Setelah menunggu dengan tegang beberapa lama, Dannish pun keluar untuk memastikan kondisi rumah sakit. Mereka sengaja mengutus Dannish karena hanya dia satu-satunya orang di antara mereka berempat yang tidak dikenali oleh Albert. Dannish pun kembali dengan sebuah kabar bahwa Albert memang sempat datang ke rumah sakit itu.“Aku mendapat informasi bahwa tadi memang sempat datang seorang laki-laki yang hendak menerobos masuk keamanan rumah sakit,” tutur Dannish setelah kembali ke kamar Akira. Dia menyampaikan laporan sesuai pernyataan para petugas.“Aku yakin laki-laki itu pasti adalah Albert,” ujar Akira.“Itu memang benar, Akira. Dia datang untuk mencari keberadaanmu.”“Lalu di mana dia sekarang?” tanya Akira masih tak sepenuhnya tenang.“Pihak resepsionis mengatakan bahwa Albert sudah pergi setelah sempat menemui Dokter Indi. Tapi kamu tidak perlu khawatir, Akira. Dokter Indi sudah bersepakat dengan kita bahwa dia akan merahasiakan tentang kelahiran anakmu. Mungkin sekarang Albert sud
Pada awalnya, pihak rumah sakit sudah memperbolehkan Akira pulang ke rumah. Tapi tidak dengan bayinya yang masih harus mendapatkan perawatan khusus. Akira pulang ke rumah Dannish untuk sementara waktu.Maria sangat telaten merawat Akira yang baru saja melahirkan. Meski begitu pikiran Akira tak sepenuhnya tenang. Dia masih khawatir meninggalkan putrinya sendirian di rumah sakit apalagi memikirkan Albert bisa kembali datang kapan saja. Akira merasa bayinya tidak aman di sana.Namun di tengah kecemasan yang melanda batin Akira, sosok Dannish kembali hadir sebagai pahlawan. Dia membawa setetes embun yang meneduhkan. Sebagaimana janjinya untuk menganggap Elza layaknya anak sendiri, Dannish pun meyakinkan Akira bahwa dia akan selalu menjaga Elza.“Kamu tidak perlu khawatir, Akira. Ini tidak akan lama. Dokter mengatakan perkembangan kondisi Elza sangat baik. Sebentar lagi dia pasti sudah boleh dibawa pulang. Tapi sementara dia masih berada di rumah sakit, biar aku saja yang akan menjaga dan
Akira mengikuti langkah Dannish menuju mobil sembari mendekap Elza dalam gendongannya. Mereka bahagia akhirnya bisa membawa Elza pulang ke rumah. Dannish membukakan pintu mobil karena tak ingin Akira dan putrinya kesulitan.Sikap itu sempat membuat Akira heran. Pasalnya, Dannish mulai menunjukkan perhatian yang tak biasa. Jelas sekali dia ikut senang dengan kehadiran Elza.Tapi Akira tidak mau berprasangka buruk. Dia mengerti antusias Dannish dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya. Dia pasti sangat merindukan momen dengan buah hati yang sempat dia harapkan. Tapi sayang semua itu tidak bisa terlaksana menjadi kenyataan.Dannish melajukan mobil meninggalkan pelataran rumah sakit. Sambil menyetir, sesekali dia memperhatikan Elza yang terlelap tenang dalam dekapan Akira. Entah bagaimana tiba-tiba pikiran Dannish justru teringat pada sikap kasar Albert yang ingin merebut Elza.Dannish kasihan melihat Akira terus merasa keberadaannya dan bayinya terancam. Dannish merasa heran tentang kein
"Jangan ganggu aku. Pergi kau. Pergi...!" teriak Albert terlonjak kaget dan terbangun dari tidurnya. Helai napasnya tidak teratur. Keringat membanjiri tubuh meski suhu kamar masih sejuk dengan air conditioner. Perlahan Albert melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul dua dini hari. Dia mengusap wajah dengan kasar. Albert tidak mengerti karena dirinya merasa dihantui selama beberapa hari belakangan ini. Mimpi aneh selalu saja terjadi. Sesungguhnya Albert memang bukan orang yang bisa berdamai dengan mimpi buruk. Selama hidupnya dia memang selalu terganggu dengan mimpi-mimpi tentang tragedi kematian ibunya. Tapi kali ini dia dihantui hal yang berbeda. Albert bangkit dari tempat tidur. Dia beranjak ke kamar mandi untuk membasuh wajah. Berharap dengan begitu, ia bisa mendapatkan sedikit ketenangan setelah apa yang dia alami. Albert berjalan menuju balkon. Dia terbiasa menghabiskan waktu dengan melihat pemandangan dari balkon rumahnya setiap kali dia merasa gelisah atau terganggu
