“Aku tidak mungkin kembali ke kantormu ketika namaku di sana sudah tercoreng malu. Tapi kalau kamu mau, kamu bisa menganggap ini sebagai bagian dari pembuktian pertamamu, Albert. Aku ingin kamu mengembalikan nama baikku di hadapan para karyawan di kantor. Aku belum bisa melupakan kejadian saat aku dipermalukan. Kamu harus membungkam mereka yang pernah merendahkan aku,” tantang Akira. Kali ini dia ingin melihat seperti apa usaha yang akan dilakukan Albert.Sejenak laki-laki tampak diam dan berpikir. Sementara Akira masih menunggu apakah Albert akan menyanggupi tantangannya atau tidak. Sejujurnya Akira sangat berharap Albert akan mengatakan iya agar dia bisa kembali ke dalam perusahaan itu. Tapi bagaimana pun juga Akira tidak bisa terlalu menunjukkan keinginannya dengan jelas.“Baiklah, Akira. Aku ikut andil atas rusaknya nama baikmu, maka kali ini aku juga yang harus bertanggung jawab membersihkan martabatmu. Kamu tenang saja. Aku pasti akan membawamu kembali ke kantorku dan memastikan
Albert benar-benar merealisasikan rencananya. Tidak hanya mempekerjakan Akira sebagai sekretaris di kantor, dia juga mewujudkan keinginannya untuk menyelenggarakan sebuah pesta. Sebagaimana yang sudah ia katakan di hadapan seluruh karyawan, pesta itu diadakan untuk meresmikan hubungan pernikahannya dengan Akira sekaligus memperkenalkan anak pertama mereka.Sebelum melakukan berbagai persiapan, Albert terlebih dahulu bertanya persetujuan Akira. Sebab pada saat mengumumkan di hadapan seluruh karyawan, sesungguhnya pelaksanaan pesta itu baru merupakan rencana Albert pribadi. Albert harus mengkonfirmasi kepada Akira terlebih dahulu.“Apa kamu yakin akan mengumumkan pernikahan kita pada publik? Setelah semua orang tahu tentang hubungan kita yang sebenarnya maka secara tidak langsung kita akan semakin terikat. Kamu mau terus terikat denganku? Maksudku, setelah menobatkan diri sebagai suami seseorang, maka kamu mungkin akan kehilangan wanita-wanita penggemarmu itu. Kamu tidak bisa bebas bers
Saat tiba di salon, Albert langsung bertanya keberadaan sang istri pada salah seorang pekerja. Dia melirik jam tangan yang melingkar di tangannya. Berharap Akira sudah siap sehingga mereka tidak terlambat untuk datang ke pesta.Albert tahu bagaimana seorang perempuan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merias diri. Sementara mereka adalah bintang utamanya malam itu. Semua orang pasti akan menanti kedatangan mereka sebelum acara dimulai.Tak lama kemudian, Akira pun datang dengan didampingi oleh seorang perempuan yang baru saja meriasnya. Akira tampak sangat cantik dan anggun dalam balutan gaun berwarna ungu muda. Gaun model front short long back dengan aksen flower lace itu tampak melekat sempurna di tubuh Akira.Tatanan rambut, make up dan perhiasan yang tidak berlebihan berpadu membuat Akira begitu mempesona. Albert yang melihatnya bahkan sampai tak berkedip. Dia terperangkap pada kecantikan perempuan yang berdiri di hadapannya. Seolah tak percaya bahwa perempuan itu adalah istr
