Pikiran Akira tidak tenang selama pergi satu mobil dengan Albert. Dia tidak bisa berpikir jernih tentang apa yang akan dilakukan laki-laki itu padanya. Semenjak mendengar penuturan Clarissa tentang segala kejahatan Albert, Akira pun memandang suaminya sebagai seorang yang sangat berbahaya dan harus ia hindari selagi bisa. Namun nyatanya, kini dia terkurung dalam mobil mewah Albert tanpa tahu tujuan ke mana Albert akan membawanya. Pikiran Akira sudah melalang buana. Berbagai tragedi mengerikan terbayang di kepala. Jika Albert benar-benar berniat untuk melakukan hal yang tidak baik padanya, maka Akira harus mempunyai peluang untuk melindungi diri. Paling tidak dia harus mencari kesempatan untuk menghubungi seseorang yang bisa ia mintai bantuan. Nama satu orang pahlawan yang tiba-tiba muncul di kepalanya hanyalah Dannish. Akira merogoh tasnya dan mencari keberaan benda pipih bernama ponsel. Ia bersiap siaga untuk menghubungi Dannish jika kondisinya benar-benar terdesak dan membutuhkan
“Apa? Apa yang kau katakan ini, Albert?” tanya Akira menatap heran pada laki-laki yang kini terdiam pasrah. Gadis itu berjalan mendekat hingga berada tepat di hadapan Albert. “Jelaskan padaku apa maksud perkataanmu tadi, Albert!” tagih Akira sembari menatap lekat pada Albert. Dia berusaha mencari kebenaran dari tatapan mata itu.“Pada saat kejadian yang menimpamu malam itu setelah pulang dari tempat les, sebenarnya aku lah pelakunya,” jawab Albert mengakui rahasia besar yang selama ini dia tutup rapat dari Akira. Jiwa seorang ayah mendominasi dan menguasai perasaan Albert. Dia lebih memilih mengakui kesalahannya demi bisa mendapatkan putrinya kembali. Sementara itu, Akira justru dibuat sangat terkejut dengan penuturan Albert. Dia tidak tahu apakah yang diucapkan Albert adalah sebuah kejujuran atau kebohongan. Terlalu banyak kebohongan yang sudah Albert lakukan pada Akira sehingga gadis itu kini sangat sulit untuk mempercayainya begitu saja. “Kamu pasti hanya sedang berbohong lagi p
“Tolong jawab aku dengan jujur, Clarissa. Apa benar semua yang terjadi pada malam itu adalah Albert pelakunya?” tanya Akira menagih jawaban. Clarissa semakin berkeringat dingin karena tidak bisa menghindar. “Sebenarnya…aku…aku sungguh minta maaf, Ra. Memang benar pelaku di balik penculikanmu malam itu adalah Albert. Dia yang sudah melakukan semuanya padamu. Aku sengaja diminta untuk meninggalkanmu sendirian waktu itu. Dia bahkan menikahimu karena memang dia tahu bahwa kamu sedang mengandung calon anaknya,” ungkap Clarissa tertunduk lemah. Dia hanya bisa pasrah jika gara-gara itu Akira akan kembali marah kepadanya. “Ya Tuhan...rencana sehebat ini, kebohongan sebesar ini, aku sama sekali tidak mengetahuinya. Begitu bodohnya aku. Laki-laki itu menikahiku hanya untuk mendapatkan keuntungan. Dia hanya menginginkan keturunannya yang ada dalam rahimku. Sementara aku justru bersikap layaknya istri yang baik dan berusaha memberinya cinta. Dasar Akira bodoh!” umpat Akira ditujukan pada diriny
