“Sialan! Papa benar-benar menguji kesabaranku,” umpat Kaizar setelah menerima laporan dari salah satu anak buahnya. Diam-diam dia memang meminta seseorang untuk selalu mengawasi gerak-gerik Albert dan Adrian. Termasuk untuk menguntit dan mencuri dengar obrolan mereka saat melakukan pertemuan.Kaizar telah mengetahui segala pembicaraan Albert dan Adrian. Oleh sebab itu dia sangat marah dan mengamuk di dalam kamarnya. Dia tidak terima dengan keputusan Adrian yang tetap teguh untuk menjadikan Albert sebagai penggantinya memegang kepemimpinan Prima Enterprise.“Hanya aku satu-satunya orang yang pantas menerima tahta itu dan bukannya orang asing. Papa benar-benar keterlaluan. Bisa-bisanya dia menganak tirikan aku seperti ini. Tidak. Aku tidak bisa menerimanya,” kata Kaizar penus emosi. Tangannya mengepal erat menyalurkan gejolak amarah dalam jiwanya.Keputusan Adrian yang lebih memilih menjadikan Albert sebagai penerusnya membuat Kaizar berkesimpulan bahwa Adrian tidak percaya kepadanya. O
Albert menerima saran dari Akira untuk menerima tawaran Adrian. Pada suatu hari dia menyatakan persetujuannya untuk menjadi pemimpin baru di Prima Enterprise. Meski begitu, Albert masih mengajukan satu syarat yang harus dipenuhi.Albert mengatakan dia tidak akan menempati jabatan itu sebelum Adrian membuat pengumuman resmi tentang status Albert yang sebenarnya. Albert tidak mau dianggap sebagai orang asing yang merebut tahta kepemimpinan dalam perusahaan sang ayah. Albert tidak senang jika nanti orang-orang mulai mempertanyakan siapa dirinya.“Hanya jika Pak Adrian berani membuat pengakuan pada publik bahwa saya ini adalah putramu tanpa mencoreng nama baik saya atau pun mendiang mama saya, maka hanya saat itu saya akan menerima tawaran ini,” ucap Albert dalam pertemuannya dengan Adrian.“Kamu tenang saja, Albert. Aku pasti akan melakukannya,” balas Adrian dengan sumringah.Adrian sudah sangat senang dengan kesediaan Albert. Rasanya beban hati yang dia simpan selama bertahun-tahun lang
“Eksekusi rencana kedua. Lakukan sekarang juga!” perintah Kaizar pada orang-orang suruhannya.Laki-laki itu mengepalkan tangan dengan kuat. Kemarahannya pada Albert masih belum surut. Dia merasa sangat terhina dengan perkataan Albert yang sudah merendahkannya saat dia mengunjungi Lixie Company.Sebagai balasannya, Kaizar sudah membuat sebuah rencana besar. Akhirnya dia mengadopsi pemikiran sang ibu. Dia ingin mencelakakan Albert hingga membuat Albert tak mampu mengemban jabatan kepemimpinan yang dia incar.Kaizar masih mencari posisi aman. Dia tidak turun tangan langsung untuk melakukan rencana itu. Dia paham betul pentingnya menjaga image diri sebagai calon pemimpin Prima Enterprise setelah nanti rencananya berhasil. Orang-orang bayaran Kaizar sudah mengintai Albert. Mereka sudah bersiap dan hanya menunggu waktu yang tepat untuk beraksi.***Pada suatu malam, Albert dan Akira terpaksa pulang terlambat dari kantor. Padahal tidak biasanya mereka pulang cukup larut seperti itu. Akira su
Albert langsung membawa Akira ke rumah sakit setelah insiden kecelakaan yang terjadi. Meski tak ada luka parah secara kasat mata, nyatanya Akira mengalami patah tulang pada tangan kanannya karena benturan yang terlalu keras.Dokter pun memasang gips dan meminta Akira untuk tidak banyak beraktivitas dengan menggunakan tangan kanan. Dokter juga memberikan resep obat dan meminta Akira untuk melakukan check up secara teratur.“Apa istri saya tidak perlu dirawat di sini, Dok?” tanya Albert.“Jangan berlebihan, Albert. Aku hanya mengalami patah tulang,” balas Akira menganggap apa yang dikatakan Albert tidak diperlukan.“Kamu bilang hanya? Patah tulang dan sulit bergerak begini kamu bilang hanya? Ini masalah serius, Akira. Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padamu,” ungkap Albert tampak cemas.“Aku tidak apa-apa. Jangan membuat malu di sini,” bantah Akira.“Saya sudah memeriksa secara keseluruhan, Pak. Tidak ada masalah serius lainnya pada Ibu Akira. Hanya memang proses kesembu
