Untuk kali pertama Riehla pergi ke luar negeri sebagai seorang CEO suatu perusahaan. Perusahaan yang bukan sembarang perusahaan. Meninggalkan anak dan suami yang sedang menonton film kartun di televisi.Ellio menoleh ke arah Zena yang seharian ini tenang seperti biasanya. Asik dengan ice cream dalam mangkuk yang tinggal sedikit."Kalau mau ice cream lagi, bilang ya sama Papa. Nanti Papa ambilkan lagi.""Kata Mama aku gak boleh makan ice cream banyak-banyak." Sembari menatap Ellio dengan wajah datar. Lalu, kembali memperhatikan layar tv.Ellio bangga pada Zena. Putri-nya itu terlihat sebagai anak yang penurut. "Kira-kira Mama lagi apa ya?""Kalau mau tahu telepon saja."Ellio tersenyum. Benar juga apa yang dikatakan Zena. Tidak perlu menerka-nerka.Terdengar suara bel berbunyi. Ellio beranjak dari sana untuk melihat siapa yang datang dan saat pintu terbuka nampak Sepupu perempuannya itu. Yura masuk seperti itu saja sebelum dipersilakan.Duduk di samping Zena. Tangan yang merangkul Zena
Zena biarkan Mama dan Papa-nya saling melepas rindu dengan berpelukan. Ellio sedikit melerai pelukan. "Sekali pun mendengar sura kamu, melihat wajah kamu saat kita video call tetap saja aku merindukan kamu.""Aku juga. Rasanya sudah gak bisa jauh dari kamu sehari pun."Ellio kembali memeluk Riehla. Zena yang melihat itu hanya memasang wajah datar. Riehla lepas pelukan itu, membalikkan tubuh ke arah Zena."Kita pulang," ujar Riehla sembari menggapai salah satu tangan Zena.Terdapat seorang perempuan berambut lurus sebahu berwarna light brown nampak dengan koper yang didorongnya, menghentikan langkah kaki. Perempuan dengan kacamata hitam itu menatap ke suatu arah. Arah yang memperlihatkan Riehla, Zena dan Ellio.Beberapa saat kemudian...Sampainya di Rumah Zena masuk ke dalam Kamar, katanya ingin tidur siang. Riehla dan Ellio masuk ke dalam Kamar. Ellio taruh koper di dekat nakas, sementara Riehla mendudukkan diri di tepi ranjang. Menaruh tas di kasur, sampingnya."Gimana pertemuan deng
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba untuk Ellio mewujudkan mimpinya memberi kejutan ulang tahun pada putri kecil-nya itu. Hadiah yang diberikan Ellio pada Zena adalah sebuah liburan. Liburan yang bukan hanya Riehla, Ellio dan Zena.Ellio membawa Kakek, Yura, Ani, bahkan Randy. Ellio membawa semua orang untuk merayakan ultah Zena. Hari bahagia Zena.Ellio memilih liburan ke Bali. Menyewa salah satu penginapan yang nampak sangat indah. Ellio sibuk memompa balon warna-warni yang akan menghiasi dekat kolam renang yang akan menjadi tempat ulang tahun Zena diadakan. Randy datang membantu.Kakek yang duduk di salah satu kursi, memperhatikan Cicit-nya yang sedang bermain bersama Yura di kolam renang. Riehla keluar dari dalam bersama Ani dengan masing-masing memegang nampan."Dimakan Kek cemilannya," ucap Riehla sembari menaruh dua piring berisi pisang goreng dan donat serta segelas es teh manis di meja."Terima kasih, Riehla."Ani membagikan makanan dan minuman yang ada di nampannya pada Ell
Semua bertepuk tangan setelah Zena berhasil meniup lilin angka lima itu. Riehla bantu Zena memotong kue di mana setiap orang menunggu potongan pertama itu akan diberikan pada siapa. Riehla atau Ellio?Tidak ada yang menduga jika Zena menyodorkan piring kue pada Yura yang nampak terkejut. Yura menerimanya dengan rasa penasaran alasan Zena memberinya potongan pertama kue ulang tahun itu."Kenapa Zena kasih kue pertama sama Tante Yura?" tanya Ellio."Biar Tante Yura gak nangis lagi. Biar Tante Yura tahu kalau dia gak sendiri, ada aku yang akan menemaninya bermain."Yura yang mendengar itu tersenyum, terhibur. Disentuhnya kepala Zena. "Terima kasih anak cantik." Seraya tersenyum.Kemudian, satu persatu memberikan kado yang sudah dipersiapkan pada Zena. Tidak berhenti sampai di sana, saat mereka mulai memakan makanan yang ada, terdapat kembang api yang indah di langit.Ani dan Surya menyaksikannya dengan duduk di kursi saling bersampingan, sedangkan Ellio dan Riehla berdiri berdampingan di
Menerima telepon dari Ibu Mertua yang memberi kabar jika sang istri sedang dibawa ke Rumah Sakit, setelah mengakhiri telepon Ellio segera melangkah pergi dari sana. Ellio merasa harus menemani Riehla. Saat Zena kan Ellio tidak ada di samping Riehla.Mengendarai dengan sedikit cepat membuat Ellio sampai tepat waktu di Rumah Sakit. Saat Riehla baru pembukaan pertama. Ellio berada di samping Riehla.Ellio perhatikan Riehla yang sedang berjuang melahirkan buah hati mereka terlahir ke dunia ini. Ellio yang menggenggam salah satu tangan Riehla, kasihan melihatnya. Betapa besarnya perjuangan Riehla.Riehla terus berjuang hingga suara tangis bayi memenuhi seisi ruangan. Semua yang berada di dalam nampak bernafas lega, begitu pun yang menunggu di luar.Riehla dan Ellio saling bertatapan dengan senyum yang terlukis di bibir keduanya. Ellio bahagia dan terharu dengan apa yang ia saksikan hari ini. Tangan Riehla yang masih digenggamnya, Ellio kecup punggung tangan Riehla."Terima kasih, sayang."