“Apa kamu yakin akan berpisah dari Abert? Apalagi sekarang kamu sudah tahu bahwa dia adalah ayah kandung Elza,” ucap Dannish seolah meragukan perkataan Akira.“Justru karena aku tahu bahwa Albert adalah laki-laki keji dan tidak bertanggung jawab yang sudah menghancurkan hidupku. Aku rasa dia tidak pantas menjadi ayah untuk Elza,” jawab Akira tanpa ragu.“Jangan membuat keputusan di saat emosi, Akira. Pikirkan semuanya dengan kepala dingin terlebih dahulu. Apakah kamu yakin akan memisahkan antara seorang ayah dan anaknya? Kamu mungkin bisa menutupi kenyataan itu dari semua orang. Kamu bisa membawa Elza lari jauh ke mana pun yang kau inginkan. Tapi suatu saat nanti Elza pasti akan bertanya tentang ayahnya. Sekuat apa pun kamu berusaha, tetap saja tidak ada yang bisa memungkiri hubungan darah antara Albert dengan Elza,” jelas Dannish. Untuk sejenak Akira pun kehilangan kata-kata. Apa yang dikatakan Dannish memang benar adanya. Hanya saja dia benar-benar tidak rela melihat Albert mendapa
Pada suatu ketika, Levin dan Clarissa sedang makan bersama di sebuah restoran. Mereka sedang membuat perayaan sederhana atas keberhasilan Levin mendapatkan pekerjaan baru. Levin mentraktir sang kekasih sebagai ungkapan kebahagiaannya. Sekarang dia sudah resmi keluar dari perusahaan Albert dan mendapatkan tempat kerja baru.Clarissa ikut merasa bangga atas pencapaian Levin. Dia mengucapkan selamat pada Levin. Dia tahu sejak awal bahwa Levin memang seorang yang berbakat sehingga tidak akan sulit baginya mendapatkan pekerjaan lain. Padahal awalnya Levin sempat khawatir saat memutuskan untuk resign. Setelah cukup lama menunggu, pesanan mereka pun datang dan disajikan di meja. Semua terlihat lezat dipandang mata. Mereka tak sabar untuk mencicipinya. Mereka menikmati kebersamaan sambil sesekali mengobrolkan sesuatu. Termasuk rencana Clarissa untuk mencari kerja. Clarissa berpikir dirinya harus mulai belajar hidup mandiri dengan mencari pekerjaan yang baik. Ada banyak kebutuhan pribadi yan
Albert mengacak rambutnya karena kesal. Dia bahkan melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Dia marah atas semua perkataan Clarissa. Albert gagal mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Clarissa menolak mentah-mentah tawaran yang sudah dia berikan. Padahal sebelumnya Albert berpikir semua akan lebih mudah dengan uang yang dia punya. Nyatanya tidak begitu. Clarissa sudah berubah menjadi spesies manusia yang sangat setia pada sahabatnya. Albert kembali mengeja semua kalimat yang diucapkan Clarissa. Dia akui memang benar dia sudah membuat Akira sangat menderita. Tapi Albert juga tidak terima begitu saja karena semua orang seolah sedang menyalahkan dirinya. Padahal dia merasa tindakannya dapat dibenarkan. Albert hanya berusaha membalas dendam atas kematian ibunya. Dia hanya ingin membalas ketidak adilan yang pernah dia rasakan.Setelah gagal mendapatkan jawaban dari Clarissa, mau tidak mau Albert harus mulai mengeksekusi opsi keduanya. Dia harus turun tangan langsung untuk mencari keber
Albert tak juga melepas pelukannya pada Akira. Seolah dia sedang mengentaskan rindu pada seseorang yang lama tidak dijumpainya. Meski begitu Akira tetap mawas diri agar tidak terpengaruh apalagi luluh hanya karena sebuah pelukan. Akira tidak ingin sisa rasa di hatinya membuat dia kembali dibodohi oleh laki-laki di hadapannya.Akira segera menyadarkan diri dan mengembalikan kewarasannya bahwa dia tidak boleh menjadi lemah hanya karena perlakuan yang ditunjukkan Albert. Akira mencegah dirinya sendiri agar tidak tertipu oleh Albert untuk yang ke sekian kalinya.“Lepaskan aku, Al!” pinta Akira. Dia mulai berontak tak nyaman memberi isyarat agar dilepaskan. Dia tidak boleh terlalu lama tenggelam dalam pelukan Albert. “Bagaimana kamu bisa sampai di sini?” tanya Akira gelagapan.Akira masih tidak menyangka akan bertemu Albert bahkan di depan kediamannya sendiri. Dia tidak mengerti bagaimana Albert bisa mengetahui alamat rumah Dannish. Akira mengumpat kelalaiannya sendiri.“Apakah kamu menget
