Makan malam berlangsung dengan tenang, bahkan terlewat tenang hingga untuk menelan makanan pun, Kate merasa terdengar jelas. Ia lebih banyak menyimak pembicaraan ketiga pria di ruangan itu.“Jadi, kau sudah berjanji pada kami untuk membantu tiga bar yang akan dibangun di Inggris, Carl, tepati janjimu.”Suara dalam dari kakek Carl terdengar. Wibawa yang kentara jelas dari nada suara pria tua itu mengalihkan pandangan Kate ke suaminya.“Ya,” jawabnya singkat.“Ini tidak berat kan, Carl, ekspresimu kenapa harus seperti itu? Kau lupa bagaimana ekspresimu dulu saat menebas habis musuh-musuhmu? Bahkan, seorang Carl tak akan bergeming dengan darah yang terciprat ke wajahnya.”Matteo menimpali dengan sikap menyebalkannya, sementara Kate menatap tanpa berkedip ke arah Matteo. Sedangkan kakek Carl hanya menghela napas panjang. Pria tua dengan jubah tidur yang mewah itu menatap Matteo.“Jaga sopan santunmu di depan seorang lady.”“Aku tidak berpikir dia lupa seperti apa suaminya, Tu
Senyum hangat dari wajah cantik itu terlihat. Seraya mengangkat telapak tangan dan mengamati jari lentiknya dari balik sinar matahari yang menembus kaca mobil, Kate tak berhenti takjub. Sementara pria yang mengemudi di sampingnya menggelengkan kepala beberapa kali.“Begitu senangnya ya memakai cincin itu?” tanya Carl dengan mata yang masih fokus ke jalanan.“Ya, apa lagi jika terkena terpaan sinar, bulannya tampak bersinar.” Wanita berambut cokelat itu menurunkan tangannya, menoleh ke arah suaminya yang terkekeh melihat sikapnya.“Cincin itu memang cocok untukmu, begitu kau pakai langsung terasa pas di jarimu.”“Ya, kupikir ukuran jari ibuku bisa dibilang sama denganku.”“Kau memang ditakdirkan menjadi pemilik cincin itu, sayang.”“Ngomong-ngomong, kita mau ke mana?”“Hampir sampai. Kejutan besar untukmu sudah menanti.” Tak sampai lima menit kemudian, mobil yang dikendarai pasangan suami istri itu masuk ke sebuah pelataran yang asri. Rumput hijau yang menyegark
“Carl, Alfred mengirim orang-orang ke sini dan sebagian lain ke tempat Kate. Kami baru saja menangkap mereka yang mengikuti Elena dari kantor.”Suara dari sambungan telepon itu membuat Carl membeku sesaat. Detik berikutnya, dengan sigap memutar kemudi mobilnya, berpindah arus dan menambah kecepatannya. Pria berambut hitam itu menggertakkan gigi. Tangannya mencengkeram kemudi dengan sangat kuat.*** Kate menutup mulutnya dengan tangan saat melihat mobil yang biasa mengintainya beberapa waktu lalu kembali terlihat di area parkir apartemennya. Beruntung, dari sudut apartemennya, ia bisa mengakses keseluruhan area parkir di lahan sebelah bangunan apartemennya yang sederhana. Wanita berambut cokelat madu itu membetulkan letak kacamata yang dipakainya, setengah berharap penglihatannya salah. Tak bisa mengelak, orang yang mengintainya cukup lama itu turun dari mobil. Satu, dua, oh, tidak. Lima orang pria berbadan besar turun dari mobil dan membawa alat pemukul layaknya preman,
“Biasa, rumah,” jawab Carl sambil lalu. Pria itu melangkah menjauh. Ponselnya kembali berdering. “Ya, Tuan Drake.” Kate mengamati wajah lelah Carl yang kembali menghadapnya. Usai mengucapkan kata ‘saya segera ke sana’, Carl menutup panggilan itu. “Orang-orang suruhan Alfred sudah ditangkap, termasuk para preman yang tadi mengejar kita. Aku harus ke kantor polisi sekarang bersama Tuan Drake untuk memberi keterangan. Besok kau dan Nona Elena diminta datang ke kantor polisi.” “Aku bisa ikut denganmu ke sana sekarang.” Pria dengan garis rahang tegas itu mendekati Kate dan tersenyum. Tangannya menepuk pundak Kate. “Kau datang besok saja, istirahatlah.” Wanita berambut cokelat itu tak ingin menambah beban kepada Carl, jadi, ia menurut saja. Wajah sendunya tak bisa disembunyikan saat Carl melangkah keluar dari apartemen mewah itu. *** Kate berjalan bolak balik ke sana kemari. Pikirannya mencoba mencerna keadaan sekitar. Profesi bodyguard, apartemen mewah milik sendiri, bahkan kama