Di bawah foto terdapat kalimat "bukankah sudah aku katakan untuk tidak terlalu bahagia" yang baru saja masuk.Apa maksud foto itu dan si pengirim? Mendadak Ellio tidak bisa berpikir. Diletakannya handphone di atas meja dengan masih memperlihatkan foto Riehla bersama pria bule."Sepertinya pengirim itu berencana memecah belah antara aku dan Riehla dengan mengirim foto seolah-olah Riehla selingkuh. Haruskah aku percaya? Bagaimana jika foto itu editan?" Ellio terus berpikir.Tentu saja ia tidak bisa langsung menyimpulkan. Ini juga menyangkut perasaan Riehla. Bagaimana jika Ellio melukai Riehla?Beberapa jam kemudian...Bukannya sedang bekerja, Ellio yang duduk di kursi kerja tengah memikirkan foto Riehla dan pria bule. Pas sekali dengan kedatangan Randy, Ellio meminta tolong Randy untuk menganalisis apakah foto itu palsu atau asli."Kalau mau mendapatkan hasil yang lebih jelas sebaiknya Bapak hubungi Sekretaris Riehla. Bapak bisa bertanya di mana mereka menginap.""Kamu benar. Sebaiknya
Saat Randy membuka pintu setelah mengetuk seperti biasa, Randy terkejut dan langsung berjalan cepat menghampiri Ellio yang tiduran di sofa dengan telapak tangan yang mengeluarkan darah lumayan banyak. Darah yang sudah berceceran di lantai.Randy cemas melihat kondisi Ellio yang bahkan wajahnya pucat. Randy pun menelepon seseorang untuk membawakan kotak p3k.Ellio yang tidak tidur sama sekali, mendudukkan diri. Randy duduk di samping Ellio. "Apa yang terjadi? Kenapa Bapak bisa melukai tangan Bapak?""Apa ini akhirnya yang sesungguhnya?" Tanpa menatap Randy."Maksud Bapak apa?""Saya gak ingin percaya ...."Seorang office boy masuk, memberikan kotak pada Randy. Randy segera obati luka Ellio yang tidak peduli jika luka-nya sesakit itu dan jika darah yang keluar sebanyak itu.Ketika Riehla sedang duduk di teras depan Rumah, menjempur Eden, Riehla lihat Ellio yang sudah pulang. Riehla perhatikan Ellio sampai keluar dari dalam mobil yang sudah terparkir di pelataran Rumah."El," sapa Riehla
Sendirian di meja makan membuat Riehla nampak seperti akan menangis. Padahal ia sudah membuatkan sandwich untuk Ellio tetapi Ellio pergi seperti itu saja ke Kantor. Riehla semakin merasa bahwa sepertinya ia punya salah.Ini kali pertama mereka seperti ini lagi setelah kembali bersama. Muncul Zena yang sudah berpakaian rapi siap ke Sekolah. Riehla tarik kursi untuk Zena, Zena mendudukkan diri."Mama kenapa? Aku perhatikan melamun. Sudah gitu terlihat sedih." Sembari menatap Riehla dari samping."Mama gakpapa." Lalu, tersenyum."Mama sama Papa lagi bertengkar ya? Kalian saling diam gak seperti biasanya."Walau tak sepenuhnya mengerti tentang keadaan, namun Zena terlalu peka jika ada yang beda antara Mama dan Papa-nya. Tentu Zena sebagai seorang anak tidak menginginkan perselisihan antara kedua orang tua-nya."Nggak kok. Mama sama Papa baik-baik saja. Sebaiknya Zena segera makan."Zena tahu bahwa Mama-nya sedang berbohong. Zena makan sandwich itu dengan sesekali menoleh ke arah Riehla ya