SAH!Wajah-wajah bahagia memenuhi aula Gedung tempat pernikahan ElRi berada. Wajah bahagia yang bercampur haru. Bahkan Ani yang duduk seorang diri, meneteskan air mata.Ketika Ellio memakaikan cincin pernikahan pada jari manis Riehla, Riehla yang tidak bisa menahan akhirnya meneteskan air mata. Akhirnya hari bahagianya tiba.Ellio yang selesai memakaikan cincin, tersenyum. Menghapus air mata sang istri. Riehla memakaikan cincin pada jari manis Ellio, lalu mencium punggung tangan lelaki yang telah resmi menjadi suami-nya.Ellio sentuh wajah Riehla dengan kedua tangan dengan lembut. Mencium kening Riehla dengan penuh cinta. "Terima kasih sudah mau bertahan hingga hari ini," ujar Ellio sembari beralih menggenggam kedua tangan Riehla."Mm. Aku juga mau terima kasih karena apa pun yang terjadi kamu tetap berada di samping aku.""Karena sudah jadi istri aku gak ada lagi waktu untuk berpikiran kabur! Jangan pernah melepas tangan aku, Rie."Sembari tersenyum Riehla mengganggukkan kepala. Elli
Kedua pasangan yang baru beberapa saat lalu menikah itu melangkah masuk ke dalam suatu Rumah. Riehla yang berjalan di samping Ellio, terus mengikutinya sampai di depan pintu salah satu Kamar.Ellio buka pintu Kamar. "Ini Kamar kamu kan?" tanya Riehla sembari memperhatikan saksama Kamar Ellio yang sudah berbeda dari sebelumnya."Sekarang jadi Kamar kita." Sembari menatap Riehla.Riehla melangkahkan kaki disusul Ellio yang berada di belakang. "Kamar yang pernah kamu tempati akan menjadi Kamar Zena."Membalikkan tubuh ke arah Ellio. "Sebaiknya kita siap-siap sekarang.""Kamu perlu mandi dulu?" tanya Ellio."Nanti saja kalau sudah tiba di sana.""Kalau gitu aku mandi dulu sekitar 10 menit.""Okay."Ellio mengambil pakaian dari dalam lemari. Meninggalkan Riehla yang berjalan ke arah meja rias. Riehla yakin jika sebelumnya tidak ada meja itu. Ellio melakukannya demi Riehla.Mendudukkan diri di bangku. Mulai menghapus make up dan membuka tataan rambut.Sampai Ellio selesai dengan kegiatannya
Untung masih ada dua pasang baju yang benar. Kaos putih sedikit kebesaran dan celana panjang bahan. Jadi, Riehla tidak akan kebingungan. Riehla ambil kaos dan celana itu.Pergi meninggalkan Ellio yang belum mendapat jawaban atas kenapa tiba-tiba Riehla bertanya mengenai apa Ellio yang mempersiapkan semuanya.Ellio yang penasaran pun membuka lemari bagian baju Riehla berada dan Ellio sedikit terkejut dan langsung menutup pintu lemari.Melangkah ke arah nakas di mana mantelnya berada. Mengeluarkan handphone dari dalam saku, menyentuh beberapa kali handphone lalu menempelkan pada telinga. Berjalan keluar Kamar.Menggeser pintu Rumah yang tertutup. Mendudukkan diri di teras yang berlantai kayu."Ken—""Maksud kamu apa?""Santai, Kak. Ada apa sih?""Pakaian yang kamu siapkan untuk Riehla. Riehla terlihat kurang nyaman.""Ohh, itu. Kan biar semakin romantis malam-malam kalian.""Gak seharusnya Kak Ellio menyerahkannya sama kamu."Sebelum Yura mengatakan sesuatu Ellio sudah lebih dahulu meng
Bukan di Restaurant, Ellio bahkan mempersiapkan sendiri dengan menyuruh Riehla tetap di Kamar sampai makan malam yang ia persiapkan selesai.Tok tok tokRiehla yang berpakaian santai tengah bersantai di tempat tidur, berjalan ke arah pintu. Membukanya dan terlihat Ellio dengan Ruang Tengah yang lumayan gelap.Ellio menyodorkan salah satu tangan dan Riehla menggapainya. Ellio ajak Riehla keluar Kamar dan ada beberapa lilin berwarna merah di lantai serta satu buah lilin putih besar yang ada di tengah-tengah meja makan.Ellio geser kursi untuk Riehla duduki. Ellio duduk di kursi tepat di hadapan Riehla. Tidak Riehla sangka bahwa Ellio mempersiapkan malam malam seromantis ini.Lihatlah juga makam malam yang sudah seperti di Restaurant. Steak dengan beberapa tumis sayuran dan kentang yang dicetak bundar dihaluskan dipangggang itu."Kapan datangnya makanan ini?" tanya Riehla."Saat aku menata meja.""Sepertinya enak.""Dimakan, Rie."Riehla potong daging itu dengan pisau, menusuknya dengan
