Jadi saking kangennya, akhirnya Langit menelepon Maminya—Senja. Dan bercerita panjang lebar tentang banyak hal.“Dulu Eyang kakung galak ya, Mi?”Termasuk ini. Dari dulu sampai sekarang, Langit selalu menanyakan tentang Eyangnya. Karena saat Langit lahir, sang Kakek sudah tutup usia. Di samping itu juga, Langit sedang gabut. Pertanyaan random selalu muncul sejak dulu kala.“Nggak galak, sih. Tapi lebih ke tegas. Eyang kalau ngomong A wajib A. Nggak bisa berubah. Mau kamu nangis darah pun.” Senja mana pernah lupa sama sosok Atmojo. Disiplin dan jujur selalu jadi andalan di keluarga mereka. Seberapa besar pun kesalahan kamu, selama kejujuran bisa kamu ungkap dan nama kamu dijaga baik-baik, Atmojo bukan orang yang mudah ngasih hukuman. Atmojo bukan orang tua yang kejam yang menindas anak-anaknya. “Untung banget.” Langit merasa lega bercampur dengan penasaran. “Tapi nyesal juga nggak bisa main-main sama Eyang.” Kekehan Senja terdengar. Langit menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pikir
Wanita yang kuat adalah ia yang pernah hancur, yang sesungguhnya rentan, yang banyak luka di hatinya, yang banyak beban di pundaknya, yang berlinang air mata di hatinya, yang sesungguhnya rapuh dan rentan jiwanya, namun ia bisa membuat tidak ada orang yang bisa melihatnya.Leora membaca kalimat di atas dan teringat akan maminya.Maminya—Barella Yudhistira—adalah wanita terkuat yang pernah Leora kenal. Di dunia ini, tidak ada mami sebaik maminya dan tidak ada sosok sahabat yang seperti maminya. Mengingat bahwa Leora terlalu sulit dalam menjalin hubungan dengan orang sekitarnya. Hebatnya lagi, baik mami mau pun papinya tidak memberi tekanan untuk dirinya mau berbaur.Katanya:“Senyamannya kamu. Kamu senang, kamu suka, dan kamu mau untuk menjalaninya. Maka lakukan. Tapi jika hanya membuat pikiranmu rungsing dan hatimu gelisah, tinggalkan. Setiap orang punya pilihan dan berhak untuk memilih.”Itu adalah pesan dari papinya.Sagitarius Yudantha adalah sosok lelaki tangguh dan jentelmen yang
Perempuan itu ibarat buku yang tebal, hanya lelaki sabar yang mampu membacanya sampai halaman berakhir.Dan laki-laki itu ibarat dosen yang memberikan revisi, memperbaiki kekurangan untuk menjadi lebih baik. Kata Papi Radit begitu. Langit pernah diberi nasihat yang demikian. Pernah bertanya apa maksudnya. Jawabnya, untuk berjaga-jaga di kemudian hari. Sekarang Langit paham maksudnya.Langit tidak bisa berkata apa-apa setelah teleponnya berakhir.Rumit, itu.Yang mana, memang benar adanya, bahwa hubungan paling rumit adalah hubungan yang kita miliki dengan diri kita sendiri. Karena kita tidak bisa pergi meninggalkan.Ada kalanya kita harus memaafkan setiap kesalahan.Kita harus bisa menerima setiap kekurangan.Kita harus menemukan cara untuk tetap mencintai diri kita sendiri, bahkan ketika kita merasa jijik dengan diri sendiri.Di tanya, bagaimana hubungannya dengan Arra, Langit tidak bisa memberikan respons apa-apa. Karena sejak saat mengenal Dinda dan merasakan asiknya bertukar pikir
