Home / Pernikahan / Terjebak Pernikahan Sang Pewaris / Bab 5: Rencana di Balik Layar

Share

Bab 5: Rencana di Balik Layar

Author: Mautenta
last update Last Updated: 2024-12-01 22:08:07

Saskia memutar ulang rekaman CCTV yang ia dapati dari hasil penyelidikan anak buahnya, di laptopnya. Dia memperhatikan setiap gerakan Arga saat mengejar Arini di jalan.

Senyumnya tipis, sambil menggigit-gigit ujung kukunya, mata Saskia terlihat menyipit penuh kalkulasi. Di layar, terlihat jelas bagaimana Arga terpancing emosi saat melihat Arini bersama pria lain.

“Dia masih peduli,” Saskia berbisik, suaranya lembut namun penuh racun. “Dia menyukai wanita itu," gumamnya lagi.

Perasaannya panas, seolah terbakar cemburu. Namun melihat keadaan ini, Saskia terbesit rencana serius. "Setidaknya dengan begini aku punya kendali," ucapnya penuh keyakinan.

Di belakangnya, seorang pria bertubuh kekar berdiri menunggu instruksi. Pria itu adalah tangan kanan Saskia yang biasa menangani pekerjaan kotor.

“Kita harus mempercepat langkah. Aku ingin Arini tahu bahwa dia tidak bisa bersembunyi selamanya. Lacak semua gerakannya, tapi jangan bertindak sampai aku bilang. Ah, bukankah aku menyuruhmu mendapatkan nomor teleponnya? Apa sudah kamu dapatkan?"

"Belum, Nona."

"Ash! Kalian ini bisa kerja tidak?!" Saskia mengamuk.

"Tapi kami sudah melacak nomor kendaraan yang ditumpangi mereka. Dari CCTV kota, kami sudah mendapatkan titik lokasi tujuan akhir mobil itu. Sepertinya itu adalah apartemen tempat mereka tinggal."

Saskia memejamkan mata sejenak, dia tak jadi mengamuk dan berbalik merasa puas. “Bagus. Kita biarkan saja dulu. Biarkan dia merasa nyaman di sana, dan berpikir bahwa dia baik-baik saja. Selebihnya, biar aku yang atur. Kamu punya anak kan?”

Pria ini sempat bingung, namun enggan bertanya lebih lanjut. Dia tahu Saskia selalu punya rencana tersendiri.

Tak ingin anaknya terlibat dalam permainan Saskia, pria ini pun langsung memberikan pendapatnya. “Ada anak yang kukenal, dan dia pandai berakting. Apa Anda memerlukannya, Nona?” ucap pria ini memahami maksud majikannya.

“Sip! Kalau gitu, kita temui anak itu, dan kita akan langsung mulai rencananya,” ujar Saskia dengan senyuman bahagia.

***

Di Apartemen Raka mendapatkan panggilan yang membuatnya harus meninggalkan Arini. “Ingat ya, Rin, jangan keluar sendirian. Kalau ada apa-apa atau butuh apa, bilang. Biar aku atur nanti,” ucapnya dengan nada khawatir.

“Iya, kamu tenang aja. Aku bukan anak kecil. Udah sana pergi,” balas Arini lembut.

Arga pun akhirnya pergi dengan terpaksa. Arini menghela nafas. Rasanya begitu sesak. Apalagi mengingat pertemuannya dengan Arga tadi. Ingin menangis, namun Arini merasa harus tetap kuat.

Berusaha untuk menghilangkan kesedihannya, Arini memilih untuk bersih-bersih apartemen ini. Tidak terlalu kotor, tapi yang penting Arini bisa membuang waktu dan tenaganya untuk melupakan masalah sejenak.

Arini sengaja keluar dari unitnya dan turun dari apartemen ini untuk membuang sampah. Hal ini juga ia gunakan untuk menghirup udara segar sejenak.

Saat berada di luar apartemen, setelah membuang sampah, tiba-tiba saja ada anak kecil yang menangis sambil berjalan mendekatinya. Arini yang melihat anak tersebut langsung menghampiri.

“Ada apa, Nak? Kenapa nangis?” tanyanya lembut dengan wajah terlihat sedikit panik.

“Aku terpisah dari Mamaku, Tante. Tadi Mamaku lagi telpon, aku mampir di toko mainan. Pas sadar, Mamaku udah gak ada. Huhuhuhu…” Anak itu masih saja menangis sambil menceritakan kejadiannya.

