Semua bertepuk tangan setelah Zena berhasil meniup lilin angka lima itu. Riehla bantu Zena memotong kue di mana setiap orang menunggu potongan pertama itu akan diberikan pada siapa. Riehla atau Ellio?Tidak ada yang menduga jika Zena menyodorkan piring kue pada Yura yang nampak terkejut. Yura menerimanya dengan rasa penasaran alasan Zena memberinya potongan pertama kue ulang tahun itu."Kenapa Zena kasih kue pertama sama Tante Yura?" tanya Ellio."Biar Tante Yura gak nangis lagi. Biar Tante Yura tahu kalau dia gak sendiri, ada aku yang akan menemaninya bermain."Yura yang mendengar itu tersenyum, terhibur. Disentuhnya kepala Zena. "Terima kasih anak cantik." Seraya tersenyum.Kemudian, satu persatu memberikan kado yang sudah dipersiapkan pada Zena. Tidak berhenti sampai di sana, saat mereka mulai memakan makanan yang ada, terdapat kembang api yang indah di langit.Ani dan Surya menyaksikannya dengan duduk di kursi saling bersampingan, sedangkan Ellio dan Riehla berdiri berdampingan di
Menerima telepon dari Ibu Mertua yang memberi kabar jika sang istri sedang dibawa ke Rumah Sakit, setelah mengakhiri telepon Ellio segera melangkah pergi dari sana. Ellio merasa harus menemani Riehla. Saat Zena kan Ellio tidak ada di samping Riehla.Mengendarai dengan sedikit cepat membuat Ellio sampai tepat waktu di Rumah Sakit. Saat Riehla baru pembukaan pertama. Ellio berada di samping Riehla.Ellio perhatikan Riehla yang sedang berjuang melahirkan buah hati mereka terlahir ke dunia ini. Ellio yang menggenggam salah satu tangan Riehla, kasihan melihatnya. Betapa besarnya perjuangan Riehla.Riehla terus berjuang hingga suara tangis bayi memenuhi seisi ruangan. Semua yang berada di dalam nampak bernafas lega, begitu pun yang menunggu di luar.Riehla dan Ellio saling bertatapan dengan senyum yang terlukis di bibir keduanya. Ellio bahagia dan terharu dengan apa yang ia saksikan hari ini. Tangan Riehla yang masih digenggamnya, Ellio kecup punggung tangan Riehla."Terima kasih, sayang."
Di bawah foto terdapat kalimat "bukankah sudah aku katakan untuk tidak terlalu bahagia" yang baru saja masuk.Apa maksud foto itu dan si pengirim? Mendadak Ellio tidak bisa berpikir. Diletakannya handphone di atas meja dengan masih memperlihatkan foto Riehla bersama pria bule."Sepertinya pengirim itu berencana memecah belah antara aku dan Riehla dengan mengirim foto seolah-olah Riehla selingkuh. Haruskah aku percaya? Bagaimana jika foto itu editan?" Ellio terus berpikir.Tentu saja ia tidak bisa langsung menyimpulkan. Ini juga menyangkut perasaan Riehla. Bagaimana jika Ellio melukai Riehla?Beberapa jam kemudian...Bukannya sedang bekerja, Ellio yang duduk di kursi kerja tengah memikirkan foto Riehla dan pria bule. Pas sekali dengan kedatangan Randy, Ellio meminta tolong Randy untuk menganalisis apakah foto itu palsu atau asli."Kalau mau mendapatkan hasil yang lebih jelas sebaiknya Bapak hubungi Sekretaris Riehla. Bapak bisa bertanya di mana mereka menginap.""Kamu benar. Sebaiknya
Saat Randy membuka pintu setelah mengetuk seperti biasa, Randy terkejut dan langsung berjalan cepat menghampiri Ellio yang tiduran di sofa dengan telapak tangan yang mengeluarkan darah lumayan banyak. Darah yang sudah berceceran di lantai.Randy cemas melihat kondisi Ellio yang bahkan wajahnya pucat. Randy pun menelepon seseorang untuk membawakan kotak p3k.Ellio yang tidak tidur sama sekali, mendudukkan diri. Randy duduk di samping Ellio. "Apa yang terjadi? Kenapa Bapak bisa melukai tangan Bapak?""Apa ini akhirnya yang sesungguhnya?" Tanpa menatap Randy."Maksud Bapak apa?""Saya gak ingin percaya ...."Seorang office boy masuk, memberikan kotak pada Randy. Randy segera obati luka Ellio yang tidak peduli jika luka-nya sesakit itu dan jika darah yang keluar sebanyak itu.Ketika Riehla sedang duduk di teras depan Rumah, menjempur Eden, Riehla lihat Ellio yang sudah pulang. Riehla perhatikan Ellio sampai keluar dari dalam mobil yang sudah terparkir di pelataran Rumah."El," sapa Riehla
