Malam harinya rencana Chloe menginap ke tempat Arabelle nyatanya harus tertunda lantaran begitu sahabat Ara itu tiba di rumahnya. Tampak Arabelle keluar dengan pakaian rapi bergegas pergi dari rumahnya."Ara kau mau kemana, kenapa kau tampak panik?" tanya Chloe yang baru saja keluar dari mobil dirinya juga baru pulang usai menutup toko butik ibunya dan berniat mengajak Ara ke rumahnya untuk makan malam sebelum dirinya menginap di sana."Chloe, maaf sepertinya hari ini kau tak bisa menginap. Kim–""Oh, c'mon apa lagi ulah anak itu?!" tukas Chloe memotong ucapan Ara."Kim pingsan dan masuk rumah sakit. Jay yang membawanya," jawab Arabelle."Oh My God! Kalau begitu cepatlah masuk ke mobil. Aku akan mengantarmu," usul Chloe tak tega membiarkan temannya harus pergi sendiri dan menunggu taksi online akan membutuhkan waktu lebih.Lantas tanpa berlama-lama lagi Arabelle mengangguk dan memutari mobil Chloe lalu masuk di sisi samping kemudi. Sampai setengah jam kemudian akibat hambatan macet pa
Christian melajukan mobil ke tempat Arabelle. Awalnya ia tak ingin memaksakan Arabelle untuk meresponnya terlebih pesan teksnya pun tak dibalas oleh wanita itu bahkan sampai siang dia menjemput Christoph Arabelle malah berusaha menghindari pertemuan dengannya. Hal itulah yang membuatnya harus melakukan sesuatu demi Christopher yang juga masih tak mau bicara padanya bahkan sejak pulang sekolah, Christian sudah meninggalkan pekerjaannya untuk mengajak putranya makan siang lalu pulang karena Christoph tetap melakukan aksi mogok bicara padanya.Sekarang setelah melewati rumah Chloe dirinya memelankan laju kendaraannya karena tak lama ia sudah dekat dengan rumah Arabelle. Akan tetapi, mendadak keningnya mengernyit dan setelah memastikan penglihatannya, Christian buru-buru meminggirkan mobilnya serta keluar untuk menghampiri keramaian yang terjadi di depan rumah bercat putih tersebut."Permisi, Tuan ada apa ini?" tanya Christian menghampiri dua pria yang berdiri bersisian di depan rumah Ara
Mendadak rasa berkecamuk di hatinya begitu pekat menyiksanya sampai ke tulang sehingga dalam hitungan detik lututnya tampak lemas lalu tanpa tendeng alih apa pun tubuhnya terhuyung hampir tersungkur jika saja Christian tak sigap menangkap ringkihnya tubuh tersebut."Arabelle!" pekik Christian memapah wanita itu dalam rangkulannya.Wanita itu menoleh dengan mimik tercengang bertanya walau bibir itu bergetar hebat. "Christian apa kau sudah melihat ini?" tanyanya.Christian mengangguk pelan dengan alis mengkerut ia menjawab, "Aku datang tepat saat mereka sedang memasangnya. Maaf aku tak memiliki hak untuk mencegah mereka. Namun, aku akan membantumu jika .... Arabelle!" pekik lagi Christian saat wanita dalam rengkuhannya itu terkulai pingsan."Ara!" seru Chloe dan Kim bersamaan."Chloe, aku akan membawanya ke rumah sakit. Kau ingin ikut atau ....""Kami ikut!" seru Kim memotong."Kim, tidak! Kondisimu juga masih lemah kau akan kutitipkan pada ibuku.""Tapi, Chloe. Dia kakakku dan aku sala