Arini jelas bingung. Dia celingukan melihat sekitar, tapi terlalu sepi. Ingin mengajak anak ini ke kantor polisi, tapi Arini juga tidak tahu di mana arahnya. Dengan kesadaran penuh, Arini pun berusaha menawarkan bantuannya.

“Apa kamu ingat nama lengkap Mamamu? Atau… alamat rumahmu?” Arini berniat mengantarkan anak ini kembali.

Anak itu terdiam, lalu memandangi Arini lekat-lekat. “Tante… boleh gak, aku pinjem handphone nya? Aku mau telpon Mamaku, buat jemput aku.”

Mendengar jawaban dari anak kecil, Arini tanpa pikir panjang langsung mengeluarkan ponsel yang baru saja diberikan Raka padanya. “Boleh, nih. Berapa nomornya? Biar tante bantu,” ucapnya ramah.

“Aku aja, Tante. Aku bisa. Makasih banyak, ya, Tante cantik,” jawab anak itu membalas keramahan Arini.

Arini mengangguk dan memberikan ponselnya pada anak itu. Anak kecil tersebut kemudian menekan nomor telepon dari kertas kecil yang dia bawa. Telpon pun tersambung. “Halo, Ma. Ini aku. Mama di mana? Ini aku lagi pinjem hape tante cantik dekat apartemen,” ujar anak ini dengan wajah masih nampak sedih.

Saskia tersenyum dengan salah satu alis terangkat. “Bagus! Aktingmu benar-benar bagus. Aku akan memberikanmu hadiah lebih. Sekarang kamu bisa kembali. Tunggu saja di toko mainan, nanti kamu akan dijemput pengawalku.” Panggilan pun langsung diakhiri.

Nyatanya, Saskia memang sudah mengatur semua ini. Dia merencanakan pertemuan anak kecil itu dengan Arini. Bahkan dia dari tadi sudah mengawasi mereka dari dalam mobil yang terparkir di area apartemen. Saskia tidak menduga, jika rencananya akan semudah ini, seolah semesta sedang mendukungnya.

Anak itu mengembalikan ponsel Arini. “Ini Tante. Kata Mama aku, nanti aku dijemput Pak Sopir. Jadi aku disuruh nunggu di toko mainan tadi. Kalau gitu, aku pergi dulu, ya, Tante. Terima kasih atas bantuannya,” ucapnya dan langsung berbalik arah berlari kencang meninggalkan Arini.

“Eh? Tunggu dulu! Kamu yakin gak mau dianter?” teriak Arini.

“Gak usah, Tante. Aku bisa sendiri. Bye, Tante cantik!” sahut anak itu yang melanjutkan larinya.

Arini tersenyum. Dia gemas sekali dengan anak kecil itu. Sudah lama dia mendambakan anak di rahimnya. Tapi sayang, keluarga Wiratama tidak mengijinkannya punya anak dari benih mereka.

Beberapa kali Arini sempat hampir hamil, tapi Nadira–mertuanya, selalu membuatnya keguguran. Baik karena makanan, ataupun karena stres yang membuat Arini harus kehilangan anak di rahimnya.

Arini menggeleng, mencoba mengusir kesedihan yang terlintas di benaknya. “Itu udah lewat. Lupakan hal itu, Arini,” gumamnya menghibur diri.

Merasa udara semakin dingin menusuk tulang, Arini memutuskan kembali masuk ke dalam apartemen. Dia mencuci tangan, dan mengambil minuman dalam gelasnya.

Baru saja Arini melangkah ingin bersantai duduk di sofa, tiba-tiba getaran ponselnya menghentikannya. Arini yang masih berdiri langsung mengecek pesan yang baru saja masuk dari nomor yang tidak dikenal.

[Nikmati kebebasanmu selagi bisa. Setelah ini, akan kupastikan kamu pergi selama-lamanya, dan tidak akan mengacaukan hidup Arga Wiratama lagi.]

PYAR!

Gelas yang dibawa Arini jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping. Sebagian serpihannya melukai kaki Arini, tapi wanita itu tak merasakan sakitnya. Arini lebih terkejut dengan pesan yang diterimanya barusan. Jantungnya berdegup kencang. Tangannya pun jadi gemetaran.

“A-apa maksudnya ini? Si-siapa… yang mengirim pesan ini?” gumamnya penuh ketakutan.

