Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 19: Menemukan Senjata

Share

Bab 19: Menemukan Senjata

last update Last Updated: 2024-08-31 10:38:35
Vicky menaruh ponselnya begitu Mark menutup panggilan itu di saku celananya lalu dengan cepat menghampiri Marsha yang berdiri dengan angkuh seolah apa yang dia katakan tadi suatu fakta yang harus semua orang tahu.

“Nona Marsha,” panggilnya dengan suara rendah namun berbahaya, nyaris seperti geraman dari seekor binatang buas yang sedang marah.

Marsha menoleh, dan sejenak senyumnya memudar ketika melihat Vicky, tapi ia segera memasang wajah dingin dan angkuh, seperti lapisan es yang menutupi kegelapan hatinya.

“Siapa kau?” tanya Marsha seraya menatap pria di hadapannya ini dari atas sampai bawah. Ada nada meremehkan dalam suaranya, namun di matanya tersirat ketidaknyamanan yang halus.

Vicky menatap Marsha dengan tatapan tajam, seperti sebuah pisau yang siap menghujam. "Aku hanya akan mengatakan ini sekali," katanya, suaranya rendah namun penuh dengan ancaman yang tersirat. Setiap kata yang keluar dari mulutnya bagaikan gemuruh halilintar yang siap menyambar kapan saja.

"Kau tahu betul s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (17)
goodnovel comment avatar
MAIMAI
siap siap hidup sengsara kamu marsha.
goodnovel comment avatar
MAIMAI
sayang nya senjata yg kamu ingin pegang itu senjata mainan saja cindy. dan bodoh nya kamu, mau aja di bohongin marsha.
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
lihat aja marsha kmu akan dapat balasan yg menyakitkan krn udah mengusik mark dan dania
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 20: Takut Membuat Reputasi Mark Hancur

    Di ruangan yang sunyi, hanya diterangi oleh cahaya redup dari lampu meja yang temaram, suasana terasa begitu mencekam, seolah-olah dinding-dinding pun turut menahan napas mendengarkan suara tangisan yang mulai mereda. Dania duduk bersandar di sofa dengan mata yang bengkak dan merah akibat tangis yang tak henti-hentinya sejak mereka meninggalkan pesta. Gaun malamnya, yang semula begitu elegan, kini tampak kusut dan berantakan, seperti sisa-sisa kemewahan yang terkoyak oleh emosi yang meluap-luap. Isak tangisnya kini berubah menjadi sesenggukan halus yang menyedihkan, menciptakan irama tersendiri di tengah keheningan yang menggantung.Mark memandanginya dari kejauhan, wajahnya tertutup bayang-bayang yang dilemparkan oleh lampu. Ia menunggu momen yang tepat untuk mendekati istrinya, menimbang-nimbang kata-kata yang akan diucapkan, sadar bahwa setiap kata yang salah bisa menjadi bara api yang akan memperparah luka. Akhirnya, ketika melihat Dania mulai tenang, ia melangkah perlahan ke a

    Last Updated : 2024-09-01
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 21: Masalah Semakin Runyam

    Mark menaikan alisnya mendengar pertanyaan dari istrinya itu. Mata birunya menatap Dania dengan penuh ketenangan, berusaha meyakinkan istrinya yang masih terlihat rapuh dan cemas.“Dania, jangan pikirkan hal itu lagi,” ujarnya dengan suara yang lembut namun penuh ketegasan. “Aku bisa mengatasinya. Ini bukan pertama kalinya aku harus menghadapi rumor dan gosip seperti ini. Percayalah, ini tidak akan mempengaruhi reputasi atau nama baikku. Semua ini hanya sementara. Mereka tidak berhak ikut campur dalam urusan pribadiku.”Dania mengangguk pelan, meski hatinya masih dipenuhi dengan kekhawatiran. Dia tahu Mark adalah pria yang kuat dan tangguh, tetapi fitnah yang dilontarkan Marsha terasa begitu menghancurkan, seperti pisau tajam yang menusuk tanpa ampun.Namun, ia mencoba untuk percaya pada suaminya, mencoba untuk menggantungkan harapan pada kata-kata meyakinkan yang keluar dari mulutnya.“Tidurlah. Sudah malam.”“Memangnya kau mau ke mana?” tanya Dania setelah Mark memintanya untuk tidu

    Last Updated : 2024-09-01
  • Terjerat Cinta CEO Dingin    Bab 22: Sebaiknya Akhiri Saja Pernikahan Kita

