Pernikahan yang indah adalah pernikahan yang dipenuhi cinta. Tanpa kata yang berawalan huruf ‘C’ itu, pernikahan terasa begitu hambar.
♠ ♠ ♠ ♠ ♠
Danau Como yang terletak di Lombardy menampilkan pemandangan air yang tenang. Bahkan barisan Pegunungan Alpen yang megah semakin mempercantik pemandangan di sana. Karena itulah membuat Danau Como menjadi tempat yang pas untuk mengadakan pernikahan. Kursi-kursi ditata melengkung menghadap altar. Di bagian tengah dibelah oleh karpet putih. Di bagian depan terlihat altar yang diselimuti dedaunan serta bunga kacapiring putih yang cantik.
Tamu-tamu yang merupakan petinggi dalam De Luca Inc. mulai berdatangan. Mereka mengagumi keindahan pernikahan ini tanpa menyadari kebenaran dalam pernikahan ini. Tidak akan ada yang tahu jika pernikahan yang akan dijalani Gio dan Abby bukanlah pernikahan penuh cinta.
Lucy yang berdiri di belakang menatap altar indah itu dengan hati yang sesak. Sebentar lagi Gio akan melangkah ke altar itu bersama wanita lain dan mengucapkan janji pernikahan. Jika saja tidak mengingat Gio bergantung padanya untuk menangani tamu, Lucy lebih baik berada di kamarnya dan menangis. Sekuat tenaga dia berusaha menahan air mata keluar. Meskipun dia tahu Gio tidak akan jatuh cinta pada Abby, tapi pernikahan palsu tetap saja pernikahan.
"Miss Rosabelle."
Sebuah panggilan itu membuat Lucy menoleh. Dia melihat seorang pria paruh baya yang berjalan menghampirinya. Pria dengan rambut gelapnya itu bernama Antonio Gerardi. Direktur pelaksana di kantor pusat De Luca Inc. Dia datang bersama istrinya, Renata. Lucy menampilkan senyuman ramahnya.
“Mr. Gerardi. Kupikir kau tidak datang. Kudengar putrimu sedang sakit." Lucy ingat seseorang membicarakan tentang putri Antonio yang berusia sepuluh tahun sedang dirawat di rumah sakit karena demam tinggi.
"Dia sudah membaik. Terimakasih perhatianmu, Miss Rosabelle. Kami tidak akan melewatkan pernikahan si Bos." Ucap Antonio.
"Kau tampak sangat cantik Miss Rosabelle." Renata mengamati Lucy yang mengenakan bodycon dress berwarna merah yang memiliki potongan hingga lututnya. Gaun yang membentuk tubuh langsing Lucy hanya bergantung pada salah satu bahu Lucy.
"Terimakasih Mrs. Gerardi."
"Kupikir kau yang akan menikah dengan Mr. De Luca. Selama ini kulihat kau dan beliau sangat akrab." Pikir Renata yang selalu melihat keakraban Gio dan Lucy di setiap kesempatan.
"Sayangnya Mr. De Luca tidak memintaku menikah dengannya, Miss Gerardi." Lucy berusaha mengatakannya dengan nada biasa untuk menutupi rasa sakit di hatinya.
"Dia pasti akan sangat menyesal sudah melewatkan kesempatan mendapatkan wanita luar biasa sepertimu, Miss Rosabelle." Kali ini giliran Antonio yang menimpalinya.
"Kau berlebihan, Mr. Gerardi. Tapi terimakasih. Silahkan duduk. Sebentar lagi acara akan dimulai." Lucy mempersilahkan pasangan itu untuk memilih tempat duduk.
Aku pun berharap dia menyesal tidak pernah melihat ke arahku, sedih Lucy dalam hati.
Tidak lama kemudian suara helikopter berdengung tidak jauh dari tempat itu. Artinya acara akan segera dimulai karena pasangan pengantin sudah tiba. Tidak ada pembicaraan di antara Abby dan Gio selama tiga jam perjalanan dari Maranello. Mereka sama-sama berkutat dengan pikiran mereka masing-masing.
