Home / CEO / Terjerat CEO / 1. Abigail Josie Hart

Share

Terjerat CEO
Terjerat CEO
Author: Marrygoldie

1. Abigail Josie Hart

Siapapun tidak bisa membaca pikiran orang lain. Karena itu berhati-hatilah, karena tidak semua orang memiliki pikiran yang baik untuk kita.

♠ ♠ ♠ ♠ ♠

Di dapur sebuah toko roti berukuran kecil terlihat sangat berantakan. Serbuk tepung berserakan di atas meja. Lalu terdengar suara oven berdenting. Seorang wanita mengenakan apron pink polos dengan antusias menghampiri oven dan membukanya. Seketika aroma muffin tercium hidungnya dan sangat menggiurkan.

Wanita bernama Abby Hart itu mengeluarkan loyang yang berisi muffin coklat. Dia meletakkan loyang itu di atas meja. Wajahnya menampilkan senyum kepuasan. Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi Abby selain melihat kue buatannya berhasil dan terlihat sempurna.

Abby memindahkan muffin itu ke atas piring besar. Saat memindahkan muffin ketiga, terdengar langkah kaki mendekat. Abby menoleh ke arah pintu yang menghubungkan dapur dengan toko rotinya. Terlihat seorang pria paruh baya bersama dengan seorang wanita yang sangat cantik.

"Uncle Matt, Carla. Tidak biasanya kalian kemari." Abby tampak senang melihat paman dan sepupunya. Mereka adalah keluarga Abby yang tersisa.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu, Abby." Matt yang mengenakan setelan abu-abu menatap Abby dengan gelisah.

Saat itulah Abby tahu ada yang tidak beres. Terutama melihat wajah Carla yang biasanya cerah berubah menjadi murung.

"Baiklah. Bisakah kalian menunggu sebentar di depan sementara aku membersihkan diri dulu." Abby menunjukkan tangannya yang kena tepung serta celemeknya yang kotor.

"Tentu. Terimakasih, Abby."

Matt dan putrinya, Carla, berjalan meninggalkan dapur. Mereka menempati tempat duduk yang disediakan di toko roti. Karena saat ini masih pagi, jadi toko roti milik Abby masih belum dibuka dan belum ada pengunjung. Bahkan Taylor, pegawai Abby, belum datang.

"Dad, kau harus membuat Abby setuju untuk pergi. Aku tidak mau melakukan tugas itu." Ucap Carla dengan wajah kesalnya.

"Tenanglah. Aku yakin dia mau pergi." Matt meyakinkan putrinya.

"Kalau tidak mau, dia sangat keterlaluan, Dad. Dia sudah menyusahkan kita dengan menjadi benalu di rumah kita."

"Sebentar lagi dia akan membalas kebaikan kita padanya, Putriku. Percayalah."

Carla tersenyum puas. Sejak lama wanita itu membenci Abby. Bahkan dia memperlakukan sepupunya itu dengan tidak baik. Tak lama Abby keluar dari dapur dan bergabung dengan paman dan sepupunya. Dia menyerahkan dua cangkir teh untuk mereka.

"Jadi apa yang ingin Uncle bicarakan?" tanya Abby menatap Matt.

"Sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu, Abby." Matt menggerakkan kedua tangannya gelisah.

"Bantuan apa, Uncle? Katakanlah. Aku pasti akan membantu jika aku bisa melakukannya."

"Kau tahu bukan perusahaan sedang dalam kondisi tidak baik?"

"Kau menceritakannya minggu lalu. Tapi jika Uncle membutuhkan dana, aku tidak bisa membantu banyak, Uncle." Abby tidak bisa berbuat apapun karena toko rotinya belum memiliki pemasukan yang banyak.

"Tidak, Abby. Aku tidak ingin mengusik penghasilanmu dari toko roti ini. Aku sudah memiliki cara lain. Dan aku membutuhkan bantuanmu."

"Cara apa, Uncle?" Abby menatap bingung ke arah pria dengan rambut hitam yang tertata rapi.

"Aku sedang meminta kerjasama dengan De Luca Inc. perusahaan teknologi besar dari Italia. Dengan suntikan dana dari perusahaan itu bisa membantu perusahaan kita untuk bangkit kembali. Tapi perusahaan itu meminta tanda tangan kontrak sore ini. Padahal aku sedang ada pertemuan penting dewan direksi. Karena itu aku meminta kau mewakili perusahaan kita menandatangani kerjasama itu."

"Kau yakin ingin menyerahkan tanggung jawab penting ini padaku, Uncle? Apa tidak sebaiknya Carla yang melakukannya?" Abby mengalihkan pandangannya pada sepupunya.

"Tidak. Aku tidak mau bertemu dengan CEO De Luca Inc." Tolak Carla dengan keras.

"Mengapa? Bukankah kau yang selalu tertarik dengan perusahaan, Carla?"

"CEO De Luca Inc. bernama Giorgio terkenal dengan wajah buruk rupanya. Dia mengalami kebakaran dua tahun lalu. Entah mengapa dia tidak mau melakukan operasi plastik untuk mengembalikan wajahnya."

Abby menghela nafas berat mendengar ucapan Carla yang terus terang. "Carla tidak seharusnya kau berbicara seperti itu. Tidak semua orang memiliki kehidupan sempurna."

Carla mengangkat telapak tangan menghentikan ucapan Abby, "Hentikan ceramahmu, Abby. Kalau kau merasa dirimu baik maka bantulah Dad menandatangani kerjasama itu."

"Baiklah. Aku akan membantu Uncle menandatangani kerjasama itu."

"Benarkah? Terimakasih banyak, Abby. Bantuanmu sangat berarti untukku." Senang Matt.

"Hanya ini yang bisa kulakukan untuk membantu Uncle. Katakan saja di mana dan jam berapa aku harus menandatanganinya."

"Sore ini jam tiga di kantor cabang De Luca, Inc. di Cupertino, California."

"Aku pasti datang, Uncle."

Matt dan Carla tersenyum puas. Mereka senang tidak perlu membujuk Abby lebih keras. Ada sesuatu yang mereka sembunyikan dari Abby. Sesuatu yang akan mengubah hidup wanita itu.

♠ ♠ ♠ ♠ ♠

Paman Matt dan Carla tampak mencurigakan. Apa yang sebenarnya mereka rencanakan? Langsung meluncur di chapter berikutnya. Byee...

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lilik Diah Novia
kenapa carla begitu membenci abby. apa salahnya?
goodnovel comment avatar
Jasmin Mubarak
bnyk tipu muslihat..,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status