Sepertinya Dinda akan memasak makanan rumahan. Yang mana memang sangat Langit rindukan. Itu dirinya lihat dari sayuran yang Dinda ambil seperti kangkung, bayam, kol, sawi hijau, sawi putih dan beberapa sayuran lainnya. Ada juga kawanan perdagingan mulai dari ayam, sapi serta perikanan. Yang cukup Langit senyumkan saja.Selama pindah ke Malang, jarang bagi Langit untuk memakan masakan hasil olahan sendiri alih-alih harus makan di luar. Yang menunya itu-itu saja dan belum tentu sehat.“Ke apartemen aku, nggak apa-apa?”Langit mengangguk dan setuju dengan ide makan malam di sana.“Kasih alamatnya.”“Ikutin arahan yang aku bilang. Oh, ya …” Dinda sedikit ingin tahu. “Nggak pulang ke Jakarta atau Bandung?”“Sudah. Aku ketemu Abang—““Pak Raja?” Dinda memotongnya. Langit mengangguk. “Daebak! Aku masih nggak percaya kalau kalian satu keluarga. Aku pikir cuma gosip.”“Gosip?” ulang Langit. Dinda mengangguk penuh semangat seperti anak kucing di beri ikan tuna. “Dari mana pemikiran kayak gitu k
"Rutin mengirimkan foto, pesan kebaikan, dan kenakalan yang pernah ia lakukan sejak dini ke alamat email tersebut. Beri email dan password ketika dia berulang tahun ke 17. Mungkin ini adalah hadiah terbaik untuk sang anak yang beranjak menuju dewasa.”Hmm … Leora sepertinya agak tertarik dengan ide ini. Yang mana sembari menunggu Raja selesai dalam rapatnya siang ini. Sudah terjadi di atas meja berbagai jenis lauk bersama pauknya. Ini kejutan karena Raja tidak memintanya. Dan Leora sedang gabut saja di rumah.“Kita gerecokin papi buat mau bikinin kamu akun email, oke.”Leora putar lagu di dalam salah satu playlistnya.Musiknya menyenangkan beserta isi lagunya yang menyentuh. Sesekali Leora ikut bersenandung sembari memejamkan kelopak matanya.Rasanya, jika Leora boleh jujur; tidak bisa di percayaMelihat dirinya di umur yang sudah matang dan membangun rumah tangga bahkan akan menjadi calon mami sebentar lagi. Leora benar-benar tidak bisa memercayai ini terjadi kepada dirinya.Raja ada
Raja tidak akan munafik kalau dirinya tidak pernah tertarik dengan perempuan lain.Raja juga tidak akan mengelak kalau saat ini dirinya sedang melakukan kebohongan yang akan membawa petaka besar ke kehidupan rumah tangganya kelak.Tapi di bandingkan harus segera keluar dari ruang rapat dan menemui Leora yang menunggunya di ruangannya. Raja lebih tergiur untuk bersama Renca.Yang dalam pandangan Raja, Renca amatlah cantik setelah sekian tahun tidak bertemu.Renca yang saat ini Raja pandangi adalah sosok paling mengagumkan yang tidak pernah berubah barang secuil pun meski tahun-tahun berlalu dan tidak ada kebersamaan di dalamnya.Pertanyaan Raja hanyalah: kenapa harus sekarang?Kenapa di saat Raja sudah memiliki Leora, kehidupan rumah tangganya sudah adem ayem, harus datang masa lalu yang tak pernah Raja duga-duga.“Jadi, apa kabarnya?”Raja bahkan bisa semerinding ini hanya dengan mendengar vokal Renca.Perempuan di hadapannya ini memang benar-benar masih mendominasi kehidupannya di sa
Hari-hari Ratu berjalan dengan normal. Pagi bekerja dan sore pulang ke rumah. Malamnya Ratu habiskan dengan segelas wine atau pergi ke diskotek sekadar melepas kegabutan.Sejak hadirnya Bala di hari itu, pikiran Ratu teralihkan sepenuhnya. Tidak ada yang Ratu ingat selain Bala dan pekerjaannya. Komunikasi yang keduanya jalin pun cukup intens.Bala setiap pagi sebelum berangkat kerja, selalu menelepon atau sekadar mengirim pesan untuk Ratu. Dan begitu sebaliknya dengan Ratu saat ada waktu luang.Tapi meski