Gio turun terlebih dahulu. Dia mengulurkan tangannya pada Abby. Wanita itu memandang tangan itu selama beberapa detik yang panjang sebelum akhirnya mengulurkan tangan kanannya sehingga Gio membantunya turun dari helikopter. Xavery berjalan menghampiri Gio dan menyerahkan buket bunga Peony. Bunga Peony yang mekar itu terlihat cantik. Gio memberikan buket bunga itu untuk Abby.
“Meskipun hubungan kita tidak nyata tapi pernikahan ini akan tetap terlihat nyata." Ucap Gio.
Namun bagi Abby, sejak awal pernikahan ini tetaplah tidak nyata. Wanita itu mengambil bunga itu. Setidaknya kecantikan bunga itu membuat Abby sedikit melupakan perjanjian yang dilakukannya dengan Gio.
"Sekeras apapun kau membuat pernikahan ini indah, tidak akan mengingkari perjanjian di antara kita." Ketus Abby.
"Jangan berusaha memancingku, Abby."
Abby menatap Gio dengan ekspresi wajah tenangnya, "Kali ini apa yang akan kau lakukan, Mr. De Luca?"
"Ingat aku menggenggam kartu utamamu, Abby. Jadi jangan mencoba menguji kesabaranku." Gio pun melangkah menuju mobil yang akan membawa mereka menuju tempat di mana pernikahan mereka akan dilangsungkan.
Abby yang masih terdiam di tempatnya merasa merinding karena ucapan Gio. Pria itu benar. Karena kartu utama itulah yang membuat Abby setuju menikah dengan pria dingin itu.
Setelah Abby bergabung di dalam mobil bersama Gio, mereka pun melaju menuju tepi danau Como. Abby memilih untuk menikmati pemandangan indah yang disajikan di luar jendela daripada harus menatap Gio. Wanita itu berusaha mengingatkan dirinya sendiri jika dia melakukannya demi ayahnya. Orang tua menjadi satu-satunya kekuatan bagi Abby untuk melangkah menuju pernikahan palsu ini.
Ketika mobil berhenti, Abby begitu terpesona dengan pernikahan yang telah disiapkan Gio. Tempat pernikahan itu begitu indah dengan latar belakang danau Como yang menakjubkan. Gio benar-benar serius dengan detail pernikahannya. Selain keindahan tempat itu, Gio juga sudah mengatur tidak ada wartawan yang akan mengambil gambar. Pria itu begitu ketat jika berhubungan dengan media massa.
"Jangan berusaha mengacaukan pernikahan ini, atau dalam sekali telpon aku bisa menghancurkan perusahaan Hart." Ancam Gio.
Abby menoleh dan melayangkan tatapan kesal. "Kau selalu tahu bagaimana mengancam seseorang bukan, Mr. De Luca?"
"Gio. Kau akan memanggilku Gio."
"Keinginanmu terpenuhi, Gio." Abby mengatakannya seperti seorang pelayan yang memenuhi permintaan tuannya.
Gio bergegas keluar. Sedangkan di pintu samping Abby, Xavery telah membukakan pintu untuknya.
"Aku tidak mengenal siapapun di sini, Xavery. Jadi kuharap kau akan membantuku."
"Tentu, Miss Hart." Xavery menganggukkan kepalanya.
Dengan tarikan nafas panjang Abby pun mendekati Gio. Tangannya terulur memegang lengan pria itu sebelum akhirnya berjalan bersama. Mereka bersama menyunggingkan senyuman seakan memasang topeng kebahagiaan. Semua orang tidak akan menyangka jika Abby diculik untuk dibawa ke altar.
♠ ♠ ♠ ♠ ♠
Setelah mengucapkan janji pernikahan dan saling menyematkan cincin pernikahan, kini Abby menyandang status sebagai Mrs. De Luca. Wanita itu mengangkat tangan kanannya. Terlihat sebuah cincin rose gold bertahtakan berlian Graff pink memeluk pas jari manis kanannya. Cincin itu terlalu indah untuk bertengger di jarinya. Itulah yang dipikirkan Abby saat ini.