Arabelle memasuki rumahnya yang kini telah terpampang tulisan rumah telah disita. Jangan tanyakan bagaimana ia masuk saat ini karena pintu depannya sudah dikunci menggunakan rantai dan gembok. Namun, Ara dan Kim dulu memiliki cara lain untuk masuk melalui jalan rahasia ia mampu menyelinap masuk dan nyatanya cara tersebut masih berguna untuknya melewati pohon berdaun lebat di halaman samping antara rumahnya dengan tetangga yang menembus mencapai pintu ruang kayu tua di belakang rumah. Pintu tersebut adalah ruang mencuci bawah tanah. Setelah berusaha membuka pintu dengan gagang berkarat itu, dirinya memasuki dan menyusuri ruang mencuci. Keadaan di dalam tampak rapi dan bersih karena ia selalu merawatnya lalu dari ruang bawah tanah itu ia kembali menaiki tangga sebagai akses masuk ke rumah."Wow!" seru Christian berdecak kagum. Pria itu memaksa ikut untuk menemani Arabelle. Christian jugalah yang membantu wanita tersebut menarik pintu bawah tanah tadi yang dalam posisi di bawah pijakan k
"Hei aku hanya bergurau. Sungguh ini cukup menghiburku disaat aku harusnya merasa pusing memikirkan semua masalahku, tapi tenang saja aku tetap percaya Christoph memang putramu. Terlihat jelas dari warna mata kalian," tutur Arabelle berusaha menjelaskan.Namun, bukan itu yang membuat Christian merasa garing dengan gurauan Arabelle. "Hm, bukan itu yang membuatku tak tertawa sepertimu. Akan tetapi, aku merasa ucapanmu tadi seolah kau lebih mengenal Leon dibandingkan aku. Kau tak begitu banyak berinteraksi dengan adikku sepanjang yang aku tahu. Jadi aku merasa—""Oh, itu mungkin karena Christoph sering bercerita melakukan banyak hal dengan Leon," sela Arabelle berharap Christian mengganti kerutan di keningnya yang tampak tengah menyelidik. "Jadi kurasa sama halnya denganmu. Bukankah saat awal ketika kita baru bertemu kau merasa sudah sejak lama mengenalku. Mungkin karena Christoph sering menceritakan banyak hal saat kegiatannya di sekolah denganku." Arabelle telah belajar banyak untuk me
Tatapan tulus Christian selalu saja sama begitu menenangkan sekaligus meneduhkan dan sanggup membuatku merasa nyaman, batin Arabelle mengusap air bening di pipinya lalu meraih tangan Christian yang berada di sana tengah menangkup sambil mengusap menggunakan ibu jarinya."Be strong, Arabelle. I know you can do it," bisik Christian mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Arabelle."Terima kasih mau menemani dan menguatkanku," bisik Arabelle membalas."Anything for you," ujarnya dalam masih dengan wajah berhadap-hadapan Christian mendekatkan bibirnya menemui bibir Arabelle.Mengecup saat menerima sambutan lalu menyelipkan jemarinya ketika pagutannya mendapat balasan, Christian menekan tengkuk Arabelle merapatkan tubuh mereka dengan tangan kosong yang kini melingkari pinggang wanita tersebut. Arabelle terangkat naik ke pangkuan berkat dorongan dari Christian yang kini sepenuhnya memeluk tubuhnya juga tangan Arabelle pun mulai melingkari leher Christian menyambut tiap gerakan untuk semaki
Christian terganggu dalam tidurnya saat matahari menyeruak masuk menyadarkannya dari lelap di mana semalam usai melakukan percintaannya lagi di kamar mandi Arabelle terkulai lemah lalu dirinya membantu wanita itu membersihkan diri setelah itu membawanya ke kamar dan mereka tidur.Cahaya dari luar tampak memberi terang kamar tersebut memaksa Christian menyipitkan mata sambil mengedarkan pandangannya mencari pakaian dan ketika menemukan pakaian di lantai dekat karpet bulu yang semalam mereka duduki. Pria itu bergegas menggunakan kaos juga celananya sambil menatap Arabelle yang masih terlelap. Christian tersenyum sekaligus mengucap maaf dalam hati telah membuat wanita itu tampak lelah akibat dirinya.Aku akan menulis pesan saja, pikirnya untuk pamit tak ingin mengganggu lelapnya barang semenit saja.Lantas ia mencari ke sekitar ruangan lalu melihat meja serbaguna dan menemukan pen juga kertas. Christian menempelkan pesan singkatnya di kaca dekat meja rias. Sekali lagi ia menoleh pada Ara
