memutuskan untuk berjalan-jalan, mencari tanda-tanda keberadaan mereka. Mona berharap
Sementara itu, polisi sedang mengintai tempat yang dicurigai sebagai tempat bersembunyinya orang yang membawa bayi kembar, Arda dan Ardi.Dengan tegas, suara polisi memperingatkan. "Jangan bergerak! Serahkan dirimu, kalau tidak mau terjadi sesuatu padamu!" Polisi menodongkan senjata api ke arah wanita yang sedang memunggungi, sementara beberapa polisi lain berada di sekitar.Wanita itu, dengan rasa kaget, masih menghubungi pihak polisi dan perlahan-lahan mengangkat kedua tangannya. Kemudian, polisi segera meringkusnya, mengamankan tangannya ke belakang.Tanpa ada perlawanan, wanita tersebut digelandang ke kantor polisi. Selama di perjalanan, polisi terus menanyai di mana bayi kembar tersebut, namun wanita itu masih bungkam. Saat digeledah, tempat itu tidak ditemukan bayinya, hanya ada barang bukti berupa pakaian bayi.Berita mengenai kejadian ini langsung sampai ke telinga Leo dan Mona. Keduanya mendatangi polisi segera setelah mendengar kabar tersebut.Plak.Tidak dapat mengendalikan
Mona masuk ke kamar bayinya dengan hati yang panik dan terpukul. Dia melihat tempat tidur kosong dan bayinya sudah tidak ada di situ. Keadaan ini membuatnya kehilangan kendali dan dia langsung berteriak."Arda. Ardi, tolong ... bayiku hilang! Dia tidak ada di sini!" seru Mona dengan suara lantang.Mendengar teriakan Mona, semua orang di rumah berhamburan menuju kamarnya. Mereka melihat wajahnya yang panik dan hancur, dan situasi menjadi semakin kacau."Apa yang terjadi? Dimana bayimu?" tanya Wati yang lebih dulu sampai di lokasi dengan wajah yang penuh kekhawatiran."Baby aku hilang, Wati! Dia tidak ada di tempat tidurnya," kata Mona dengan suara yang penuh keputusasaan, sementara susternya pun yang baru selesai makan datang ke sana.Mona mencari ke kolong tempat tidur. Ke balik gorden. Balik sofa ... Dan asisten lain pun ikut mencari. suster pengasuh baby Arda dan Ardi pun kebingungan tadi kan waktu dia tinggalkan bersama Mona, terus kenapa sekarang tidak ada."Sabar, sayang," kata L