Saatnya kembali ke rutinitas sehari-hari, di mana sudah terdapat tumpukan berkas yang menunggu untuk ditinjau. Dan hari ini adalah hari pertama Riehla dan Yura bekerja di perusahaan Kakek-nya.Semua orang menyambut mereka dengan suka-cita. Menempati Ruang Kerja masing-masing yang berada di lantai berbeda. Riehla yang sudah duduk di kursi kerja, nampak bingung apa yang harus dilakukan di hari pertama.Tok tok tok"Masuk!"Pintu terbuka di mana menampakkan seorang perempuan berambut lurus hitam sebahu yang saat itu dibiarkan terurai. Perempuan yang terlihat cantik dan berkelas.Perempuan yang memegang tumpukan map itu berhenti di depan meja kerja. "Saya Eliza, sekretaris Bu Riehla.""Iya." Seraya tersenyum."Ini agenda Bu Riehla hari ini di mana Pak Surya ingin Bu Riehla membaca hal-hal penting mengenai perusahaan." Sembari menaruh map-map itu di atas meja."Terima kasih."Eliza yang nampak lebih tua dari Riehla, sedikit membungkukkan badan tanda hormat, lalu melangkah pergi.Riehla tat
Hari sudah memasuki malam dan Ellio baru saja selesai dengan pekerjaannya. Lama tidak menaruh perhatian pada putri kecilnya saat menoleh ke arah sofa, ternyata Zena sudah terlelap. Terbaring di atas ranjang dengan posisi tidur menyamping, memeluk boneka pinguin.Sebelumnya Ellio sudah pernah membayangkan mengajak anak-nya bekerja dan saat ini pemikiran seperti itu sedang terwujud. Berjalan ke arah Zena. Mendudukkan diri di tepi sofa dengan pelan.Memperhatikan baik-baik wajah sang putri. Tidak ada hal yang lebih indah dari memiliki orang-orang yang kita cinta di sisi kita.Drrrtt drrrtt drrrttSegera Ellio berjalan ke arah meja kerja, mengambil handphone yang ada di meja. Mengangkat telepon dari istri-nya. "Hallo, El.""Iya.""Zena mana?""Lagi tidur. Aku jemput yaa.""Gak usah, aku kan bawa motor.""Aku jemput saja, Rie. Mau ya?""Ya sudah.""Tunggu aku!""Mm."Ellio pakai jas-nya. Memasukkan handphone ke dalam saku jas dan mengambil kunci mobil yang ada di laci. Sampainya di hadapan
Untuk kali pertama Riehla pergi ke luar negeri sebagai seorang CEO suatu perusahaan. Perusahaan yang bukan sembarang perusahaan. Meninggalkan anak dan suami yang sedang menonton film kartun di televisi.Ellio menoleh ke arah Zena yang seharian ini tenang seperti biasanya. Asik dengan ice cream dalam mangkuk yang tinggal sedikit."Kalau mau ice cream lagi, bilang ya sama Papa. Nanti Papa ambilkan lagi.""Kata Mama aku gak boleh makan ice cream banyak-banyak." Sembari menatap Ellio dengan wajah datar. Lalu, kembali memperhatikan layar tv.Ellio bangga pada Zena. Putri-nya itu terlihat sebagai anak yang penurut. "Kira-kira Mama lagi apa ya?""Kalau mau tahu telepon saja."Ellio tersenyum. Benar juga apa yang dikatakan Zena. Tidak perlu menerka-nerka.Terdengar suara bel berbunyi. Ellio beranjak dari sana untuk melihat siapa yang datang dan saat pintu terbuka nampak Sepupu perempuannya itu. Yura masuk seperti itu saja sebelum dipersilakan.Duduk di samping Zena. Tangan yang merangkul Zena
Zena biarkan Mama dan Papa-nya saling melepas rindu dengan berpelukan. Ellio sedikit melerai pelukan. "Sekali pun mendengar sura kamu, melihat wajah kamu saat kita video call tetap saja aku merindukan kamu.""Aku juga. Rasanya sudah gak bisa jauh dari kamu sehari pun."Ellio kembali memeluk Riehla. Zena yang melihat itu hanya memasang wajah datar. Riehla lepas pelukan itu, membalikkan tubuh ke arah Zena."Kita pulang," ujar Riehla sembari menggapai salah satu tangan Zena.Terdapat seorang perempuan berambut lurus sebahu berwarna light brown nampak dengan koper yang didorongnya, menghentikan langkah kaki. Perempuan dengan kacamata hitam itu menatap ke suatu arah. Arah yang memperlihatkan Riehla, Zena dan Ellio.Beberapa saat kemudian...Sampainya di Rumah Zena masuk ke dalam Kamar, katanya ingin tidur siang. Riehla dan Ellio masuk ke dalam Kamar. Ellio taruh koper di dekat nakas, sementara Riehla mendudukkan diri di tepi ranjang. Menaruh tas di kasur, sampingnya."Gimana pertemuan deng