Sampai sepuluh menit kemudian. Arabelle sudah berubah menjadi Eve dengan gaun simple berwarna gading dan rambut panjangnya terurai sedikit bergelombang di bagian bawahnya. Tak menunggu lama ia sudah memasuki mobil Jayden dan mendaratkan bokongnya di samping kursi kemudi."So, di mana si berengsek itu berada?" tanya Arabelle. Oh, Bukan lagi Ara melainkan kini sudah menjadi Eve."Tenangkan dirimu dulu dan tarik napas," pinta Jayden membuat Eve mengerutkan keningnya bingung."Untuk apa aku melakukannya? Kau pikir aku tak cukup sabar dengannya yang menghilang tepat setelah Kim masuk rumah sakit.""Sebelum masuk rumah sakit lebih tepatnya karena Nick pergi usai pertengkaran dan di saat itu Kim masih baik-baik saja sampai ia tak bisa menahan emosi dan-""Aku tak peduli bagaimana kronologinya, Jay. Katakan saja sekarang di mana dia?" tuntut Eve."Dia di apartemen Leon.""Apa?!" pekik Eve cukup terkejut dan merasa Jayden membohonginya. "Kau yakin dia di sana? Kau sudah memastikannya sendiri?"
Hamparan ladang perkebunan berumput luas di Woodstock kini tampak indah dengan lampu hias bergantung dari pohon ke pohon yang lain. Tenda-tenda berwarna putih membuat suasana kian teduh. Konsep Outdoor wedding venue menjadi pilihan bagi Leonard dan Arabelle. Beberapa meja panjang tertata lengkap dengan deretan kursi yang dilapisi kain putih lalu diikat menggunakan kain tile berwarna gading membentuk pinta disetiap sandarannya.Gaun indah yang dikenakan Arabelle begitu pas melekat di tubuh ramping dengan perut yang sedikit membuncit, membuatnya tampil menggemaskan di mata Leonard. Pria itu tak sedetik pun melepaskan rengkuhan tangannya pada pinggang Arabelle dan sesekali mengusap perut wanitanya dengan lembut. Leonard tak kalah menawan saat mengenakan kemeja putih yang dilapisi rompi dan jas hitam serta dasi kupu-kupu. Meskipun terlihat seperti setelan klasik, tetapi Leonard tetap memukau mengingat ketampanannya sudah tercipta sejak lahir. Semua gaun dan setelan jas adalah desain terb
“Kau membuatku penasaran, Leon. Sebenarnya apa yang tengah kau lakukan?”“Menunggu posisi yang tepat beberapa detik lagi.” Leonard mengangkat sebuah benda melingkar ke hadapan Arabelle memposisikannya tepat dengan matahari yang mengisi kekosongan dari lingkaran silver tersebut. “Now, open your eyes.” Leonard melepaskan tangannya sebagai penutup mata untuk Arabelle. Seketika netra abu Arabelle menatap takjub sesuatu yang ada di depannya. Sebuah cincin bermata satu tampak bercahaya memenuhi lingkaran matahari yang membuat tampilan cincin tersebut begitu bersinar terang. Arabelle bergeming dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya ini. “Leon, w-what this is?” tanyanya tak yakin pemikirannya salah, tetapi ia tetap ingin menanyakan kebenarannya. “A ring for you, Sweetheart.” Leonard mengubah posisi menjadi berhadapan. Setelah itu Leonard terkekeh mengingat niatnya sebelum hari ini. “Sesungguhnya sudah kusiapkan ini saat kita bermalam di pantai ketika syuting terakhir kita, tetapi huja