***

Arga kini kembali berada di tengah makan malam keluarganya dan juga keluarga Saskia. Wajahnya masih terlihat frustasi, suram, tidak ada kebahagiaan sama sekali. Berbeda jauh dengan anggota keluarga yang lain, mereka semua nampak tersenyum dan tertawa, saling berbalas candaan.

Menyadari jika Saskia belum hadir dalam makan malam ini, dan ingat akan obrolan mereka terakhir kali, Arga langsung menghubungi calon pengantinnya. Dia takut Saskia bertindak macam-macam.

Namun baru saja nomornya terhubung, tiba-tiba Saskia memasuki ruangan VIP ini.

“Kenapa Sayang? Tumben telpon aku?” Saskia berjalan mendekati Arga sambil menggoyangkan ponselnya. Dia lalu duduk dan mengecup pipi pria ini, sambil tersenyum ramah. “Udah kangen, ya?”

Arga tidak menjawab. Dia merasa canggung.

“Duh, Mantu kesayanganku ini bisa aja. Ya jelas dong, Arga kangen. Kamu nggak lihat apa? Dari tadi dia cemberut gara-gara kamu belum dateng,” sahut Nadira menanggapi ucapan Saskia.

Demi menghormati calon mertuanya, Saskia pun pura-pura tertawa geli. Padahal dalam hatinya dia tahu, jika Arga sama sekali tidak merindukannya.

“Gimana kalau pernikahannya diajukan aja? Soalnya aku udah pengen tinggal bareng sama Arga,” ucap Saskia manja.

Mendengar hal ini, Arga langsung menoleh dengan tatapan tajam. Namun ia berusaha menahan diri. “Sabar. Ada urusan kantor yang harus aku selesaikan. Lagi pula, undangan sudah disebar. Jika diajukan, yang ada tamu-tamu malah gak bisa hadir. Mereka orang penting semua kan?” Arga berusaha mencairkan suasana, dia tak ingin Saskia mendominasi.

Orang tua mereka pun setuju dengan ucapan Arga barusan. Orang tua Saskia bahkan sempat meminta maaf atas ucapan anaknya yang dianggap terlalu agresif. Arga hanya bisa tersenyum dan pura-pura memakluminya.

Lama kelamaan mereka semua larut dalam obrolan basa-basi, sambil tetap membicarakan tentang pernikahan yang akan berlangsung dalam waktu dekat.

"Aku pamit ke kamar mandi dulu ya," ucap Saskia pamit. Dia lalu keluar dari ruangan sambil membawa tas kecilnya.

Arga yang ingin bicara dengannya pun mengikuti dari belakang. Namun ketika melihat Saskia hendak menelepon seseorang, Arga menghentikan langkahnya. Dia memberi kesempatan Saskia untuk menelpon, dan milih untuk menunggu.

Tapi, nyatanya Arga tak sengaja mendengar hal yang membuatnya terkejut.

“Jadi apartemen itu milik Raka Adiputra? Hmm… baguslah kalau wanita itu tinggal bersama dia. Setidaknya, aku gak perlu bertindak lebih buat mengancamnya,” ucap Saskia menanggapi penelponnya.

Arga mengerutkan keningnya. “Raka Adiputra?” gumamnya pelan.

Arga mengingat-ingat kembali pemilik nama itu. Bayangan layar ponsel Arini saat terakhir bertengkar dengannya pun terlintas sekilas dengan nama tersebut. Pria yang memukulnya saat bertemu dengan Arini pun kembali muncul dengan jelas. Ingatan Arga terus berputar ke masa lalu, ketika Arini sempat hampir mengenalkannya dengan seorang teman dekat bernama Raka, hingga berakhir amarah yang membuat Arga menyuruh Arini untuk lost contact dengan temannya itu.

Menyadari hubungan Raka Adiputra dengan Arini, Arga dengan penuh emosi langsung menghampiri Saskia sambil menarik tangan wanita ini dengan kasar, hingga berbalik menghandapnya.

“Di mana apartemennya?”

