“Aku bayar semua hutangku kepadamu. Aku tidak sudi menerima bantuanmu sedikit pun,” ucap Albert sembari melemparkan selembar cek di atas meja kerja Adrian. Cek itu bertuliskan nominal uang yang digunakan Albert sebagai modal awal perusahaannya.Albert sengaja mengunjungi Prima Enterprise hari itu. Dia benar-benar berniat untuk mengembalikan uang Adrian. Albert tidak ingin berhutang budi apalagi pada orang yang dia benci.“Pak Rudi sudah mengatakan hasil kunjungannya ke rumahmu,” ujar Adrian setelah sempat menghembuskan napas berat. Dia tampak berusaha menghadapi sikap Albert dengan santai.“Kenapa kamu menolaknya, Al? Kamu juga punya hak atas kekayaanku. Apa yang kamu lakukan ini? Kamu memberiku sebuah cek untuk mengganti uangku yang kau pakai. Aku jelas tidak menghutangkannya, Albert. Itu adalah pemberian dan aku tidak butuh pengembalian. Aku bahkan merasa senang setidaknya aku bisa membantu putraku mengembangkan bisnis walau hanya dengan sumbangan kecil secara sembunyi-sembunyi,” tu
Albert pulang dengan kemarahan. Dia kembali ke kantor dalam keadaan gusar. Akira yang melihat sikap tak menyenangkan itu langsung berinisiatif untuk bertanya. Dia tahu bahwa Albert pergi ke kantor Adrian.“Bagaimana? Apa kamu sudah bertemu dengan Pak Adrian?” tanya Akira penasaran.“Sudah. Tapi lagi-lagi dia membuatku semakin marah dengan ulahnya,” jawab Albert.“Memangnya kenapa?”“Aku sudah meninggalkan ceknya di sana. Tapi dia malah menyindirku agar memberikan seluruh aset perusahaan ini. Aku benar-benar kesal. Dia menjebakku untuk menerima bantuan itu agar dia merasa paling berjasa dalam hidupku. Sialan!” kata Albert lengkap dengan umpatan yang terlontar.“Jangan terlalu emosi, Albert” ujar Akira menenangkan. Dia mengambil segelas air dan menyerahkan pada Albert. Dia menunjukkan sikap seolah pasangan yang perhatian dan pengertian.Akira tahu dalam kondisi seperti itu dia tidak bisa langsung bergerak gegabah untuk menjalankan rencana pribadinya. Dia harus lebih dulu mengambil keper
Setelah saling menyelidiki satu sama lain, hubungan Albert dan Kaizar semakin berkembang menjadi ketegangan. Tidak sekedar menyuruh orang-orang bayaran, pada akhirnya mereka pun membuat janji bersama. Albert melayani permintaan Kaizar untuk bertemu langsung. Pesan itu Kaizar sampaikan lewat telepon.Hari Minggu disepakati mereka untuk bertemu. Libur hari kerja dipilih agar tidak mengganggu pekerjaan masing-masing. Kali ini Albert pergi tanpa memberitahu Akira. Padahal sebelumnya dia selalu mengabari Akira jika ada urusan dengan Adrian.Albert berpikir dia tidak mau menambah beban pikiran Akira dengan masalahnya. Biarkan saja Akira menghabiskan hari liburnya dengan bersantai di rumah. Lagi pula Akira juga masih harus mengurus Elza. Albert mengerti istrinya pasti sangat lelah membagi waktu dan peran antara pekerjaannya di kantor dengan kewajibannya sebagai seorang ibu.Kebetulan pada saat Albert hendak berangkat, Akira juga sedang tidak di rumah. Dengan begitu Albert tidak perlu beralas
“Dari mana kamu?” tanya Albert sinis saat Akira pulang. Dia memang sudah menunggu sedari tadi di ruang tamu. Dia sangat bernafsu untuk mengintegorasi Akira.“Habis bertemu dengan teman. Kenapa kamu bertanya dengan nada bicara seperti itu?” balas Akira merasakan sikap tak bersahabat dari Albert. Suasana antara keduanya juga terasa tegang.“Teman siapa yang kamu bicarakan? Sebenarnya kamu bertemu dengan teman atau selingkuhan?” ujar Albert langsung menuduh begitu saja.“Apa maksudmu? Kamu menuduh aku berselingkuh?” respon Akira mulai ikut memanas.“Apa namanya kalau bukan berselingkuh? Kamu pergi dengan Dannish secara diam-diam tanpa memberitahuku sebelumnya.”Perkataan Albert membuat Akira cukup tercekat. Dia tidak menyangka Albert akan mengetahui bahwa dia pergi bersama Dannish. Tadinya dia memang pergi diam-diam dari rumah saat memastikan Albert sedang tidak ada.Dia bertemu Dannish untuk membicarakan tentang rencana balas dendamnya. Kini Akira harus mencari cara untuk mengelak agar