Namun ada yang lebih mengganggu Abby dibandingkan keindahan cincin yang bisa Abby kira berharga sangat mahal itu. Ciuman Gio. Setelah mengucapkan janji pernikahan, pendeta pun meminta Gio mencium mempelai wanitanya. Abby berpikir Gio akan mencium keningnya. Tapi dugaannya salah. Pria itu mencium bibirnya. Tidak seperti sikapnya yang dingin, ciuman Gio terasa lembut. Sialnya dia merasakan perutnya bergejolak bereaksi akan ciuman itu. Bagaimana bisa pria yang begitu dibencinya bisa memberikan efek kacau dalam tubuhnya hanya dengan satu ciuman.
"Abby."
Panggilan itu menghentikan Abby dari pikirannya mengenai ciumannya. Dia mendongak dan melihat suaminya tengah berjalan menghampirinya. Di samping pria itu, Abby bisa melihat seorang wanita cantik dengan rambut coklat yang disanggul di belakang kepalanya. Jika saja Abby tidak tahu apapun, dia pasti berpikir jika wanita itu cocok sekali bersanding di samping Gio.
"Abby, ini adalah sahabat sekaligus sekretarisku, Lucette Rosabelle. Kau bisa memanggilnya Lucy." Gio memperkenalkan wanita itu.
"Senang bertemu denganmu, Mrs. De Luca." Lucy mengulurkan tangannya.
Meskipun beberapa orang telah memanggilnya 'Mrs. De Luca', tapi tetap saja Abby tidak terbiasa. Dia pun membalas uluran tangan Lucy.
"Aku juga senang bertemu denganmu, Lucy. Bolehkah aku memanggilmu Lucy? Kau bisa memanggilku Abby."
Lucy menatap Gio seakan meminta persetujuan pria itu. Abby semakin jengah karena masalah kecil seperti panggilan saja harus mendapatkan ijin dulu dari Gio. Tapi wanita itu bisa tersenyum lega karena Gio menganggukan kepalanya.
"Baiklah, aku akan memanggilmu Abby."
"Kau pasti kesulitan harus menghadapi Gio setiap hari, Lucy. Kuharap kau tidak dimangsa Beruang kutub ini hidup-hidup."
Lucy berusaha menahan tawanya mendengar Abby menyamakan Gio dengan beruang kutub. Sedangkan Gio sendiri tampak menatap tajam Abby. Tapi Abby sama sekali tidak terpengaruh.
Lucy menggelengkan kepalanya, "Sayangnya tidak, Abby. Gio adalah atasan yang baik."
"Aku percaya itu." Namun nada suara Abby tidak terdengar yakin.
"Kalau begitu aku harus pergi untuk menemui beberapa orang penting. Sampai jumpa lagi, Abby."
"Sampai jumpa lagi, Lucy."
Lucy berbalik dan berjalan menjauh. Gio pun mengikuti wanita itu melangkah meninggalkan Abby.
"Beruang kutub? Sepertinya kau mendapatkan wanita yang sulit, Gio. Pantas saja Xavery mengatakan jika dia harus membiusnya."
"Tidak perlu membahasnya."
Jika Gio sudah mengatakan hal itu, maka Lucy pun tidak akan membahasnya. Lagipula dia senang tidak lagi membahas mengenai istri Gio. Dia lebih menikmati kebersamaannya dengan Gio sembari menyapa beberapa orang.
Dari kejauhan Abby mengamati Gio dan Lucy. Cara Lucy yang bisa dengan mudahnya mengakrabkan diri dengan orang-orang membuat wanita itu lebih pantas menjadi bintang dalam pesta ini. Bahkan yang lebih membuat Abby terheran adalah sikap Gio saat bersama Lucy. Sikap pria itu terlihat jauh lebih lembut.