Entah jam berapa Albert terbangun karena mendengar suara tangisan Elza. Laki-laki yang masih mengantuk itu terpaksa harus membuka mata. Dia berjalan sempoyongan mendekati keranjang bayi sang putri.Albert mengangkat tubuh kecil Elza. Dia tahu ketika terbangun tengah malam seperti itu biasanya adalah waktu bagi Elza untuk mendapatkan ASI. Sementara Albert melihat Akira masih tidur dengan pulas.Awalnya Albert berusaha untuk menenangkan Elza sendiri. Tapi karena usahanya gagal, mau tidak mau akhirnya dia membangunkan Akira. Tidak ada yang lebih pandai dalam urusan mendiamkan tangisan bayi dibandingkan dengan ibunya sendiri.“Oh, maaf. Aku tidur terlalu pulas sampai tidak mendengar kalau Elza menangis,” kata Akira yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya secara penuh.“Tidak apa-apa. Aku sudah coba untuk mendiamkannya tapi gagal. Sepertinya dia butuh ASI,” ujar Albert.“Iya aku tahu itu. Cepat kemarikan dia,” pinta Akira justru membuat Albert menatap heran pada perempuan itu.“Kenap
“Kalian sangat payah. Untuk pekerjaan sepele seperti ini saja tidak bisa diandalkan,” ujar Kaizar sedang mengamuk atas kegagalan orang-orang suruhannya untuk mencelakakan Albert. “Maaf, Bos. Semua terjadi di luar dugaan kami. Sebenarnya saat itu target kami sudah tepat sasaran. Tapi tiba-tiba saja ada seorang perempuan yang menolongnya untuk menghindar,” tutur salah seorang anak buah Kaizar. “Seorang perempuan?” tanya Kaizar. “Iya benar, Bos. Ada seorang perempuan yang membersamai Tuan Albert malam itu.” Sejenak Kaizar tampak menerka-nerka siapa sosok perempuan yang dimaksud oleh orang anak buahnya. Saat itu juga Kaizar menyuruh anak buahnya untuk pergi. Meski meluapkan kemarahan sebesar apa pun tetap saja percuma karena usahanya sudah gagal. Kaizar meraih ponselnya dan mulai menelusuri laman pencarian di internet. Dia mencari berita-berita terbaru tentang Albert. Dengan mudahnya dia bisa menemukan artikel pemberitaan tentang pesta pernikahan yang digelar Albert dan Akira. Kaizar
Meski teguh mengelak ucapan Dannish, tapi Akira sendiri sadar bahwa apa yang dikatakan Dannish tidak sepenuhnya salah. Sebenarnya sesekali dia juga merasa khawatir dengan satu hal. Dia takut terlalu bersemangat meniti jalan kebencian hingga akhirnya membuat dia tergelincir pada cinta. Oleh karena itu Akira lebih berhati-hati dan sering menghindari interaksi berlebihan dengan Albert.Akira sadar ada hati yang harus dia jaga. Bagaimana pun juga dia adalah seorang perempuan yang mudah terbuai dengan rasa nyaman dan perhatian. Akira harus melawan kodrat hatinya itu agar tetap bisa fokus pada tujuan yang diinginkan.Pasca kecelakaan itu, Akira lebih sering menghabiskan waktunya di rumah. Dia belum bisa kembali bekerja. Dia memanfaatkan kesempatan itu untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan putrinya.Albert tak kalah memanfaatkan kesempatan untuk menunjukkan perhatian. Dia masih berusaha meyakinkan Akira tentang kesungguhannya. Dia sering pulang tepat waktu untuk menemani Akira dan Elz
Bukan Albert namanya jika tidak bisa membongkar identitas pelaku kecelakaan yang sudah membuat istrinya menjadi korban. Dia menemukan orang yang mengemudikan mobil malam itu. Tapi seperti dugaannya, orang itu hanya sekedar menjadi pelaksana.Albert yakin ada otak lain yang berada di balik rencana itu. Albert menekan pengemudi mobil itu untuk bicara dan menyebutkan nama orang yang sudah membayarnya.“Kenapa kamu berniat untuk mencelakakan istriku, hah?” bentak Albert saat dipertemukan langsung dengan pengemudi mobil itu di suatu tempat yang tak mudah dijangkau oleh orang lain. Beberapa anak buah Albert juga ada di sana untuk mengawasi.“Kami tidak berniat untuk mencelakakan istrimu,” bantah pengemudi bernama Heri itu.“Maksudmu Akira hanyalah korban salah sasaran begitu? Jadi benar bahwa kalian sebenarnya mengincar diriku?” tanya Albert lebih lanjut.Albert juga menyuruh anak buahnya untuk tidak berhenti memberikan siksaan pada Heri. Albert ingin penjahat itu merasakan sakit hingga ta