“Leonard?” Arabelle mendekati sosok yang dirindukannya itu. Dirinya tampak tak percaya hingga mendekat sampai ke hadapan pria itu dan meraih rahang berbulu halus Leonard. “Apa itu sungguh kau?” “Ya, Arabelle ini sungguh aku. Akhirnya aku menemukanmu, bukan?” Leonard menatap dalam netra abu Arabelle. Tak lama tatapannya turun tertuju pada perut Arabelle yang sudah terlihat sedikit membuncit dari sebelumnya tampak begitu rata. Sontak arah tatapan Leonard membuat Arabelle tersadar. Mendadak dirinya melepaskan tangannya dari rahang Leonard dan berbalik hendak menjauh. Akan tetapi, tubuhnya malah terhuyung mundur hingga punggungnya menatap dada bidang Leonard. Pelukan pun tak dapat terhindari, Leonard mendekap tubuh Arabelle dengan erat dan meletakkan kepala di bahu wanita itu seraya mengendus serta menghirup aroma tubuh Arabelle dalam-dalam. Seakan tengah melepaskan rasa rindunya selama tiga bulan lebih. “Leonard …. Aku—” “I know, Arabelle. Please, forgive me. I know it’s too late to
Arabelle melangkahkan kaki di atas hamparan rumput dengan pemandangan pepohonan yang mengelilingi danau. Dress putih sederhana berkibar dari tubuhnya searah angin berembus, seirama dengan rambutnya yang berterbangan. Sore hari cuaca di tempatnya itu cukup tenang dan menyejukan. Hal itu membuat wanita berbadan dua tersebut tampak menikmati waktu bersama calon buah hatinya. Arabelle duduk di atas rumput dan menatap ke sekeliling. Pandangan matanya menjurus ke bukit yang terdapat deretan pohon berdaun jingga tampak luas menyejukan mata lalu ia berbaring melihat langit cerah bertumpuk awan putih membentuk abstrak. Ia kembali mengingat kali terakhir dirinya bersama sosok pria yang kini begitu dirindukan.Setelah mengingat kejadian sebelum dirinya berakhir di sana. Dirinya hanya ingin memastikan bahwa janin yang ada di dalam kandungannya adalah benar calon anak Leonard. Arabelle tak ingin keliru mengakui semua itu, tetapi kelak kenyataannya tak ada yang tahu. Arabelle berusaha menekan per
Malam sebelum hari H launching parfum. Akibat mengkhawatirkan keadaan Arabelle malam itu, Chloe akhirnya memutuskan menginap, menemani sahabatnya mencurahkan segala pengalamannya bersama Leon hingga sampai di titik ini. Membuat Chloe mengerti kenapa Arabelle tetap berusaha untuk mendapatkan maaf pada pria itu. Keduanya pun terlelap hingga larut malam. Namun, pada keesokan paginya Arabelle mengalami mual dan muntah ketika terbangun dari tidurnya. “Hoekkk, hoeeek!” “Ara, ada apa denganmu? Apa kau sakit?!” pekik Chloe terperanjat dari tidurnya langsung bergegas menuju toilet di mana Arabelle tengah berusaha memuntahkan sesuatu. Arabelle menggeleng seraya membasuh mulutnya dengan air dan mengelapnya menggunakan tisu. Wajahnya sedikit pucat dan kepalanya terasa pusing saat menatap pantulan diri di depan cermin. Chloe mengusap punggung Arabelle, masih memasang wajah bantalnya yang mendadak panik.“Entahlah, Chloe. Mungkin karena terkena hujan semalam.” Arabelle menatap Chloe dari pantul
“Mom, apa kau bercanda?” tanya Christian begitu melihat kertas hasil DNA-nya dengan Arabelle yang menyatakan ketidakcocokan. Awalnya Christian tak mengerti dan tak mengingat kapan mereka memeriksakan DNA. Namun, dirinya diingatkan perihal pendonoran darah dua minggu lalu.“Maafkan Mommy, Chris. Seharusnya tak aku setujui rencana mereka. Namun, Arabelle yang memintaku langsung dan Mom merasa ini adalah saat tepat untuk membantu kalian. Mom sungguh tak memihak siapa pun di antara kau dan Leon.” “W-what?” tanya Christian malah tak fokus lantaran pikirannya malah kembali saat bertemu perawat manis dan lucu di sana. Katherine menunjuk hasil tes DNA yang masih dipegang oleh putra sulungnya. “Oh, ya!” Christian kembali pada hasil tes tersebut “It’s okay. Ini kabar baik, bukan? Jadi Leon akan memiliki anak dengan Arabelle?” tanyanya setelah melihat lembar hasil DNA milik Leon. Golongan darah ayah Christian dan Leon yakni AB, hal itulah yang dengan mudahnya membedakan hasil DNA Leonard ya