"Kau tidak perlu cemburu, Mrs. De Luca."
Abby terlonjak kaget mendengar suara Xavery yang tiba-tiba. Tangannya mengelus dadanya yang berdetak cepat karena ulah pria itu.
"Xavery, kau membuatku mengagetkanku."
"Maafkan aku, Mrs. De Luca. Aku tidak akan mengejutkanmu kalau pandanganmu tidak terfokus pada Mr. De Luca. Jika mengenai Lucy kau tidak perlu cemburu, Mrs. De Luca."
Abby mendengus tidak percaya, "Pertama, berhentilah memanggilku 'Mrs. De Luca'. Panggil saja aku Abby. Dan kedua aku tidak cemburu dengan Gio dan Lucy."
"Lalu mengapa kau terus menatapnya, Abby?"
"Gio memiliki sekretaris yang luar biasa. Mengapa dia tidak meminta Lucy untuk menjadi istrinya? Bukankah mereka pasangan yang sempurna?"
"Bukankah kau sudah mengetahui alasan Mr. De Luca menikahimu, Abby?"
Seketika rambut halus di kulit Abby meremang mengingat ucapan dingin tak berperasaan yang diucapkan oleh Gio.
Aku hanya membutuhkan istri yang bisa melahirkan anakku tanpa harus mencintaiku.
"Jadi dia tidak bisa menikahi sahabatnya sendiri karena tidak mau Lucy jatuh cinta padanya. Pantaslah dia menjadi beruang kutub."
Xavery menatap Abby terkejut dan mengulangi ucapan wanita itu, "Beruang kutub?"
"Beruang kutub. Bukankah itu menggambarkan sikap dinginnya yang hidup dalam dunia kutubnya sendiri dan penuh kuasa?"
Seketika Xavery tak mampu menahan tawanya. Sejak dia bekerja dengan Gio, tak pernah ada orang yang menjuluki bosnya seperti itu. Hanya Abby yang berani. Wanita itu menunjukkan jika dirinya tidak akan tunduk sepenuhnya pada Gio.
"Kau bisa berada dalam masalah besar karena menjulukinya seperti itu, Abby."
"Tidak perlu mencemaskanku, Xavery. Aku sudah berada dalam masalah ketika mengucapkan janji pernikahan palsu tadi. Jadi menambah masalah lagi tidak akan ada bedanya untukku."
Xavery kembali tertawa mendengar ucapan Abby. Sikap Abby yang jujur membuat pria itu merasa nyaman berbincang-bincang dengannya.
Dari kejauhan Gio memandangi Abby dan Xavery yang sedang mengobrol dan diselingi tawa. Fokus pria itu tertuju pada sang istri. Dalam hati dia mendengus kesal. Abby tahu bagaimana caranya membangkitkan emosi Gio. Wanita itu selalu menunjukkan ekspresi dingin. Tapi sekarang bersama dengan Xavery, ekspresi dingin itu lenyap dan digantikan dengan ekspresi lembut.
Rubah kecil itu harus diberi pelajaran. Geram Gio dalam hatinya.
Gio berusaha mengalihkan perhatiannya kepada tamu-tamu yang harus disapanya. Meskipun terkadang dia harus melirik ke arah istrinya. Orang yang tidak mengetahui hubungan sebenarnya Gio dan Abby, pasti mengira saat ini pria itu sedang cemburu pada Xavery. Sayangnya bukan perasaan itu yang Gio rasakan. Dia benci ketika miliknya tidak bisa tunduk padanya. Dia tahu dia akan mengalami kesulitan untuk menundukkan Abby. Tapi dia yakin dia bisa melakukannya. Ini sebuah tantangan bagi Gio.
♠ ♠ ♠ ♠ ♠
Abby beneran menikah dengan Gio nih. Bagaimana bisa mereka menjalin rumah tangga dengan tujuan yang dingin seperti itu ya? Rasanya pengen ikat si beruang kutub nih biar jinak. Enaknya dimasukkan ke mana ya? Ke kebun binatang atau dilempar ke kutub utara hehehe...
