“Tolong jawab aku dengan jujur, Clarissa. Apa benar semua yang terjadi pada malam itu adalah Albert pelakunya?” tanya Akira menagih jawaban. Clarissa semakin berkeringat dingin karena tidak bisa menghindar. “Sebenarnya…aku…aku sungguh minta maaf, Ra. Memang benar pelaku di balik penculikanmu malam itu adalah Albert. Dia yang sudah melakukan semuanya padamu. Aku sengaja diminta untuk meninggalkanmu sendirian waktu itu. Dia bahkan menikahimu karena memang dia tahu bahwa kamu sedang mengandung calon anaknya,” ungkap Clarissa tertunduk lemah. Dia hanya bisa pasrah jika gara-gara itu Akira akan kembali marah kepadanya. “Ya Tuhan...rencana sehebat ini, kebohongan sebesar ini, aku sama sekali tidak mengetahuinya. Begitu bodohnya aku. Laki-laki itu menikahiku hanya untuk mendapatkan keuntungan. Dia hanya menginginkan keturunannya yang ada dalam rahimku. Sementara aku justru bersikap layaknya istri yang baik dan berusaha memberinya cinta. Dasar Akira bodoh!” umpat Akira ditujukan pada diriny
“Apa kamu yakin akan berpisah dari Abert? Apalagi sekarang kamu sudah tahu bahwa dia adalah ayah kandung Elza,” ucap Dannish seolah meragukan perkataan Akira.“Justru karena aku tahu bahwa Albert adalah laki-laki keji dan tidak bertanggung jawab yang sudah menghancurkan hidupku. Aku rasa dia tidak pantas menjadi ayah untuk Elza,” jawab Akira tanpa ragu.“Jangan membuat keputusan di saat emosi, Akira. Pikirkan semuanya dengan kepala dingin terlebih dahulu. Apakah kamu yakin akan memisahkan antara seorang ayah dan anaknya? Kamu mungkin bisa menutupi kenyataan itu dari semua orang. Kamu bisa membawa Elza lari jauh ke mana pun yang kau inginkan. Tapi suatu saat nanti Elza pasti akan bertanya tentang ayahnya. Sekuat apa pun kamu berusaha, tetap saja tidak ada yang bisa memungkiri hubungan darah antara Albert dengan Elza,” jelas Dannish. Untuk sejenak Akira pun kehilangan kata-kata. Apa yang dikatakan Dannish memang benar adanya. Hanya saja dia benar-benar tidak rela melihat Albert mendapa
Pada suatu ketika, Levin dan Clarissa sedang makan bersama di sebuah restoran. Mereka sedang membuat perayaan sederhana atas keberhasilan Levin mendapatkan pekerjaan baru. Levin mentraktir sang kekasih sebagai ungkapan kebahagiaannya. Sekarang dia sudah resmi keluar dari perusahaan Albert dan mendapatkan tempat kerja baru.Clarissa ikut merasa bangga atas pencapaian Levin. Dia mengucapkan selamat pada Levin. Dia tahu sejak awal bahwa Levin memang seorang yang berbakat sehingga tidak akan sulit baginya mendapatkan pekerjaan lain. Padahal awalnya Levin sempat khawatir saat memutuskan untuk resign. Setelah cukup lama menunggu, pesanan mereka pun datang dan disajikan di meja. Semua terlihat lezat dipandang mata. Mereka tak sabar untuk mencicipinya. Mereka menikmati kebersamaan sambil sesekali mengobrolkan sesuatu. Termasuk rencana Clarissa untuk mencari kerja. Clarissa berpikir dirinya harus mulai belajar hidup mandiri dengan mencari pekerjaan yang baik. Ada banyak kebutuhan pribadi yan
Albert mengacak rambutnya karena kesal. Dia bahkan melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Dia marah atas semua perkataan Clarissa. Albert gagal mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Clarissa menolak mentah-mentah tawaran yang sudah dia berikan. Padahal sebelumnya Albert berpikir semua akan lebih mudah dengan uang yang dia punya. Nyatanya tidak begitu. Clarissa sudah berubah menjadi spesies manusia yang sangat setia pada sahabatnya. Albert kembali mengeja semua kalimat yang diucapkan Clarissa. Dia akui memang benar dia sudah membuat Akira sangat menderita. Tapi Albert juga tidak terima begitu saja karena semua orang seolah sedang menyalahkan dirinya. Padahal dia merasa tindakannya dapat dibenarkan. Albert hanya berusaha membalas dendam atas kematian ibunya. Dia hanya ingin membalas ketidak adilan yang pernah dia rasakan.Setelah gagal mendapatkan jawaban dari Clarissa, mau tidak mau Albert harus mulai mengeksekusi opsi keduanya. Dia harus turun tangan langsung untuk mencari keber