begitu, ada yang selalu mengganggu pikiran Ratu mengenai adiknya—Langit. Tentang bagaimana tindakan yang akan Langit ambil dan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Di antara itu semua, Ratu paling gemetar dengan respons Mami dan Papinya.Bukankah mereka akan langsung kecewa?Ratu tidak tahu alasan apa dan kenapa dirinya bisa segila itu melampiaskan semuanya kepada Langit. Perasaan emosi sesaat yang dirinya alami justru membuat Langit terbawa suasana. Ratu benar-benar murni ingin
Setiap orang terlahir dengan kepribadian masing-masing. Mereka punya cara untuk menyembunyikan sisi lain yang ada dalam dirinya dan alter ego yang tidak semua orang ketahui. Laraja Putra Anggoro juga sama. terlahir normal dan sempurna dari keluarga cemara yang setiap anak idamkan. Raja menjadi Kakak pertama dan sebagai panutan untuk kedua adiknya, dianggap berhasil oleh orang-orang yang melihatnya. Dilingkungan dirinya tumbuh, tidak ada yang tidak mengagumi bibit Radit dan Senja ini. Semua orang ingin memiliki Raja dan Ibu-ibu yang berteman dengan Senja ingin menjadikan Raja menantunya. "Itu pilihannya. Saya nggak bisa mengatur hidup Raja dan adik-adiknya. Apa pun yang mereka sukai dan pilih, ketika dibawa ke hadapan saya dan keluarga, artinya telah melewati keputusan panjang yang dipikirkan secara matang."Jawaban Senja dari dulu nggak pernah berubah. Selalu begitu sehingga Ibu-ibu yang tidak mengenal siapa Senja Atmojo sebenarnya, pasti akan merasa kecewa dan banyak di antara mere
Langit tiba di Jakarta. Membawa Dinda dan anaknya. Meski Dinda terlihat ragu dan takut dalam langkahnya meninggalkan pelataran bandara, tapi Langit meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dinda percaya Langit, sepenuhnya tanpa rasa ragu.Yang jadi masalah adalah diri Dinda sendiri. Apakah Dinda orang yang tepat untuk Langit? Apakah semesta mau menerima hubungan mereka sedangkan Dinda banyak luka di masa lalu. Apakah mereka pantas untuk bersama? Semua pertanyaan itu terus berputar di kepala Dinda dan belum ditemukan jawaban yang tepat."Kalau kamu ragu sama diri kamu sendiri, seenggaknya kamu lihat aku, Din." Langit genggam tangan Dinda saat masuk ke dalam mobil. "Ada aku yang mau sama kamu dan cukup kuatkan aku kalau kamu bakal selalu ada di samping aku. Kalau kamu ragu tapi pergi yang kesusahan itu aku, Din. Jadi, bisa, 'kan jangan ragukan perasaanku buat kamu?"Setulus itu Langit dalam mencintai Dinda dan nggak ada yang bisa Langit lakukan kalau Dinda nggak ada di sampingnya.
Kalau di kasih pilihan, semua orang di muka bumi ini maunya punya kisah yang bagus. Nggak ada satu pun di antara mereka yang mau kisahnya berakhir tragis. Jangankan tragis, putus dan berpisah dari orang yang selalu ada bareng kita di setiap harinya aja dunia udah runtuh. Apalagi dipisahkan dengan maut. Jadi kalau ada pilihan bagus buat berakhir indah maka jawabannya adalah ya.Tapi yang namanya takdir siapa yang tahu, sih? Jalannya aja udah nggak ketebak. Itu rahasia Tuhan dan selalu jadi misteri. Manusia itu cuma bidak-bidak dalam permainan catur. Dari awal bermain sampai akhirnya di mana Tuhan yang jadi penentunya. Jadi jangan terlalu sombong ketika mendapatkan sesuatu yang lebih."Kok ada, sih orang kayak gitu?" tanya Ratu kepada Ratu yang baru selesai bercerita. "Padahal mbak udah sebaik ini dan ngasih banyak fasilitas buat dia. Tapi kenapa balesannya bikin geleng-geleng kepala, sih?"Leora nggak mau ambil pusing soal karyawan yang membawa kabur uangnya. Leora cuma kecewa kenapa n