“Ayah?”Albert dan Akira jelas terkejut dengan pengakuan laki-laki di hadapan mereka. Bahkan Albert menganggap laki-laki bernama Adrian itu hanya sedang bercanda. Albert sama sekali tidak percaya.“Jangan bermain-main dengan saya, Pak. Katakan dengan jelas siapa anda sebenarnya!” desak Albert mulai tidak tenang.“Aku mengatakan yang sejujurnya bahwa aku ini adalah ayah kamu, Albert. Kamu adalah anakku dengan Tiana Cahya Dewi.”Albert semakin gusar ketika nama ibunya disebut. Bahkan laki-laki itu tahu dengan baik nama lengkap sang ibu.“Dasar pembohong!” umpat Albert pada Adrian. “Kamu bukan ayahku karena ayahku adalah...”Perkataan Albert terpotong saat memandang Akira di sampingnya. Dia sadar dia sudah tidak berhak lagi mengakui Adi Hutama sebagai ayahnya. Sebab kenyataannya, Adi Hutama adalah ayahnya Akira.“Siapa, Albert? Laki-laki mana yang mamamu kenalkan padamu sebagai seorang ayah? Laki-laki mana yang sudah Tiana ajak berkompromi untuk menggantikan posisiku?” ujar Adrian.“Diam
Perkataan dan dukungan Akira menjadi kekuatan tersendiri bagi Albert. Dia setuju dengan saran Akira tentang keberanian menghadapi kenyataan. Hal itu pula yang mendorongnya untuk memenuhi ajakan Adrian. Seperti yang sudah dijanjikan, saat jam makan siang dia mendatangi Resto D’Star dekat kantornya.Baru saja menginjakkan kaki di pintu masuk, salah seorang pelayan langsung menyambut hangat kedatangan Albert. Pelayan itu mengatakan bahwa Albert sudah ditunggu oleh salah seorang pengunjung bernama Adrian.Sang pelayan juga menunjukkan nomor meja makan Adrian dan mempersilahkan Albert untuk ke sana. Albert cukup terkesan karena Adrian sepertinya begitu mempersiapkan segala sesuatunya. Albert tak sabar apalagi yang akan dia dengar dari laki-laki itu nantinya.Jelas sebelum datang ke sana dia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi. Dia masih ingat dengan jelas pesan terakhir Akira di kantor sebelum Albert pergi. Akira mewanti-wanti Albert agar tidak memperturutka
“Papa tidak akan memberiku ampun jika dia tahu putrinya sudah hamil di luar nikah,” ucap Tiana sembari memperhatikan bayangan dirinya di depan cermin. Wajahnya tampak pucat. Belakangan dia bahkan sering merasa mual dan muntah secara sembunyi-sembunyi.Tiana melewati hari-harinya dalam kecemasan dan penantian. Dia cemas terus menyembunyikan kehamilannya. Apalagi gejala-gejala tak biasa mulai muncul dan membuatnya tidak nyaman. Dia takut lama-kelamaan orang tuanya akan merasa curiga.Bagai menyimpan sebuah bangkai, Tiana sadar lama kelamaan fakta kehamilannya pasti akan terbongkar. Tapi sebelum itu terjadi, sebisa mungkin dia sudah mendapatkan kepastian sikap dari Adrian. Dia harus mendesak laki-laki itu.Jika berbicara perihal kesiapan, sebenarnya Tiana juga tidak siap secepat itu untuk menjadi seorang istri lebih-lebih seorang ibu. Tapi keadaan benar-benar sudah memaksanya. Mau tidak mau dia harus menjadi ibu. Janin itu sudah terlanjur ada dalam rahimnya. Tiana jelas tidak mau jika ha
Adrian membawa Tiana ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dia menunggu dengan cemas di depan ruangan saat dokter melakukan pemeriksaan. Sebenarnya dia tidak berniat untuk menjadi laki-laki pengecut yang tidak bertanggung jawab. Hanya saja di usianya dia belum siap untuk membangun rumah tangga apalagi menjadi seorang ayah.Terlebih lagi tuntutan keluarga agar dia menjadi sukses terlebih dahulu semakin membuatnya punya alasan untuk menghindar. Ya. Dia hanya berniat untuk menghindar sementara waktu. Bukan untuk meninggalkan apalagi mengabaikan Tiana dan sang anak untuk selamanya.Bagaimana pun juga Adrian masih sangat mencintai Tiana. Tapi di sisi lain dia juga masih bisa berpikir logis bahwa menikah dan membangun sebuah keluarga tidak cukup hanya dengan cinta. Pada akhirnya dia setuju dengan pemikiran orang tuanya agar tidak menikah sebelum dirinya mapan dan mandiri secara ekonomi.Pertimbangan tersebut yang membuat Adrian setuju untuk dikirim ke luar negeri. Malam itu dia