Sendirian di meja makan membuat Riehla nampak seperti akan menangis. Padahal ia sudah membuatkan sandwich untuk Ellio tetapi Ellio pergi seperti itu saja ke Kantor. Riehla semakin merasa bahwa sepertinya ia punya salah.Ini kali pertama mereka seperti ini lagi setelah kembali bersama. Muncul Zena yang sudah berpakaian rapi siap ke Sekolah. Riehla tarik kursi untuk Zena, Zena mendudukkan diri."Mama kenapa? Aku perhatikan melamun. Sudah gitu terlihat sedih." Sembari menatap Riehla dari samping."Mama gakpapa." Lalu, tersenyum."Mama sama Papa lagi bertengkar ya? Kalian saling diam gak seperti biasanya."Walau tak sepenuhnya mengerti tentang keadaan, namun Zena terlalu peka jika ada yang beda antara Mama dan Papa-nya. Tentu Zena sebagai seorang anak tidak menginginkan perselisihan antara kedua orang tua-nya."Nggak kok. Mama sama Papa baik-baik saja. Sebaiknya Zena segera makan."Zena tahu bahwa Mama-nya sedang berbohong. Zena makan sandwich itu dengan sesekali menoleh ke arah Riehla ya
Tidak seperti biasanya di mana Riehla terlihat di Ruang Tamu atau tidak ada bau masakan dari arah Dapur, malam ini Rumah itu sunyi. Layaknya Rumah kosong. Ellio langsung melangkah menuju Kamar dan ia lihat sang istri yang sudah tidur dengan posisi miring.Ellio taruh jas di atas nakas, menoleh ke arah Riehla dengan sorot mata sedih. Sudah berapa hari ini tidak ada percakapan menyenangkan antara keduanya. Tentu keadaan seperti itu tidak baik.Belum berganti pakaian Ellio keluar Kamar. Saat di depan meja makan, lelaki itu mematung. Ellio tahu Riehla pasti sedih dan kecewa dengan sikap Ellio belakangan ini, tetapi Riehla masih peduli pada Ellio dengan menyiapkan makan malam.Mendudukkan diri, menyentuh mangkuk berisi sup ayam yang sudah tidak hangat. Tiba-tiba Ellio meneteskan air mata. Hatinya semakin hancur dengan keadaan yang ia sendiri tidak tahu harus seperti apa. Ingin melupakan tetapi melihat wajah Riehla mengingatkan pada sebuah 'pengkhianatan'.Air mata itu terus menetes. Dapat
"Zena kenapa?" tanya si Bibi yang berjalan di samping Zena."Apa karena aku ya Mama sama Papa bertengkar? Aku takut kalau nanti gak punya Papa lagi." Sembari menatap lurus ke depan dengan wajah sendu."Bibi yakin kalau Mama sama Papa pasti baikan. Mereka kan saling cinta."Zena menoleh ke arah si Bibi. "Benar kan, Bi? Mama sama Papa gak perlu pisah?""Iya." Seraya tersenyum.Rasa sedih dan frustasi yang sudah memuncak membuat Riehla memilih melarikan diri sejenak. Riehla memang pergi dengan pakaian seperti akan bekerja, namun perempuan itu sedang mengendarai mobil ke daerah Pantai.Riehla merasa perlu menenangkan diri. Sudah memarkirkan mobil, Riehla berjalan ke arah Pantai. Pantai pun mengingatkannya pada Ellio. Riehla bisa saja hanya fokus pada anak-anak, tetapi ia tidak bisa tinggal dengan suami yang sikapnya seolah Riehla tidak ada.Apa mungkin keputusan Riehla menikah dengan Ellio itu salah? Riehla pikir jika ia menolak ajakan menikah itu semua tidak akan seperti ini. Tidak perlu
Riehla tidak melarikan diri, ia kembali pada keluarga-nya. Namun, ada yang beda dengan perempuan itu. Bukannya memilih diam karena tidak mengerti dengan sikap Ellio yang tidak juga memberi alasan mengenai sikapnya yang berubah. Riehla terlihat benar-benar mengabaikan Ellio.Seperti saat ini di mana mereka berkumpul di Ruang Tamu, Ellio yang duduk di sofa single, terus memperhatikan anak dan istrinya yang bermain, dan menyadari jika Riehla sejak pulang tidak menaruh perhatian sama sekali padanya.Tidak ada yang Riehla katakan bahkan sekali pun tidak menatap Ellio. Riehla hanya sibuk dengan Zena dan Eden.Ellio merasa bahwa mungkin sikapnya telah merubah Riehla menjadi tidak peduli. Melihat hal itu pun Ellio semakin takut jika Rumah Tangga-nya benar hancur. Ellio tidak ingin hal itu terjadi. Apa pun yang terjadi ia akan mempertahankannya.Beberapa saat kemudian...Riehla masuk ke dalam Kamar untuk meletakkan Eden di tempat tidurnya yang sudah tidur. Ellio yang terduduk di kasur dengan b