Langit sadar, yang paling mengerti tentang diri kita adalah diri sendiri. Namun begitu Langit juga tahu ada Dinda yang selalu memahami dirinya tanpa diminta dan diberi penjelasan secara gamblang. Dinda lebih dewasa dari yang Langit kira. Selain statusnya yang janda, Dinda sudah ditimpa banyak masalah dalam hidupnya. Jadi wajar kalau wanita satu anak itu telah mengambik banyak pelajaran dari perjalanan di hidupnya."Ngapain?" tanya Dinda saat melihat Langit berdiri di depan pintu masuk apartemennya. "Kamu mau bikin suasana makin kacau?"Hari masih pagi. Mentari belum sepenuhnya menyinari bumi. Udara pagi hari di Malang segar dan sejuk. Yang bisa Langit lakukan hanyalah menunduk dan menggelengkan kepalanya atas tanya yang Dinda ajukan. Baru setelah beberapa menit dan menarik napasnya dalam-dalam, Langit memberanikan diri menautkan matanya pada Dinda."Aku udah biasa," kata Langit yang dibalas kerutan dahi oleh Dinda. "Tapi kali ini aku menolak menerimanya."Dinda makin nggak ngerti ke m
"Sebenarnya aku punya banyak ketakutan," aku Leora malam itu pada Raja yang sedang membaca beberapa berkas kantor. Helaan napas Leora yang berat dan diembuskan dengan kasar membuat Raja paham jika istrinya sedang tidak baik-baik saja. Ada yang Leora rasakan dan hendak dibagi pada Raja. Maka menutup berkas dan sepenuhnya memfokuskan diri pada Leora segera Raja lakukan."Tentang apa?" balas Raja bertanya. Raja larikan jarinya ke kepala Leora dan mengusap rambutnya yang halus. "Kamu bisa memulainya dari hal yang paling ringan sampai nanti menemukan jawaban ketakutan apa yang membuatmu gelisah."Leora menoleh dengan senyum. Wajahnya ayu nan teduh. Sehingga siapa pun yang memandangnya akan suka dan terbuai. Raja tatapi dalam-dalam netra gelap Leora yang cerah."Banyak. Terlalu banyak sampai aku nggak bisa ngungkapin perasaan apa yang aku rasain. Aneh, 'kan istrimu ini?" kekeh Leora setelah menilai dirinya sendiri."Anggap aja itu kelebihanmu. Kalau kamu nggak unik, kita nggak ada terjebak
Dalam hidup apa benar-benar ada yang namanya akhir bahagia?Kalau pertanyaan itu ditujukan pada Langit, maka mulutnya akan terkunci rapat. Langit aja belum sepenuhnya mengerti tentang arti hidup kok malah ditanya soal kebahagiaan. Langit walaupun umurnya sudah terbilang matang buat nikah, ternyata nikah juga nggak segampang balikin tangan atau kayak yang orang lain lakukan. Mereka menikah setelah ketemu dan menjalani hubungan dengan orang yang menurutnya tepat. Lah Langit? Mubeng dulu kayak bianglala."Jadi kapan mau bawa Dinda ketemu mami sama papi, Lang?" Radit Anggoro semakin berumur semakin berkharisma. Aura kewibawaan bapak tiga anak itu terlihat dengan jelas. Langit yang ditanya kayak gitu cuma bisa nelen nasi dan ayamnya bulat-bulat. Untung nggak kesedak."Kalau udah di rasa siap, pi," jawaban Langit bukan jawaban tegas yang mau di dengar Radit. "Papi sendiri belum ngasih restu," lanjutannya bikin Radit diam. Langit ada benarnya juga."Kamu udah izin waktu itu. Papi izinin."