“Sayang sekali, proyek kerja sama dengan Spentwood Company hari ini akan menjadi proyek terakhirmu di kantor ini, Kate. Aku akan merindukanmu.” Wanita berambut pirang dengan muram menatap sahabat sekaligus sekretaris terbaiknya hingga detik ini. Sementara wanita berkaca mata tebal dengan rambut di ikat rapi tersenyum lembut. “Aku juga akan merindukanmu, jangan jadikan hari terakhirku masuk kerja sebagai hari yang sedih, Elena.” Mereka saling membalas senyum diiringi tatapan sendu. Sebelum sebuah suara dari salah seorang staf kantor menginterupsi. “Perwakilan dari Spentwood company, presdir baru mereka telah sampai.” Kate dan Elena mengangguk tanda mengerti dan segera berdiri untuk menyambut. Sekilas, kening Kate berkerut kala mengingat perkataan staf yang baru saja keluar ruangan. “Presdir baru? Aku baru dengar.” “Aku juga, Kate.” Detik berikutnya, seorang pria dengan tampilan jas rapi diikuti beberapa pria di belakangnya masuk. Kate berdiri di samping Elena telah menyiapkan
“Kate, apa yang terjadi?” Samar-samar, ia mendengar suara Carl yang terus memanggilnya. Tapi, ia tak punya tenaga untuk menanggapi. Matanya terpejam rapat, satu tangannya yang lain meremas selimut semakin erat.“Sakiiit ...”Keringat dingin mulai mengucur, perutnya semakin tegang. Tak lama kemudian, Kate merasa kepalanya bersandar, sebuah tangan besar mengusap lembut perutnya. “Ssst, tenanglah. Sudah, ya. Jangan marah lagi. Sstt...” Kate menarik napas panjang-panjang. Beberapa detik kemudian, kram perutnya mereda, kepalanya yang pusing juga menjadi lebih ringan. Perlahan, ia membuka mata. Carl memeluknya, kepalanya bersandar di dada pria itu. Kram perutnya menghilang, Kate merasa tubuhnya kembali normal dan tak kesakitan. Ia hanya diam, membiarkan Carl menenangkannya. Pikirannya membenci fakta jika sentuhan Carl berpengaruh besar padanya. Ia ingin menyangkal sekeras mungkin, tapi, tubuhnya tak mampu berbohong. Perlahan, wanita berambut cokelat itu menjauhkan dir
Diam-diam, wanita berambut panjang itu bernapas lega. Hanya beberapa menit setelah menelepon, pria itu mendadak berjalan ke arahnya. Apa mungkin Carl mengikutinya sejak keluar dari rumah sakit?“Kate.”Suara bariton Carl menyadarkan Kate dari lamunannya. Matanya mengerjap sebelum menatap pria di hadapannya itu.“Pria yang memakai topi dan baju serba hitam itu mengikutiku hingga masuk lift. Terlihat jelas, dia ingin mengikutiku sampai depan pintu apartemenku.”Refleks, Kate meremas lengan Carl cukup kuat saat melirik ke arah penguntitnya itu. Pria itu langsung menelepon seseorang.“Ada yang mengikutinya. Bersihkan area lobi. Aku akan mengirimkan ciri-cirinya.” Carl mengetik pesan pendek usai menutup panggilan untuk asistennya, sementara Kate mengerutkan kening.“Apa yang akan kau lakukan?”“Membersihkan sampah.”Tak lama kemudian, beberapa pria berperawakan pengawal masuk dan langsung membawa paksa pria penguntit itu keluar dari gedung. Semua orang menatap dan terk
Elena menatap ekspresi suaminya yang tertegun. Pria itu menaikkan satu alisnya lebih tinggi. Elena duduk di tepi ranjang seraya mengembuskan napas dengan berat.“Kate harus terluka karena Carl pergi tanpa kabar sedikit pun. Belakangan ia baru tahu kalau mengandung anaknya. Kalau saja kau beritahu lebih awal, mungkin aku bisa mencari ke keluarga Spentwood untuk membantu Kate.”“Maaf, aku tidak tahu kalau situasinya seperti ini, Elena. Kurasa, situasi Carl saat ini juga buruk.”“Apa maksudmu?”“Tadi kau bilang Carl datang ke kantormu sebagai CEO baru Spentwood Company, kan? Itu artinya, ia telah menggeser posisi sang kakak tertua. Dari yang kudengar, Letisha tak terima dengan pengaturan ini.” Begitu mendengar penjelasan singkat Drake, Elena menutupi wajah dengan dua telapak tangannya. Kepalanya semakin sakit memikirkan sahabatnya itu.“Kate hanya ingin hidup tenang, sepertinya ia tak bisa melakukannya sekarang.”Tatapan sendu Elena ke arah luar jendela. Ia tahu betul k