Leonard dan Nick tiba di rumah sakit yang dikirimkan oleh Kimber. Mereka segera memasuki IGD dan langsung menemukan Chloe juga Kim sedang menunggu di depan tirai yang tertutup. “Hai, Baby,” sapa Nick pada Kim. Wanita hamil itu langsung melerai pelukannya pada Chloe dan berhambur memeluk Nick usai saling mengecup. Leonard menghampiri Chloe dan menanyakan keadaan Jayden. “Chloe, bagaimana dengan Jay? Apa parah?” “Dia masih ditangani dan belum sadarkan diri. Kepalanya mengeluarkan banyak darah saat aku tiba. Dokter spesialis bilang dia butuh darah B negatif dalam jumlah banyak. Persediaan di rumah sakit ini dirasa tak cukup. Aku tak tahu harus mencari kemana, darahku dan Kim A.” Chloe menjawab dengan nada bergetar menahan tangis. Tampak jelas kecemasan tersirat di wajahnya. Leonard mengusap bahu Chloe agar wanita itu sedikit tenang. “Hei, it’s okay. Jay tak selemah yang kau pikirkan. Dan, sangat kebetulan darahku B negatif. Aku bersedia membantunya, “Sungguh?” tanya Chloe tak percay
Leonard kembali dengan perasaan kesal dan dongkol. Berpikir dengan menemui Christian ia akan mendapatkan titik terang, tetapi malah membuatnya semakin merasa bersalah pada sang kakak. Dia tahu dirinya sudah sangat keterlaluan dengan menuduh Christian menyembunyikan Arabelle. Namun, kepalanya sudah hampir pecah untuk mencari celah demi menemukan wanitanya. Malam yang sunyi dan terasa sepi itu membuat Leonard memutuskan untuk kembali ke apartemen. Berusaha menghindari masalah baru adalah pilihan terbaik. Diakuinya selama tiga bulan terakhir, emosinya begitu mudah meluap. Kembali ke apartemennya bukan berarti dirinya menyerah. Ia hanya berusaha untuk tenang agar bisa memikirkan cara lain untuk menemukan Arabelle. Setibanya Leonard di apartemennya, dia langsung melemparkan tubuhnya ke atas sofa seraya mengusap wajah penatnya dan memijat pelan pelipis kepala yang terasa pusing. Hal yang ingin dilakukannya adalah mengguyur tubuh dengan air dingin, berharap bisa menjernihkan seluruh pikira
Sudah tiga bulan lamanya Leonard mondar mandir apartemen dan rumah Arabelle, tetapi tak mendapati keberadaan wanita itu. Sebelumnya selama satu bulan dia sudah membiarkan Arabelle tak menghubunginya. Namun, hanya itu waktu yang mampu dia tahan untuk tak bertemu dengan wanita yang dia cintai. Firasatnya semakin tak tenang ketika tak mendapati keberadaan Arabelle di mana pun. Dirinya sudah sempat menanyakannya pada Kim, Nick juga Jayden yang diperkirakan mengetahui keberadaan wanita itu melalui Chloe. Namun, tetap tak menemukan titik terang. Keberadaan Arabelle seakan hilang ditelan bumi. Leonard cukup frustrasi dan berniat menanyakannya pada Christian. Pikirannya buntu hingga mengira Christianlah yang membantu Arabelle pergi bersembunyi darinya. Lantas, di sinilah Leonard sekarang. Sesampainya ia di kediaman Christian, waktu sudah cukup malam dan Leon baru saja pulang usai berkeliling mencari Arabelle. Sialnya, hari ini pun hasilnya nihil sehingga membuat otaknya semakin kacau dan