"Anger is a valid emotion. It's only bad when it takes control and makes you do things you don't want to do."~ Ellen Hopkins ~&nbs
Jangan takut untuk menjadi benar.Meskipun apa yang akan kita hadapi sangat besar,
Ucapan yang baik, bagai bunga teratai yang keluar dari mulut.Ucapan yang buruk, seperti bisa ular yang disemburkan dari mulut.
Penyesalah tanpa adanya tindakan, hanya akan membuatmu akan lebih bertambah menyesal.♠ ♠ ♠ ♠ ♠
Non chiederti di cosa ha bisogno il mondo. Chiedi cosa ti rende vivo, quindi fallo. Perché ciò di cui il mondo ha bisogno è una persona entusiasta
'Cause I can hearThe thunder from afar
Pilihan yang sudah kita tentukan memiliki kejutan di dalamnya.Seperti masalah yang kita hadapi terlihat begitu rumit.
But there's somethin' in the way you look at meIf I could freeze some moment in my mind
So as long as I live I'll love youWill have and hold youYou look so beautiful in whiteAnd from now to my very last breathThis day I'll cherishYou look so beautiful in whiteTonightWhat we have is timelessMy love is endlessAnd with this ring I say to the worldYou're my every reasonYou're all that I believe inWith all my heart I mean every word~ Beautiful in White - Shane Filan ~❇️❇️❇️❇️❇️Seorang bocah laki-laki berusia empat tahun sedang duduk di atas sofa. Anak laki-laki itu mengenakan sete
Keluarga akan sangat indah jika diselimuti oleh cinta.Karena cinta akan mendatangkan kebahagiaan.Bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga orang lain.Karena cinta layaknya sinar yang bercahaya.❇️❇️❇️❇️❇️Abby mengunjungi Mrs. Paige dan Mrs. Hendren di teras rumah Mrs. Paige, di mana sahabat itu selalu menghabiskan waktunya bersama. Mereka memeluk Abby secara bergantian. Mereka tampak begitu sedih ketika Abby mengatakan jika dia akan kembali ke Italia bersama suaminya."Aku pasti akan merindukanmu dan kue-kuemu, Sayang." Ucap Mrs. Paige dengan sedih.
Dia belajar masa lalu tidak mampu mereka ubah. Tapi mereka bisa merangkai masa depan yang indah bersama-sama.❇️ ❇️ ❇️ ❇️ ❇️Perlahan kelopak mata Abby pun terbuka. Dia menatap langit ruangan berwarna putih. Wanita itu mengerjapkan mata lagi. Kemudian dia melihat sekelilingnya. Dia berada di salah satu ruangan dalam rumah sakit. Abby mengangkat tangannya dan melihat selang infus sudah menembus kulit tangannya. Bahkan wanita itu juga sudah mengenakan piayama rumah sakit.Abby berusaha mengingat apa yang terjadi. Dia hanya teringat dadanya terasa begitu sesak dan dia melihat api. Wanita itu berpikir jika api itu hanyalah bagian dari mimpinya. Lalu terdengar suara pintu terbuka dan terlihat Taylor melangkah masuk. Pria itu terkejut sekaligus lega melihat Abby sud
Ketika batas hidup mulai menipis,Hati terdalam seseorang pun mulai terbuka.Memperlihatkan kebenaran yang tak pernah diungkapkan.❇️ ❇️ ❇️ ❇️ ❇️Abby melihat kakinya menyentuh pasir pantai tanpa alas kaki. Seharusnya dia merasakan dingin karena ini adalah pertengahan musim dingin. Namun dia sama sekali tidak merasakan hal itu. Lalu dia mendengar suara ombak yang terus menderu."Jossie."Seketika Abby langsung mendongak. Nafas wanita itu tercekat saat melihat sosok wanita yang begitu dirindukannya berdiri tidak jauh darinya. Terusan cream bunga-bunga yang dikenakan ibunya tertiup angin yang kencang. Namun Wanita itu sama sekali tidak terpengaruh dengan angin k