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Cahaya matahari yang lembut mulai menyusup di antara tirai jendela, menerangi kamar tidur yang nyaman. Dania membuka matanya perlahan, merasa berat karena tidur yang tak tenang. Ponselnya berdering tanpa henti di sampingnya, suara getarannya mengusik ketenangan pagi itu. Dengan enggan, ia meraih ponselnya, mata masih setengah tertutup. “Halo?” suaranya serak, mencerminkan sisa-sisa kelelahan yang masih menggantung.“Halo, Dania. Apa kau sudah melihat berita sejak semalam? Kau sedang menjadi pembicaraan hangat di media, Dania!” suara Maia di seberang terdengar penuh dengan kepanikan dan keterkejutan.Sontak Dania terbangun dari tidurnya, menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya. “Apa? Maksudmu ….” Suaranya mulai menguat, nadanya dipenuhi rasa cemas dan tidak percaya.“Ya. Berita tentang siapa dirimu yang menjadi istri seorang Mark. Kau difitnah sebagai wanita murahan. Oh my God!” Maia terdengar sangat shock, suaranya nyaris bergetar saat membe

    Last Updated : 2024-09-01
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 23: Memberinya Sesuatu

    “Tidak ada!” ucap Mark dengan tegas. Pandangan Mark menembus Dania dengan intensitas yang tajam dan tak terbantahkan.Ada api yang membara di matanya, sebuah kekuatan yang membuat udara di sekitarnya terasa lebih tebal, seolah-olah sedang membara di bawah pengaruh kehadiran yang begitu mendominasi.Dania, yang merasa kecil di hadapan tatapan penuh emosi itu, merasakan pundaknya meringkuk tanpa sadar, seolah-olah mencoba melindungi dirinya dari energi yang dikeluarkan oleh suaminya. Suara napasnya terdengar putus-putus, seolah berusaha menahan ketakutan yang merayap di dadanya.“Dania,” kata Mark, suaranya rendah, hampir seperti bisikan, tapi ada nada ketegasan yang tidak bisa disangkal di balik kata-katanya. "Aku ingin kau tahu satu hal dengan sangat jelas: perkara ini, apa pun yang mereka katakan, tidak ada hubungannya dengan pernikahan kita."Dania menggigit bibirnya, berusaha menahan gemetar yang mulai merambati tubuhnya. "Ta&md

    Last Updated : 2024-09-02
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 24: Ceraikan Istrimu

    Pagi masih gelap ketika Dania terbangun, meraba sisi ranjang yang dingin di mana Mark seharusnya berada. Tidak ada kehangatan, tidak ada tanda-tanda kehadirannya. Lagi-lagi, Mark telah pergi bahkan sebelum fajar merekah di ufuk timur."Ke mana dia?" gumamnya dengan suara serak. Ia menoleh ke kanan dan kiri, bahkan mendengarkan suara di kamar mandi. Namun, tidak ada tanda-tanda jika Mark ada di kamar mandi.Dania merasakan kehampaan mengisi relung hatinya, seolah-olah malam-malam tanpa suaminya telah mencuri sesuatu yang berharga dari dirinya.Mark pulang larut malam, saat Dania sudah terlelap, dan pergi pagi-pagi sekali, saat mata Dania masih terpejam dalam kantuk. Hatinya terasa berat, penuh keraguan dan kecemasan yang tak kunjung reda.Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, kegelisahan yang tak kunjung hilang. Apakah Mark masih marah padanya? Apakah kata-kata yang terucap hari itu telah melukai hatinya lebih dalam dari yang Dania duga?Dia me

    Last Updated : 2024-09-02
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 25: Permintaan Maaf Dania

    Malam itu, rumah terasa sepi, seakan-akan bersekutu dengan kegelapan yang merayap di setiap sudut ruangan. Mark akhirnya pulang, setelah sepanjang hari menghilang tanpa kabar.Pintu utama rumah terbuka perlahan, membiarkan angin malam yang dingin menyusup masuk, menggoyangkan tirai tipis yang menggantung di jendela.Dengan langkah berat, Mark melangkah masuk, kakinya seolah terbelenggu oleh beban pikiran yang tak kunjung pergi. Matanya segera menangkap sosok Dania yang tertidur di sofa ruang tengah."Kenapa dia tidur di sana?" gumam Mark, suaranya nyaris tak terdengar di antara hembusan angin malam yang masuk.Dia melangkah mendekat, memperhatikan wajah Dania yang tampak begitu lelah, dengan ponsel di tangannya yang masih menyala, menampilkan layar chat yang belum sempat tertutup.Rambutnya terurai berantakan di atas bantal sofa, napasnya teratur, namun wajahnya menyiratkan kegelisahan yang tak bisa disembunyikan.Mark duduk di sampingnya, merasa janggal sekaligus tersentuh oleh peman

    Last Updated : 2024-09-02
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 26: Jangan Ikut Campur!