Sepi memeluk diri. Itulah yang dirasakan Tiana saat membuka mata. Dia tidak mendapati seorang pun di dalam kamar, termasuk laki-laki yang begitu ia cintai.Dia tahu pasti Adrian yang sudah membawanya ke rumah sakit. Tapi entah ke mana laki-laki itu pergi sekarang. Tiana tidak melihatnya lagi.Tubuhnya terasa begitu lemah. Dengan susah payah Tiana menjangkau bel untuk memanggil suster datang ke kamarnya. Benar saja, hanya dalam hitungan menit seorang perempuan berpakaian putih mendatanginya.“Ada yang bisa dibantu?” tanya suster itu dengan ramah.“Suster, bukankah tadi ada seorang laki-laki yang membawa saya ke sini? Apa suster melihat ke mana dia pergi?” tanya Tiana.“Saya kurang tahu. Tapi sejak dokter keluar dari ruangan untuk memberitahukan hasil pemeriksaan, laki-laki itu memang sudah tidak ada,” jelas suster.“Baiklah kalau begitu. Terima kasih,” ucap Tiana. Dia tidak menyangka Adrian akan pergi meninggalkannya begitu saja.Tiana berusaha menepis pikiran negatifnya. Dia berpikir
“Kenapa kamu melakukan ini, Akira?” tanya Albert tampak berat hati untuk menuruti. Permintaan Akira membuat Albert tidak percaya. “Kamu sudah menjadi seorang ayah. Bagaimana bisa aku membiarkan suamiku tidak merasakan kasih sayang seorang ayah? Aku ingin kita menata hidup kita lagi dengan semua hubungan yang lebih baik. Ayo kita benar-benar mulai semuanya dari awal, Al. Lagi pula aku sudah tidak punya ayah. Kalau kamu mau mengakui Pak Adrian sebagai ayahmu, maka aku akan mendapatkan sosok ayah juga walau hanya ayah mertua,” ungkap Akira dengan mata berkaca-kaca dan menatap Adrian pada kalimat terakhirnya. Adrian terharu mendengar ucapan Akira. Dia bahkan langsung merangkul istri putranya itu dengan erat. Tanpa ragu Adrian mengatakan bahwa dia akan menganggap Akira sebagai putrinya sendiri. Perlahan suasana haru semakin meliputi ruang kerja Adrian. Meski sempat ragu-ragu tapi akhirnya Albert pun mengikuti jejak Akira. Dia meminta maaf pada Adrian atas semua sikapnya yang tidak menyen
Pagi-pagi sekali Albert sudah bersiap dengan rapi. Akira bahkan turut membantunya dengan senang hati. Perempuan itu memakaikan dasi di leher sang suami. Kini hubungan keduanya jauh lebih membaik.Mereka sepakat untuk memberikan kesempatan pada hubungan mereka. Bahkan mereka mulai menunjukkan perhatian satu sama lain seperti yang dilakukan Akira pagi itu. Sementara Albert hanya terus tersenyum dan memandang lekat wajah istrinya hingga Akira salah tingkah.“Jangan menatapku seperti itu,” tegur Akira tersipu malu.“Apa tidak boleh menatap istri sendiri?” tanya Albert.“Bukan tidak boleh. Aku khawatir saja kalau kamu terus memandangiku bisa berbahaya.”“Memangnya kenapa?” tanya Albert sembari mengerutkan kening. Dia kebingungan dengan maksud perkataan istrinya.“Kalau kamu terus menatapku, kamu bisa terpesona dan tidak jadi pergi ke kantor nanti,” jawab Akira justru menggoda.Albert memutar bola mata malas sementara Akira hanya tertawa melihat ekspresi suaminya. Sesaat kemudian Albert lan