Akira menikmati hari-harinya menjadi ibu baru. Pada awalnya dia memang merasakan banyak kesulitan. Dia belum biasa terjaga pada tengah malam jika si kecil Elza terbangun. Akira merasakan kesulitan dua kali lipat sebagai orang tua tunggal. Jika biasanya suami dan istri saling bekerja sama untuk menjaga bayi mereka, hal yang berbeda justru dirasakan Akira. Dia harus bertanggung jawab seorang diri untuk mengurus Elza. Meski sesekali Maria dan Dannish tetap membantu mengurus Elza, tapi Akira juga merasa tidak enak jika merepotkan mereka. Apalagi jika pada tengah malam, Akira terlalu sungkan untuk membangunkan mereka. Kecuali jika sesekali Dannish terbangun sendiri karena suara tangisan Elza. Terkadang Dannish juga melimpahkan kasih sayang dan perhatiannya pada Elza. Tapi Akira juga tidak mau sering melibatkan Dannish karena laki-laki itu masih memiliki kesibukan dengan pekerjaannya sebagai seorang dosen. Pada suatu hari, Akira direpotkan karena kehabisan persediaan beberapa barang unt
Pikiran Akira tidak tenang selama pergi satu mobil dengan Albert. Dia tidak bisa berpikir jernih tentang apa yang akan dilakukan laki-laki itu padanya. Semenjak mendengar penuturan Clarissa tentang segala kejahatan Albert, Akira pun memandang suaminya sebagai seorang yang sangat berbahaya dan harus ia hindari selagi bisa. Namun nyatanya, kini dia terkurung dalam mobil mewah Albert tanpa tahu tujuan ke mana Albert akan membawanya. Pikiran Akira sudah melalang buana. Berbagai tragedi mengerikan terbayang di kepala. Jika Albert benar-benar berniat untuk melakukan hal yang tidak baik padanya, maka Akira harus mempunyai peluang untuk melindungi diri. Paling tidak dia harus mencari kesempatan untuk menghubungi seseorang yang bisa ia mintai bantuan. Nama satu orang pahlawan yang tiba-tiba muncul di kepalanya hanyalah Dannish. Akira merogoh tasnya dan mencari keberaan benda pipih bernama ponsel. Ia bersiap siaga untuk menghubungi Dannish jika kondisinya benar-benar terdesak dan membutuhkan
“Apa? Apa yang kau katakan ini, Albert?” tanya Akira menatap heran pada laki-laki yang kini terdiam pasrah. Gadis itu berjalan mendekat hingga berada tepat di hadapan Albert. “Jelaskan padaku apa maksud perkataanmu tadi, Albert!” tagih Akira sembari menatap lekat pada Albert. Dia berusaha mencari kebenaran dari tatapan mata itu.“Pada saat kejadian yang menimpamu malam itu setelah pulang dari tempat les, sebenarnya aku lah pelakunya,” jawab Albert mengakui rahasia besar yang selama ini dia tutup rapat dari Akira. Jiwa seorang ayah mendominasi dan menguasai perasaan Albert. Dia lebih memilih mengakui kesalahannya demi bisa mendapatkan putrinya kembali. Sementara itu, Akira justru dibuat sangat terkejut dengan penuturan Albert. Dia tidak tahu apakah yang diucapkan Albert adalah sebuah kejujuran atau kebohongan. Terlalu banyak kebohongan yang sudah Albert lakukan pada Akira sehingga gadis itu kini sangat sulit untuk mempercayainya begitu saja. “Kamu pasti hanya sedang berbohong lagi p
“Tolong jawab aku dengan jujur, Clarissa. Apa benar semua yang terjadi pada malam itu adalah Albert pelakunya?” tanya Akira menagih jawaban. Clarissa semakin berkeringat dingin karena tidak bisa menghindar. “Sebenarnya…aku…aku sungguh minta maaf, Ra. Memang benar pelaku di balik penculikanmu malam itu adalah Albert. Dia yang sudah melakukan semuanya padamu. Aku sengaja diminta untuk meninggalkanmu sendirian waktu itu. Dia bahkan menikahimu karena memang dia tahu bahwa kamu sedang mengandung calon anaknya,” ungkap Clarissa tertunduk lemah. Dia hanya bisa pasrah jika gara-gara itu Akira akan kembali marah kepadanya. “Ya Tuhan...rencana sehebat ini, kebohongan sebesar ini, aku sama sekali tidak mengetahuinya. Begitu bodohnya aku. Laki-laki itu menikahiku hanya untuk mendapatkan keuntungan. Dia hanya menginginkan keturunannya yang ada dalam rahimku. Sementara aku justru bersikap layaknya istri yang baik dan berusaha memberinya cinta. Dasar Akira bodoh!” umpat Akira ditujukan pada diriny