    Dania sudah bangun lebih awal, lebih cepat dari biasanya. Dia menyibukkan diri di dapur, menyiapkan sarapan untuk Mark, berharap sedikit kehangatan bisa mencairkan dingin yang mengendap di antara mereka.Suara penggorengan berdengung lembut, diiringi aroma roti panggang dan telur goreng yang memenuhi udara, mencoba mengusir ketegangan yang menggantung sejak malam sebelumnya.Tangannya cekatan memotong sayuran dan menggoreng telur, tapi pikirannya melayang, menelusuri kembali percakapan-percakapan singkat mereka yang penuh dengan kebekuan.“Setidaknya aku bisa mendapat maaf dari Mark,” ucapnya pelan, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri. “Hh! Aku benar-benar telah membuat pria itu marah besar padaku. Aku tidak menyangka jika dia akan semenyeramkan itu jika sudah marah.”Dania bergidik. Dia tahu, Mark bisa menjadi sangat menyeramkan ketika amarahnya memuncak. Selama ini, ia terbiasa dengan sikap Mark yang tegas dan terkadang ker

    Last Updated : 2024-09-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 27: Kau Mencintai Mark?

    Sudah dua hari berlalu sejak berita itu tersebar, dan masalah yang sedang dihadapi Mark masih belum juga mereda, seperti badai yang enggan berlalu, menghantam batinnya bertubi-tubi tanpa ampun.Mark berdiri di depan jendela besar ruang kerjanya, menatap keluar dengan pandangan kosong. Di balik kaca yang dingin itu, kota terlihat samar, buram seperti harapan-harapan yang perlahan memudar dalam pikirannya.Pikirannya terbelit kusut, seperti benang-benang halus yang tersimpul kuat, mengunci setiap solusi yang ingin ia raih.Tatapan matanya redup, kehilangan sinar optimisme yang biasanya memancar dari bola matanya yang tajam. Bahkan, untuk sekadar tersenyum, ia merasa begitu sulit.Bagaimana ia bisa tersenyum, ketika perusahaan yang ia bangun dengan darah dan keringat kini terancam runtuh oleh fitnah dan kabar burung yang menyebar begitu cepat, secepat kilat membakar hutan kering?Ia tidak memberitahu Dania mengenai masalah di perusahaannya. Ia tahu, Dania sedang terluka, disebabkan oleh

    Last Updated : 2024-09-03

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 236: Usiamu sudah Tua

    Malam itu suasana rumah terasa hangat, tetapi sedikit riuh dengan suara percakapan yang mengisi ruang tengah.Clara masih berdiri di tempatnya, tangan terlipat di dada dengan ekspresi serius yang belum juga memudar.Di depannya, Mark hanya bisa menghela napas, mencoba memahami sikap putrinya yang tampaknya tak mau mundur.“Tidak! Biarkan Mommy saja yang peduli padamu,” ujar Clara dengan nada tegas, matanya menatap tajam ke arah ayahnya. “Untuk saat ini, aku sedang ingin memarahimu.”Mark mengerucutkan bibirnya, berpura-pura kesal sambil mengembungkan pipinya seperti anak kecil. Namun, di dalam hatinya, ia tidak benar-benar marah.Ia tahu Clara sedang meluapkan emosinya, dan sebagai seorang ayah, ia memilih untuk bersabar. Toh, ia pun pernah berada di posisi Clara—jatuh cinta dan begitu peduli pada seseorang.Mark pun hanya menghela napas dan mengangkat tangan seolah menyerah. “Baiklah, Tuan Putri. Daddy akan menerima semua kemarahanmu dengan lapang dada,” ujarnya dengan nada bercanda,

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 235: Memarahi Mark

    “Apa kau belum makan siang?” tanya Clara dengan nada lembut, tetapi ada kekhawatiran yang terselip di sana.Clara duduk berhadapan dengan Stevan, mengamati dengan penuh perhatian bagaimana pria itu begitu lahap menyantap makan siangnya.Wajah Stevan tampak sedikit lelah, tetapi matanya masih bersinar, mencerminkan semangat yang tak pernah luntur.Clara melirik jam di pergelangan tangannya. Jarum pendek sudah menunjuk angka dua, dan ia mengerutkan dahi kecilnya.Stevan, yang tengah sibuk dengan suapan nasi dan lauk di hadapannya, mendongak sejenak. Bibirnya membentuk senyum cengengesan khasnya.“Lebih tepatnya, belum makan sejak pagi tadi,” jawabnya santai. Ia kemudian mengusap mulutnya dengan tisu sebelum melanjutkan.“Aku lupa sarapan karena harus mengikuti meeting dengan ayahmu. Jadi, aku baru sempat mengisi perutku sekarang.”Clara mendesah pelan, matanya menatap Stevan dengan sedikit protes. “Bisa-bisanya kau bekerja dengan perut kosong. Memangnya otakmu bisa konsen?” tanyanya, me