Akira tak lupa menceritakan tentang kedatangan Albert pada Dannish. terkadang dia memang merasa Dannish layaknya sahabat dekat yang dia bisa jadikan tempat berbagi di saat gelisah karena suatu hal. Dannish juga tampak terkejut dan tidak menyangka Albert akan mengetahui tempat tinggalnya.“Setelah mengetahui keberadaanku dan anakku di rumah ini, Albert pasti akan datang lagi dan lagi. apa yang harus aku lakukan, Dannish? Apa sebaiknya aku membawa Elza pergi dari sini?” ucap Akira gusar.“Tidak, Akira. Sampai kapan kamu akan terus berlari menghindar dan bersembunyi? Masalah tidak akan selesai kalau kamu tidak memiliki keberanian untuk menghadapinya,” cegah Dannish tak sependapat.“Lalu apa yang harus aku lakukan, Dan? Aku tidak mau Albert merebut Elza dariku.”“Apa dia mengatakan akan merebut Elza darimu?” tanya Dannish membuat Akira gelagapan.“Tidak. Dia tidak mengatakan itu. Tapi aku yakin dia pasti akan melakukannya,” jawab Akira.“Tenang lah dulu, Akira. Rasa panik hanya membuatmu
“Kenapa kamu melakukan ini, Akira?” tanya Albert tampak berat hati untuk menuruti. Permintaan Akira membuat Albert tidak percaya. “Kamu sudah menjadi seorang ayah. Bagaimana bisa aku membiarkan suamiku tidak merasakan kasih sayang seorang ayah? Aku ingin kita menata hidup kita lagi dengan semua hubungan yang lebih baik. Ayo kita benar-benar mulai semuanya dari awal, Al. Lagi pula aku sudah tidak punya ayah. Kalau kamu mau mengakui Pak Adrian sebagai ayahmu, maka aku akan mendapatkan sosok ayah juga walau hanya ayah mertua,” ungkap Akira dengan mata berkaca-kaca dan menatap Adrian pada kalimat terakhirnya. Adrian terharu mendengar ucapan Akira. Dia bahkan langsung merangkul istri putranya itu dengan erat. Tanpa ragu Adrian mengatakan bahwa dia akan menganggap Akira sebagai putrinya sendiri. Perlahan suasana haru semakin meliputi ruang kerja Adrian. Meski sempat ragu-ragu tapi akhirnya Albert pun mengikuti jejak Akira. Dia meminta maaf pada Adrian atas semua sikapnya yang tidak menyen
Pagi-pagi sekali Albert sudah bersiap dengan rapi. Akira bahkan turut membantunya dengan senang hati. Perempuan itu memakaikan dasi di leher sang suami. Kini hubungan keduanya jauh lebih membaik.Mereka sepakat untuk memberikan kesempatan pada hubungan mereka. Bahkan mereka mulai menunjukkan perhatian satu sama lain seperti yang dilakukan Akira pagi itu. Sementara Albert hanya terus tersenyum dan memandang lekat wajah istrinya hingga Akira salah tingkah.“Jangan menatapku seperti itu,” tegur Akira tersipu malu.“Apa tidak boleh menatap istri sendiri?” tanya Albert.“Bukan tidak boleh. Aku khawatir saja kalau kamu terus memandangiku bisa berbahaya.”“Memangnya kenapa?” tanya Albert sembari mengerutkan kening. Dia kebingungan dengan maksud perkataan istrinya.“Kalau kamu terus menatapku, kamu bisa terpesona dan tidak jadi pergi ke kantor nanti,” jawab Akira justru menggoda.Albert memutar bola mata malas sementara Akira hanya tertawa melihat ekspresi suaminya. Sesaat kemudian Albert lan