Kabar kembalinya Akira tidak luput dari pantauan Erna. Seorang ibu yang menyimpan dendam terhadap anak tirinya itu tak mau menunda waktu untuk melakukan pembalasan. Erna sudah bersiap untuk melaporkan Akira ke polisi dan menyerahkan bukti rekaman yang dia miliki.Namun kehendak itu tak sampai terjadi karena rencananya kurang rapi. Albert yang cerdik sudah lebih dulu mengendus niat jahat Erna pada Akira. Selama ini diam-diam Albert memang memata-matai gerak-gerik Erna.Dia sadar ibu itu pasti merasa sakit hati karena Albert menjebloskan putranya ke penjara. Albert selalu waspada untuk mencegah pembalasan dari Erna.“Sialan! Bagaimana bisa Erna mempunyai bukti rekaman tentang perbuatan Akira?” ujar Albert merasa kesal setelah mendapat laporan dari orang suruhannya.“Saya kurang tahu, Bos. Tapi dia berencana untuk melaporkan Nona Akira dengan bukti yang dia miliki. Dia ingin balas dendam pada bos lewat Nona Akira.”“Kurang ajar!” umpat Albert.“Apa mungkin ini ulah Adrian? Mungkin saja A
“Apa yang kalian lakukan pada istriku hingga dia menjadi seperti ini?” tanya Albert geram. Anak buahnya memang sudah berhasil membawa istri dan anaknya kembali ke rumah. Namun Albert tampak marah karena Akira dibawa dalam keadaan pingsan.“Maaf, Bos. Kami terpaksa membius Nona Akira,” jawab salah seorang anak buahnya.“Dasar bodoh!” umpat Albert. “Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada istriku karena perbuatan kalian?”“Kami tidak punya pilihan lain, Bos. Nona Akira terus memberontak. Apalagi kami harus menempuh perjalanan dari luar negeri. Kalau pun kami memintanya ikut secara baik-baik atas permintaan Tuan Albert, apa nona akan mau ikut bersama kami begitu saja? Jadi kami terpaksa menculiknya,” bela salah seorang lainnya.“Bos juga meminta kami membawanya kembali dengan cara apa pun,” imbuhnya seolah tak mau disalahkan.“Terserah kalian saja. Lebih baik aku segera menghubungi dokter sekarang juga. Silahkan kalian keluar dari sini,” ucap Albert kesal.Dua lelaki berbadan kekar itu pun
Pagi-pagi sekali Albert sudah berpenampilan rapi. Dia sudah siap untuk mengambil alih posisinya kembali. Ia merasa kondisinya sudah cukup membaik dan bisa mulai bekerja.Pikirannya juga sudah lebih tenang karena sudah mendapatkan kepastikan terkait keberadaan Akira. Dia hanya perlu menunggu hasil kerja anak buahnya. Dia terus memantau dari jauh dan meminta laporan dari mereka.“Kamu yakin sudah bisa masuk kantor, Al?” tanya Sofia saat melihat menantunya keluar dengan pakaian rapi.“Iya, Ma. Aku sudah beristirahat cukup lama. Aku tidak tahu bagaimana kondisi perusahaan sekarang,” jawab Albert. Dia sadar kini dia bahkan tidak punya kaki tangan yang bisa dipercaya dalam urusan pekerjaan seperti Levin dulu. Dia harus mengurus semuanya sendiri.“Baiklah kalau begitu. Tapi jangan terlalu kelelahan ya. Sekarang kamu harus sarapan dulu sebelum berangkat,” pinta Sofia yang mulai menyiapkan porsi makanan untuk menantunya. Albert benar-benar bahagia dilimpahi kasih sayang seperti itu. Rasanya ta
Sebuah pelukan menandai perpisahan. Hari itu Akira mengantar Dannish ke bandara. Dannish akan pulang ke Indonesia.Sesungguhnya laki-laki itu tidak tega meninggalkan Akira hanya berdua dengan Elza di sana. Tapi Akira tetap memaksanya agar pulang demi Maria. Apalagi setelah kejadian pernyataan perasaan yang dilakukan Dannish.Akira merasa sungkan untuk terus melibatkan laki-laki itu lebih jauh dalam masalah kehidupannya. Apalagi Akira juga tidak bisa membalas perasaan yang sama pada Dannish. Akira menolak cinta Dannish.Meski sedikit kecewa, Dannish tetap bersikap bijaksana. Dia mengatakan bahwa pertemanan mereka tidak akan berubah hanya karena hal itu. Dia masih selalu siap menjadi orang terdepan untuk membantu Akira.“Aku ucapkan terima kasih atas semua kebaikanmu. Aku tidak bisa membalasnya. Kamu bahkan meninggalkan pekerjaan dan keluargamu demi mengikuti aku ke sini. Tapi aku dan Elza bisa menjaga diri sendiri. Lebih baik kamu pulang agar Tante Maria tidak sendirian,” kata Akira.“