Hidup Raja ya begitu-begitu saja. Nggak ada yang istimewa atau yang wajib dikepoi sama semua orang. Walau sebagai seorang suami bersikap hangat, Raja tetaplah Raja yang dingin dengan orang luar. Nggak pandang bulu siapa orangnya. Yang nggak Raja kenal atau terlalu akrab, Raja nggak mau terlalu banyak terlibat. Say hai saja sudah cukup. Selebihnya jalani kehidupan masing-masing tanpa saling merepotkan."Mami sama papi jadi dateng, Ra?" Raja bertanya pada Leora yang sedang menyiapkan kopinya. "Pasti rempong, deh."Raja duduk di kursinya dengan kedua tangan membuka koran paginya. Bukan asal Raja ngomong. Semua orang yang bekerja di rumahnya juga tahu gimana mami dan papinya kalau datang ke rumahnya. "Namanya juga orang tua ke anak, wajar," jawab Leora sambil meletakkan kopi dihadapan Raja. "Kamu kenapa sensi banget tiap mami sama papi ke sini? Nggak seneng orang tua kamu datang berkunjung? Kenapa nggak kamu aja yang pulang ke rumah mami papi?"Nah, salah satu keribetan yang Raja miliki
Tolok ukur kebahagiaan seseorang itu gimana, sih?Pertanyaan semacam itu kerap mampir ke benak Dewa. Termasuk hari ini saat dirinya akan menjemput Ratu untuk makan siang bersama. Dewa juga manusia biasa. Punya rasa penasaran dan keingintahuannya sering membludak. Kayak misalnya: Ratu bahagia nggak, ya sama aku? Ratu udah ngerasa cukup belum, ya sama aku? Aku ini pilihan yang Ratu mau atau cuma sekadar alat menutupi rasa cintanya kepada Langit dan masih banyak lagi. Misal diluapkan dalam sebuah obrolan, Dewa yakin sehari semalam nggak bakal kelar. Lawan bicaranya butuh waktu berhari-hari buat memecahkan masalah ini dan mencari tahu jawabannya. Belum lagi meyakinkan Dewa kalau itu cuma rasa takutnya aja yang sedang menyelimuti."Jadi orang pemikir emang nggak enak banget!" gerutu Dewa kepada dirinya sendiri yang sedang menyetir di tengah kepadatan kendaraan lain siang itu. "Udah sejauh ini kok gue bisa mikir Ratu bahagia apa enggak? Kalau orangnya denger bisa melayang ini kepala gue."
Kalau wanita bisa patah hati, pria juga bisa bahkan bisa lebih hancur berkeping-keping lebih daripada wanita. Cinta pria itu nyata tulusnya walaupun banyak mulut-mulut bajingan di luar sana yang jual omongan. Bukan berarti semua pria berengsek dan bernilai sama. Ada istilah soal high value women maka pria juga punya harga yang sama untuk dirinya sendiri. Nggak cuma wanita doang yang punya nilai. Sayangnya ketutup sama para bajingan yang demen nyakitin wanita. Langit cuma tersenyum kecil mendengar curahan hatinya sang asisten. Nggak aneh kok kalau Yudha senang ngomel sana sini soal asmaranya. Padahal Langit juga butuh di say hallo untuk hari-harinya. Tapi buat apa, sih? Langit bukan remaja yang baru jatuh cinta kok. Langit sadar soal nilai yang ada di dalam dirinya. Itu semua nggak lepas dari didikan kedua orang tuanya."Hidup kenapa harus ada plot twistnya, sih?" Yudha bertanya setelah mondar-mandir kayak setrikaan panas. "Gue mau heran tapi nggak siap juga dengar jawaban: hidup ema
"Menurut kamu Tuhan itu baik nggak?" tanya Ratu pada Dewa yang bersiap untuk terlelap. "Kadang aku pengen marah sama Tuhan," sambung Ratu tanpa berkedip menatap ke depan.Malam sudah larut. Di usir dari apartemen Langit, Ratu dan Dewa nggak gagal pesta. Mereka minum wine sendiri di rumahnya dengan alunan musik lembut dan dansa ala kadarnya. Mereka tertawa bersama dan sesekali terbahak-bahak. Sekarang waktunya bagi mereka berbagi kisah untuk hari ini. Padahal mereka satu kantor, cuma beda ruangan. Tapi beban hari ini tetap jadi topik saat mau tidur."Bagiku Tuhan itu baik. Kenapa?" Dewa pandangi wajah istrinya yang ayu natural tanpa polesan make up. Memang dasarnya Ratu ini cantik dan anggun. Bermake up atau tidak, dasarnya ayu tetaplah ayu. "Kamu pasti punya alasan kenapa marah sama Tuhan."Ratu menarik napasnya dalam-dalam. Mengembuskan perlahan dan tersenyum kecil."Aku pernah punya rencana. Konyolnya aku selalu yakin kalau setiap rencana yang aku susun bakal berhasil. Aku selalu pe