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 234: Kejutan untukmu

    Clara duduk di bangku taman kampus, mengerutkan kening sambil menatap layar ponselnya yang sudah redup sejak tadi. Pesannya ke Stevan tak juga mendapat balasan. Ia melirik jam di sudut layar: pukul satu siang. Waktu sudah mepet, dan dalam satu jam lagi ia harus pulang.“Ke mana Uncle Stevan?” gumam Clara sembari mengetuk-ngetukkan jemarinya ke layar ponsel. Ia menggigit bibir bawahnya, kebiasaan lamanya saat merasa gelisah. “Tumben sekali pesanku belum dia balas.”Ia bersandar di bangku dan memandangi awan yang berarak di langit. Kecurigaan mulai merayap di benaknya.“Sepertinya Daddy mulai membuat Uncle Stevan sibuk. Bisa-bisanya sudah pukul satu dan dia belum juga online,” keluhnya, memicing curiga. Ia tahu betul bagaimana ayahnya selalu menyeret Stevan ke dalam urusan kantor, bahkan di luar jam kerja.“Clara?” Sebuah suara laki-laki yang lembut namun tegas menyapanya, memecah lamunannya.Clara mengangkat kepala, mendapati Matthew berdiri beberapa langkah darinya. Pemuda itu terseny

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 233: Tetap Menjadi si Periang di Mata Stevan

    “Kau serius, akan menikah dengan Uncle Stevan?” tanyanya tiba-tiba, memecah keheningan.Clara menoleh, menatap Samuel dengan alis terangkat. “Kenapa?” tanyanya santai sambil meniup perlahan kukunya agar cepat kering.“Kau takut media mempermasalahkannya? Bukankah mereka sudah tahu yang sebenarnya?”Samuel menghela napas kasar, berjalan masuk dan menjatuhkan tubuhnya di kursi dekat meja rias Clara.“Tidak. Aku tidak mempermasalahkan itu,” ucapnya dengan nada datar. “Justru aku bingung, kenapa Uncle Stevan bisa mencintai wanita aneh sepertimu.”Clara sontak menyunggingkan senyum sinis. Ucapan Samuel selalu punya cara untuk membuat darahnya naik, meskipun ia tahu itu hanya cara Samuel menggoda.“Kau ingin tahu jawabannya, Sam?” Clara meletakkan kuas kuteksnya, menatap Samuel dengan ekspresi penuh tantangan.“Coba menjalin hubungan, biar kau tahu bahwa cinta itu nyata!” sengalnya dengan nada yang sengaja dibuat menusuk.Samuel malah mengangkat bahu, seolah tidak terpengaruh sedikit pun. “

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 232: Status Baru

    Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan suasana pesta yang digelar untuk menyambut Stevan sebagai CEO baru Kv’s Group semakin meriah.Aula megah itu dipenuhi tamu-tamu berpakaian formal, dengan gelas-gelas anggur yang berkilau di bawah cahaya lampu kristal.Denting piano dari sudut ruangan menciptakan suasana elegan, sementara obrolan dan tawa memenuhi udara.Stevan berdiri di salah satu sisi ruangan, dikelilingi oleh beberapa eksekutif perusahaan yang memberikan ucapan selamat kepadanya. Wajahnya tetap tenang, meski malam itu sebenarnya menguras banyak energi emosinya.“Congrats, Uncle. Kau berhak mendapatkan ini semua,” suara Samuel memecah pikirannya. Pemuda itu menepuk pundaknya dengan senyum percaya diri yang khas.Stevan menoleh dan mengulas senyum kecil. “Terima kasih, Sam. Fokus belajar, kau harus masuk universitas terbaik untuk menggantikan posisi ayahmu suatu hari nanti.”Samuel menyeringai kecil, matanya memancarkan keyakinan. “Mudah bagiku, Uncle. Bahkan saat ini

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 231: Rapat Pimpinan Kv's Group