“Mama habis berbicara dengan siapa?” tegur Albert sempat mengejutkan Sofia yang baru saja berbicara dengan Akira di telefon. Hari itu Sofia memang sedang berada di rumah menantunya. Bahkan sejak Albert pulang dari rumah sakit, Sofia memutuskan untuk tinggal di sana dan merawatnya karena Albert masih dalam proses pemulihan dan tidak memiliki keluarga lain.Mendapat pertanyaan dari Albert membuat Sofia gugup. Sofia bingung harus memberitahu Albert tentang Akira yang menghubunginya atau tidak. Dia hanya diam. Tapi tak lama Albert sudah bisa menebak keanehan dari raut wajahnya yang tak biasa.“Kenapa tidak menjawab, Ma? Mama menelepon siapa?” tanya Albert mengulangi.“Sebenarnya tadi Akira menelepon mama,” jawab Sofia akhirnya mengakui.“Apa? Akira?” ujar Albert sedikit terkejut saat nama istrinya disebut.Pasalnya, sudah beberapa hari lamanya Albert mencoba menghubungi nomor Akira tapi tidak tersambung. Bahkan anak buah yang dia sebarkan juga belum mendapatkan banyak informasi mengenai k
Akira sedang termenung di balkon kamar lantai tiga pada sebuah apartemen. Dia memandangi jalanan yang ramai dipadati kendaraan lalu lalang. Tapi sebenarnya pikiran perempuan itu fokus tertuju pada keluarga dan segala permasalahan yang sudah ia tinggalkan.Akira sudah berada jauh di luar negeri. Dia bahkan sudah mendapatkan apartemen sebagai tempat tinggal. Dannish juga ikut andil dalam memudahkan urusan kepindahannya ke sana.Bahkan Dannish menyertai Akira dan putrinya ke sana. Walau dia mengatakan tidak bisa terus membersamai mereka terlalu lama. Dia harus kembali ke Indonesia karena Maria juga dia tinggalkan seorang diri.Meski sudah jauh meninggalkan kehidupan sebelumnya, nyatanya secara batin Akira tidak bisa benar-benar melepaskan diri dengan mudah dari permasalahan yang sedang ia hadapi. Kini ia merasa hanya menjadi seorang pengecut yang bersembunyi. Niatnya untuk memulai lembaran hidup baru ternyata tak semudah yang diucapkan.Setiap hari ingatan tentang Albert masih selalu mem
Kabar penembakan Albert sangat mengejutkan banyak pihak. Para pekerja di rumah Albert langsung datang ke rumah sakit tempat majikannya dilarikan. Mereka sudah mendengar bahwa Akira lah yang sudah mencelakakan Albert. Sebelum mereka pergi ke rumah sakit, mereka juga sudah tidak menemukan Akira dan Elza di rumah.Kabar itu juga sampai ke telinga Sofia. Dia juga pergi ke rumah sakit dengan terburu-buru. Sofia sangat kecewa saat mendengar kejahatan yang sudah dilakukan oleh putrinya.Sofia merasa bertanggung jawab atas kondisi Albert. Apalagi dia tahu bahwa Albert tidak memiliki anggota keluarga lainnya. Sofia tak menyangka Akira bisa berbuat jahat pada orang lain.Sofia menunjukkan sikap tidak mendukung tindakan Akira dengan tetap menemani di sisi Albert. Dia mengabaikan kepeduliannya pada sang putri yang keberadaannya tidak diketahui. Sofia juga sudah mendengar bahwa Akira melarikan diri setelah peristiwa penembakan terjadi. Meski jujur dia mencemaskan cucunya yang juga dibawa kabur.Lu