Albert tak juga melepas pelukannya pada Akira. Seolah dia sedang mengentaskan rindu pada seseorang yang lama tidak dijumpainya. Meski begitu Akira tetap mawas diri agar tidak terpengaruh apalagi luluh hanya karena sebuah pelukan. Akira tidak ingin sisa rasa di hatinya membuat dia kembali dibodohi oleh laki-laki di hadapannya.Akira segera menyadarkan diri dan mengembalikan kewarasannya bahwa dia tidak boleh menjadi lemah hanya karena perlakuan yang ditunjukkan Albert. Akira mencegah dirinya sendiri agar tidak tertipu oleh Albert untuk yang ke sekian kalinya.“Lepaskan aku, Al!” pinta Akira. Dia mulai berontak tak nyaman memberi isyarat agar dilepaskan. Dia tidak boleh terlalu lama tenggelam dalam pelukan Albert. “Bagaimana kamu bisa sampai di sini?” tanya Akira gelagapan.Akira masih tidak menyangka akan bertemu Albert bahkan di depan kediamannya sendiri. Dia tidak mengerti bagaimana Albert bisa mengetahui alamat rumah Dannish. Akira mengumpat kelalaiannya sendiri.“Apakah kamu menget
Akira tak lupa menceritakan tentang kedatangan Albert pada Dannish. terkadang dia memang merasa Dannish layaknya sahabat dekat yang dia bisa jadikan tempat berbagi di saat gelisah karena suatu hal. Dannish juga tampak terkejut dan tidak menyangka Albert akan mengetahui tempat tinggalnya.“Setelah mengetahui keberadaanku dan anakku di rumah ini, Albert pasti akan datang lagi dan lagi. apa yang harus aku lakukan, Dannish? Apa sebaiknya aku membawa Elza pergi dari sini?” ucap Akira gusar.“Tidak, Akira. Sampai kapan kamu akan terus berlari menghindar dan bersembunyi? Masalah tidak akan selesai kalau kamu tidak memiliki keberanian untuk menghadapinya,” cegah Dannish tak sependapat.“Lalu apa yang harus aku lakukan, Dan? Aku tidak mau Albert merebut Elza dariku.”“Apa dia mengatakan akan merebut Elza darimu?” tanya Dannish membuat Akira gelagapan.“Tidak. Dia tidak mengatakan itu. Tapi aku yakin dia pasti akan melakukannya,” jawab Akira.“Tenang lah dulu, Akira. Rasa panik hanya membuatmu
Prediksi Dannish tepat sasaran. Dua hari setelahnya, Albert kembali datang ke rumah itu untuk menemui Akira dan bayinya. Saat Akira hendak berjalan-jalan pagi dengan Elza seperti biasanya, dia tiba-tiba dikejutkan dengan keberadaan sosok Albert yang sudah berdiri di seberang jalan saat Akira membuka pagar. “Albert? Untuk apa pagi-pagi sekali kamu sudah ada di sini?” tanya Akira merasa heran. “Tentu saja aku ingin menemani putriku jalan-jalan pagi. Mungkin dia bosan jika terus pergi berdua saja dengan ibunya. Apa tidak boleh?” tanya Albert membuat Akira merasa jengkel pagi-pagi. “Kalau kamu tidak menjawab berarti kamu mengizinkan aku untuk ikut bersama kalian,” imbuhnya langsung menyimpulkan sendiri. Albert bahkan begitu bersemangat hendak mengambil alih untuk mendorong kereta bayi Elza. “Tidak usah pegang-pegang. Biar aku saja yang melakukannya,” tolak Akira sembari menepis tangan Albert. Dia menatap Albert penuh curiga. Akira menjadi sangat protektif. “Ya baiklah. Ayo kita berang
Setelah meminta waktu selama beberapa hari, akhirnya Akira menyatakan kesanggupan untuk pulang ke rumah Albert. Albert sangat senang dengan keputusan Akira. Kini dia tidak perlu jauh lagi dari putrinya. Dia tidak harus mengunjungi rumah Dannish setiap pagi untuk bertemu dengan Elza.Albert sendiri merasa heran. Entah kekuatan apa yang dimiliki bayi kecil itu sehingga mampu menariknya dengan kerinduan-kerinduan yang tak kunjung reda. Wajah mungil itu selalu membuat Albert ingin berada di dekatnya.Sebelum benar-benar pindah ke rumah Albert, Akira merasa harus berpamitan dulu pada Dannish dan juga Maria. Keluarga mereka sudah sangat baik mau menampung Akira selama itu. Tidak hanya dari segi tempat tinggal tapi juga biaya hidup.Dannish tidak menghalangi Akira untuk pergi. Dia justru ikut senang karena rencana mereka berjalan sesuai yang diharapkan. Tapi Maria yang tidak tahu apa-apa tentang misi itu tak ayal merasa sedih harus berpisah dengan Akira dan Elza. Meski begitu dia tidak bisa