Kabar kembalinya Akira tidak luput dari pantauan Erna. Seorang ibu yang menyimpan dendam terhadap anak tirinya itu tak mau menunda waktu untuk melakukan pembalasan. Erna sudah bersiap untuk melaporkan Akira ke polisi dan menyerahkan bukti rekaman yang dia miliki.Namun kehendak itu tak sampai terjadi karena rencananya kurang rapi. Albert yang cerdik sudah lebih dulu mengendus niat jahat Erna pada Akira. Selama ini diam-diam Albert memang memata-matai gerak-gerik Erna.Dia sadar ibu itu pasti merasa sakit hati karena Albert menjebloskan putranya ke penjara. Albert selalu waspada untuk mencegah pembalasan dari Erna.“Sialan! Bagaimana bisa Erna mempunyai bukti rekaman tentang perbuatan Akira?” ujar Albert merasa kesal setelah mendapat laporan dari orang suruhannya.“Saya kurang tahu, Bos. Tapi dia berencana untuk melaporkan Nona Akira dengan bukti yang dia miliki. Dia ingin balas dendam pada bos lewat Nona Akira.”“Kurang ajar!” umpat Albert.“Apa mungkin ini ulah Adrian? Mungkin saja A
“Apa yang kalian lakukan pada istriku hingga dia menjadi seperti ini?” tanya Albert geram. Anak buahnya memang sudah berhasil membawa istri dan anaknya kembali ke rumah. Namun Albert tampak marah karena Akira dibawa dalam keadaan pingsan.“Maaf, Bos. Kami terpaksa membius Nona Akira,” jawab salah seorang anak buahnya.“Dasar bodoh!” umpat Albert. “Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada istriku karena perbuatan kalian?”“Kami tidak punya pilihan lain, Bos. Nona Akira terus memberontak. Apalagi kami harus menempuh perjalanan dari luar negeri. Kalau pun kami memintanya ikut secara baik-baik atas permintaan Tuan Albert, apa nona akan mau ikut bersama kami begitu saja? Jadi kami terpaksa menculiknya,” bela salah seorang lainnya.“Bos juga meminta kami membawanya kembali dengan cara apa pun,” imbuhnya seolah tak mau disalahkan.“Terserah kalian saja. Lebih baik aku segera menghubungi dokter sekarang juga. Silahkan kalian keluar dari sini,” ucap Albert kesal.Dua lelaki berbadan kekar itu pun
Pagi-pagi sekali Albert sudah berpenampilan rapi. Dia sudah siap untuk mengambil alih posisinya kembali. Ia merasa kondisinya sudah cukup membaik dan bisa mulai bekerja.Pikirannya juga sudah lebih tenang karena sudah mendapatkan kepastikan terkait keberadaan Akira. Dia hanya perlu menunggu hasil kerja anak buahnya. Dia terus memantau dari jauh dan meminta laporan dari mereka.“Kamu yakin sudah bisa masuk kantor, Al?” tanya Sofia saat melihat menantunya keluar dengan pakaian rapi.“Iya, Ma. Aku sudah beristirahat cukup lama. Aku tidak tahu bagaimana kondisi perusahaan sekarang,” jawab Albert. Dia sadar kini dia bahkan tidak punya kaki tangan yang bisa dipercaya dalam urusan pekerjaan seperti Levin dulu. Dia harus mengurus semuanya sendiri.“Baiklah kalau begitu. Tapi jangan terlalu kelelahan ya. Sekarang kamu harus sarapan dulu sebelum berangkat,” pinta Sofia yang mulai menyiapkan porsi makanan untuk menantunya. Albert benar-benar bahagia dilimpahi kasih sayang seperti itu. Rasanya ta
Sebuah pelukan menandai perpisahan. Hari itu Akira mengantar Dannish ke bandara. Dannish akan pulang ke Indonesia.Sesungguhnya laki-laki itu tidak tega meninggalkan Akira hanya berdua dengan Elza di sana. Tapi Akira tetap memaksanya agar pulang demi Maria. Apalagi setelah kejadian pernyataan perasaan yang dilakukan Dannish.Akira merasa sungkan untuk terus melibatkan laki-laki itu lebih jauh dalam masalah kehidupannya. Apalagi Akira juga tidak bisa membalas perasaan yang sama pada Dannish. Akira menolak cinta Dannish.Meski sedikit kecewa, Dannish tetap bersikap bijaksana. Dia mengatakan bahwa pertemanan mereka tidak akan berubah hanya karena hal itu. Dia masih selalu siap menjadi orang terdepan untuk membantu Akira.“Aku ucapkan terima kasih atas semua kebaikanmu. Aku tidak bisa membalasnya. Kamu bahkan meninggalkan pekerjaan dan keluargamu demi mengikuti aku ke sini. Tapi aku dan Elza bisa menjaga diri sendiri. Lebih baik kamu pulang agar Tante Maria tidak sendirian,” kata Akira.“