Pada suatu hari, Pak Rudi kembali datang menemui Albert. Pengacara itu kembali menyampaikan tentang surat pelimpahan kekuasaan Prima Enterprise yang dibuat oleh Adrian. Albert merasa heran. Rupanya Adrian tetap tidak merubah keputusan awalnya walau Albert sudah terang-terangan mengatakan tidak akan menerima pemberiannya.Adrian bersikap keras kepala. Tak jauh berbeda seperti Albert ketika sudah menginginkan sesuatu. Albert merasa dia harus berbicara langsung dengan Adrian. Albert ingin mempertanyakan apa tujuan sebenarnya Adrian di balik pelimpahan kekuasaan itu. Padahal jelas-jelas Adrian bisa memilih Kaizar sebagai penggantinya.Albert meminta Adrian untuk bertemu. Ajakan tersebut tentu disambut dengan sangat senang oleh Adrian. Dia tidak ragu untuk menemui Albert di mana pun dan kapan pun waktu dan tempat yang disepakati.“Aku senang akhirnya kamu mau mengajakku bertemu lebih dulu,” ungkap Adrian dalam pertemuannya dengan sang putra.“Jangan senang dulu, Pak Adrian. Aku mengajak an
“Sialan! Papa benar-benar menguji kesabaranku,” umpat Kaizar setelah menerima laporan dari salah satu anak buahnya. Diam-diam dia memang meminta seseorang untuk selalu mengawasi gerak-gerik Albert dan Adrian. Termasuk untuk menguntit dan mencuri dengar obrolan mereka saat melakukan pertemuan.Kaizar telah mengetahui segala pembicaraan Albert dan Adrian. Oleh sebab itu dia sangat marah dan mengamuk di dalam kamarnya. Dia tidak terima dengan keputusan Adrian yang tetap teguh untuk menjadikan Albert sebagai penggantinya memegang kepemimpinan Prima Enterprise.“Hanya aku satu-satunya orang yang pantas menerima tahta itu dan bukannya orang asing. Papa benar-benar keterlaluan. Bisa-bisanya dia menganak tirikan aku seperti ini. Tidak. Aku tidak bisa menerimanya,” kata Kaizar penus emosi. Tangannya mengepal erat menyalurkan gejolak amarah dalam jiwanya.Keputusan Adrian yang lebih memilih menjadikan Albert sebagai penerusnya membuat Kaizar berkesimpulan bahwa Adrian tidak percaya kepadanya. O
Albert menerima saran dari Akira untuk menerima tawaran Adrian. Pada suatu hari dia menyatakan persetujuannya untuk menjadi pemimpin baru di Prima Enterprise. Meski begitu, Albert masih mengajukan satu syarat yang harus dipenuhi.Albert mengatakan dia tidak akan menempati jabatan itu sebelum Adrian membuat pengumuman resmi tentang status Albert yang sebenarnya. Albert tidak mau dianggap sebagai orang asing yang merebut tahta kepemimpinan dalam perusahaan sang ayah. Albert tidak senang jika nanti orang-orang mulai mempertanyakan siapa dirinya.“Hanya jika Pak Adrian berani membuat pengakuan pada publik bahwa saya ini adalah putramu tanpa mencoreng nama baik saya atau pun mendiang mama saya, maka hanya saat itu saya akan menerima tawaran ini,” ucap Albert dalam pertemuannya dengan Adrian.“Kamu tenang saja, Albert. Aku pasti akan melakukannya,” balas Adrian dengan sumringah.Adrian sudah sangat senang dengan kesediaan Albert. Rasanya beban hati yang dia simpan selama bertahun-tahun lang
“Eksekusi rencana kedua. Lakukan sekarang juga!” perintah Kaizar pada orang-orang suruhannya.Laki-laki itu mengepalkan tangan dengan kuat. Kemarahannya pada Albert masih belum surut. Dia merasa sangat terhina dengan perkataan Albert yang sudah merendahkannya saat dia mengunjungi Lixie Company.Sebagai balasannya, Kaizar sudah membuat sebuah rencana besar. Akhirnya dia mengadopsi pemikiran sang ibu. Dia ingin mencelakakan Albert hingga membuat Albert tak mampu mengemban jabatan kepemimpinan yang dia incar.Kaizar masih mencari posisi aman. Dia tidak turun tangan langsung untuk melakukan rencana itu. Dia paham betul pentingnya menjaga image diri sebagai calon pemimpin Prima Enterprise setelah nanti rencananya berhasil. Orang-orang bayaran Kaizar sudah mengintai Albert. Mereka sudah bersiap dan hanya menunggu waktu yang tepat untuk beraksi.***Pada suatu malam, Albert dan Akira terpaksa pulang terlambat dari kantor. Padahal tidak biasanya mereka pulang cukup larut seperti itu. Akira su