    “Setelah delapan belas tahun lamanya Kv’s Group berada di bawah naungan Tuan Mark Louis Evander,” ujarnya, menghentikan kalimatnya sejenak untuk memberi waktu pada hadirin yang kembali bertepuk tangan.“Kita semua mengakui dan sangat mengagumi keberhasilan yang telah beliau berikan pada Kv’s Group. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini tidak hanya bertahan tetapi berkembang menjadi salah satu konglomerasi terbesar di dunia.”Suasana ruang rapat utama Kv’s Group dipenuhi oleh para jajaran eksekutif, investor, dan awak media yang sudah siap dengan kamera dan mikrofon.Sorotan lampu terang menerangi podium yang berdiri megah di tengah ruangan, tempat Mark Louis Evander berdiri dengan karisma khasnya, tersenyum tipis di tengah riuh tepuk tangan yang membahana.Seorang pembawa memulai pidato dengan suara yang lantang dan penuh wibawa.Mark mengangguk pelan sebagai tanda terima kasih, tetapi senyumnya tidak memudar sedikit pun.Pembawa acara melanjutkan, “Karena beliau telah mendapatkan

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 230: I have Something for You

    Stevan berdiri di samping mobilnya, melipat lengan di depan dada sambil mengamati gerbang megah kampus tempat Clara menuntut ilmu.Langit sore mulai memerah, memberikan nuansa hangat yang kontras dengan suasana hatinya yang tengah diliputi beragam pikiran. Langkah cepat Clara yang mendekatinya menariknya kembali ke kenyataan.“Sudah lama, menunggu?” tanya Stevan seraya melirik ke arah wanita muda itu.Clara mendengus kecil, kedua tangannya terlipat di dada, matanya menatapnya tajam. “Ya! Setengah jam lamanya aku menunggumu, Uncle!” protes Clara dengan nada setengah manja, bibirnya mengerucut seperti anak kecil yang sedang merajuk.Stevan hanya terkekeh menanggapi. Dengan lembut, ia mengusap pucuk kepala Clara, membuat rambut panjangnya sedikit berantakan.“Maafkan aku. Jalanan macet,” balasnya dengan nada menggoda.Clara mendengus lagi, tapi kali ini dengan nada menyerah. “Huh, alasanmu selalu macet.”Setelah itu, keduanya masuk ke dalam mobil. Stevan memutar kunci, dan suara mesin ya

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 229: Sebuah Keputusan Besar

    Gedung Kv’s Group berdiri megah dengan desain modern nan elegan, mencerminkan kesuksesan yang telah dibangun selama bertahun-tahun.Di salah satu ruangan di lantai tertinggi, Stevan duduk di hadapan Mark, kakaknya, yang kini memimpin perusahaan itu.Di tangannya, sebuah dokumen tebal dengan kop surat resmi Kv’s Group tampak mencolok. Wajah Stevan dipenuhi kebingungan.“Apa ini, Kak?” tanya Stevan, keningnya mengerut saat membaca baris pertama dokumen tersebut. Ia melirik Mark yang duduk tenang di kursinya, dengan ekspresi penuh percaya diri.Mark melipat tangannya di atas meja kaca besar. “Sudah satu bulan lamanya kami berunding untuk posisi CEO di Kv’s Group yang sudah hampir tujuh belas tahun ini masih aku pegang,” katanya pelan namun tegas, menatap adiknya dengan tatapan tajam.Stevan mengangkat wajahnya dari dokumen itu, menatap Mark yang terlihat begitu serius.“Menunggu Samuel masih lama,” lanjut Mark, menyebut nama putra sulungnya. “Mungkin tujuh sampai delapan tahun baru bisa

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 228: Argumen Menggelikan Keluarga Mark

    “Wow! My Dad is amazing!” seru Clara dengan nada ceria yang begitu khasnya, matanya berbinar seperti anak kecil yang baru saja mendapat hadiah impian.Ia menggeleng-gelengkan kepala sembari bertepuk tangan, seolah ingin menyambut kabar dari Mark dengan sorak kemenangan.Aura antusiasnya memenuhi ruang itu, melengkapi suasana penuh rencana yang menggantung di udara.“Stevan sudah tahu soal ini, Mark?” tanya Dania, suaranya lembut namun sarat perhatian, sembari menyuapkan anggur hijau ke bibirnya yang merah alami.Matanya menatap Mark penuh rasa ingin tahu, seolah mencari tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh suaminya itu.Mark menggeleng pelan, bibirnya tersungging dengan senyuman kecil yang penuh rahasia. “Belum,” jawabnya santai, sembari melipat kedua tangannya di atas meja.“Aku akan mengumpulkan jajaran terlebih dahulu untuk memberitahu bahwa Kv’s Group akan dipimpin oleh Stevan. Ini akan menjadi kejutan untuknya.”“Well, Dad,” sela Samuel, suara beratnya memotong percakapan s

DMCA.com Protection Status