“Mama habis berbicara dengan siapa?” tegur Albert sempat mengejutkan Sofia yang baru saja berbicara dengan Akira di telefon. Hari itu Sofia memang sedang berada di rumah menantunya. Bahkan sejak Albert pulang dari rumah sakit, Sofia memutuskan untuk tinggal di sana dan merawatnya karena Albert masih dalam proses pemulihan dan tidak memiliki keluarga lain.Mendapat pertanyaan dari Albert membuat Sofia gugup. Sofia bingung harus memberitahu Albert tentang Akira yang menghubunginya atau tidak. Dia hanya diam. Tapi tak lama Albert sudah bisa menebak keanehan dari raut wajahnya yang tak biasa.“Kenapa tidak menjawab, Ma? Mama menelepon siapa?” tanya Albert mengulangi.“Sebenarnya tadi Akira menelepon mama,” jawab Sofia akhirnya mengakui.“Apa? Akira?” ujar Albert sedikit terkejut saat nama istrinya disebut.Pasalnya, sudah beberapa hari lamanya Albert mencoba menghubungi nomor Akira tapi tidak tersambung. Bahkan anak buah yang dia sebarkan juga belum mendapatkan banyak informasi mengenai k
Akira sedang termenung di balkon kamar lantai tiga pada sebuah apartemen. Dia memandangi jalanan yang ramai dipadati kendaraan lalu lalang. Tapi sebenarnya pikiran perempuan itu fokus tertuju pada keluarga dan segala permasalahan yang sudah ia tinggalkan.Akira sudah berada jauh di luar negeri. Dia bahkan sudah mendapatkan apartemen sebagai tempat tinggal. Dannish juga ikut andil dalam memudahkan urusan kepindahannya ke sana.Bahkan Dannish menyertai Akira dan putrinya ke sana. Walau dia mengatakan tidak bisa terus membersamai mereka terlalu lama. Dia harus kembali ke Indonesia karena Maria juga dia tinggalkan seorang diri.Meski sudah jauh meninggalkan kehidupan sebelumnya, nyatanya secara batin Akira tidak bisa benar-benar melepaskan diri dengan mudah dari permasalahan yang sedang ia hadapi. Kini ia merasa hanya menjadi seorang pengecut yang bersembunyi. Niatnya untuk memulai lembaran hidup baru ternyata tak semudah yang diucapkan.Setiap hari ingatan tentang Albert masih selalu mem
Kabar penembakan Albert sangat mengejutkan banyak pihak. Para pekerja di rumah Albert langsung datang ke rumah sakit tempat majikannya dilarikan. Mereka sudah mendengar bahwa Akira lah yang sudah mencelakakan Albert. Sebelum mereka pergi ke rumah sakit, mereka juga sudah tidak menemukan Akira dan Elza di rumah.Kabar itu juga sampai ke telinga Sofia. Dia juga pergi ke rumah sakit dengan terburu-buru. Sofia sangat kecewa saat mendengar kejahatan yang sudah dilakukan oleh putrinya.Sofia merasa bertanggung jawab atas kondisi Albert. Apalagi dia tahu bahwa Albert tidak memiliki anggota keluarga lainnya. Sofia tak menyangka Akira bisa berbuat jahat pada orang lain.Sofia menunjukkan sikap tidak mendukung tindakan Akira dengan tetap menemani di sisi Albert. Dia mengabaikan kepeduliannya pada sang putri yang keberadaannya tidak diketahui. Sofia juga sudah mendengar bahwa Akira melarikan diri setelah peristiwa penembakan terjadi. Meski jujur dia mencemaskan cucunya yang juga dibawa kabur.Lu