Segala hal buruk terjadi bukan karena kebetulan.Terjadi karena ada alasan dibaliknya.Mendorong seseorang untuk melakukan.Tidak peduli seberapa besar resikonya.❇️❇️❇️❇️❇️Dia melakukannya lagi. Membuat tubuhku terluka. Kali ini Billy menendang perutku berkali-kali hanya karena aku tidak segera datang saat dia memanggilku. Seringkali aku bertanya apa kesalahanku hingga suamiku senang menyiksaku. Tidak hanya tubuh, tapi hatiku juga merasakan perih ketika pria yang kupikir mencintaiku justru mel
Hold on, I still want youCome back, I still need youLet me take your handI'll make it rightI swear to love you all my lifeHold on, I still need youHold on I still want youHold onI still need you~Hold on - chord overstreet~❇️❇️❇️❇️❇️Xavery mengajak adiknya makan siang bersama di restoran yang tidak jauh dari apartemen Lucia. Dia tahu jika Lucia masih menyimpan kesedihan karena kepergian Taylor. Karena itu Xavery ingin sedikit menghibur adiknya.
Kehidupan tidak selalu berjalan sesuai rencana kita. Terkadang kita di hadapkan pada banyak pilihan dengan berbagai resiko yang harus ditanggung.❇️❇️❇️❇️❇️Merindukan sekaligus membenci seseorang sangat menyiksa bagi Abby. Saat wanita itu duduk di hadapan pria yang dulu sangat berharga baginya, seketika dua perasaan itu muncul. Beruntung mereka dihalangi oleh meja bundar yang mampu menyembunyikan kegelisahan Abby.Wanita itu mengamati pria yang masih bertatus suaminya. Gio tampak lebih kurus dari yang terakhir Abby lihat. Bahkan ada kantong mata yang menandakan tidur pria itu sama sekali tidak nyenyak. Ingin sekali Abby merengkuh pria itu dalam pelukannya dan mengatakan segalanya akan baik-baik saja. Namun ada dinding besar bernama masa lalu yang membuat Abby
Kadang, kamu harus kehilangan seseorang sebelum akhirnya menyadari betapa berartinya dia dalam hidupmu.❇️❇️❇️❇️❇️Lucia membereskan buku di atas meja belajarnya dan memasukkannya ke dalam tas. Dia harus bergegas jika tidak mau terlambat. Setelah memasukkan alat tulis yang menjadi bagian terakhir barang yang dibutuhkannya, Lucia pun bergegas keluar dari apartemen kecil miliknya. Setelah menuruni gedung apartemen itu, Lucia menghampiri mobilnya. Mobil klasik berwarna hitam itu sangat menggambarkan dirinya.Wanita itu masuk ke dalam mobil dan meletakkan tasnya di bangku yang ada di sampingnya. Lalu saat hendak menyalakan mobil itu, tatapannya tertuju pada sebuah foto berukuran yang tergeletak di atas dashboard. Dalam foto itu terlihat gambar dirinya bersama Tayl
Layaknya benang yang tidak pernah terputus, seperti itulah hubungan masa lalu dengan masa depan. Apa yang kita lakukan di masa lalu akan memiliki dampak di masa depan. Karena mereka tidak pernah terputus.❇️❇️❇️❇️❇️Berdiri bersandar di dinding dengan mengenakan gaun merah yang tampak begitu cantik di tubuh langsing Alice. Wanita itu dengan rambut coklat bergelombang itu tampak begitu lelah hingga dia memejamkan mata. Hiruk pikuk pesta yang terdengar tidak jauh dari tempatnya berdiri, sama sekali tidak mengusik wanita berusia empat puluh lima tahun itu.Inilah pertama kalinya Gio melihat Alice. Pria itu tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari wanita itu. Sejak memasuki pesta dan melihat wanita dalam balutan gaun merah yang anggun, seak