Bersambung…

Related chapters

  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 1: Malam yang Mengubah Segalanya

    “Arini, kamu itu gak tau diri banget, sih! Harusnya kamu gak pernah ada di sini! Kalau bukan karena Arga yang baik hati sama kamu, kamu udah ditendang keluar dari rumah ini!” Kata-kata Nadira, ibu mertua Arini, menggema di benaknya seperti hantaman palu yang memecah beling. Arini terdiam, duduk di tepi ranjang, menggenggam undangan pernikahan yang baru saja dia temukan dengan tangan gemetar. Matanya terpaku pada tulisan indah berwarna emas yang tertera di sana: Arga Wiratama & Saskia Ramadhani. Tangan Arini mengusap lembut nama itu, seolah berharap semua ini hanyalah ilusi. Namun, kenyataan begitu kejam. Nama suaminya kini berdampingan dengan wanita lain, seperti sebuah mimpi buruk yang sulit dihindari. Dadanya sesak, seakan udara yang mengelilinginya menipis. “Padahal aku udah kasih yang terbaik…” gumamnya pelan. Bibirnya bergetar. “Tapi kenapa mereka masih aja begini…” Pikiran Arini berputar pada semua momen pahit yang telah ia lalui. Sejak awal pernikahan mereka, keluarga A

    Last Updated : 2024-12-01
  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 2: Melawan Ego

    Raka kemudian turun dan menghampiri Arini. “Udah aku duga bakal kayak gini. Lebih baik kamu masuk mobil dulu, aku bakal jelasin semuanya. Ada hal yang perlu kamu tahu, tentang suamimu dan keluarganya.” Raka Adiputra. Dia tampak berbeda, lebih dewasa, dengan tatapan yang penuh urgensi. Mata mereka bertemu, dan dalam sekejap, Arini merasakan denyut jantungnya berdetak lebih cepat. Jelas Arini terkejut ketika mendapati teman yang sempat dekat dengannya tiba-tiba muncul di hadapannya setelah lama tak berjumpa. Namun menyadari ucapan pria ini barusan, Arini jelas merasa penasaran. “Tunggu dulu. Apa maksudmu? Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Arini, dengan wajah yang terlihat begitu bingung. Raka menatap Arini, ekspresinya serius, bahkan sedikit khawatir. “Sebaiknya masuk ke dalam mobil dulu. Kita bicara di dalam.” Belum sempat Arini melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja kepalanya terasa begitu pusing. Telinganya berdengung, nyaring, seolah gendang telinganya tertusuk, nyaris memb

    Last Updated : 2024-12-01
  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 3: Langkah Menuju Kebebasan

    Pagi menjelang, dan Arini masih duduk di sisi tempat tidur, menggenggam dokumen yang semalam membuatnya terjaga. Ia tahu, keputusan harus diambil. Dunia yang selama ini ia pikir aman dan penuh cinta, ternyata hanyalah bayangan dari realita yang penuh manipulasi. "Rin," suara Raka memecah kesunyian, membawakan secangkir kopi. "Kamu gak perlu bertahan di sana kalau itu hanya menyakitimu. Pernikahan itu..." ia ragu sejenak, lalu melanjutkan, "gak seharusnya bikin kamu menderita." Arini menghela napas dalam. Pandangannya tetap pada jendela besar, menatap kota yang perlahan mulai hidup. "Aku tahu. Tapi Arga… Dia mencintaiku…” Rasanya masih berat jika harus benar-benar meninggalkan suaminya. Raka tersenyum tipis, menaruh cangkir kopi di meja. “Arga bahkan sadar dan tau tentang pernikahan ini. Dia hanya egois, mengurungmu untuk tetap disisinya. Padahal dia juga harus menikahi wanita lain. Bukankah, kamu… selama ini gak bahagia?” Raka berusaha hati-hati tapi tetap ingin menyadarkan Arin

    Last Updated : 2024-12-01
  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 4: Bayang-Bayang Saskia

    Arini duduk di sofa apartemen milik Raka yang kini menjadi tempat persembunyiannya. Matanya terus terpaku pada jendela, melihat pemandangan kota yang hiruk-pikuk, tetapi pikirannya penuh dengan bayangan Saskia. Wanita itu tidak hanya sekedar calon pasangan bisnis Arga, tetapi nyatanya bisa menjadi ancaman nyata bagi dirinya. "Rin, kamu baik-baik saja?" suara Raka membuyarkan lamunannya. Arini menoleh, mencoba tersenyum meski jelas terlihat lelah. "Aku baik," jawabnya singkat. Raka duduk di sebelahnya, memberikan segelas air. "Aku tahu kamu kepikiran soal tadi. Maaf, tapi aku gak bisa membiarkan Saskia tau tentangmu.” Arini menggenggam gelas itu erat. "Aku paham maksudmu, Raka. Tapi Arga… dia mungkin akan mencariku sampai dia menemukanku. Dan Saskia… aku gak tahu apa yang bakal dia lakukan. Pasti dia penasaran dengan kejadian tadi, apalagi dengan sikap Arga yang seperti itu.” Raka menepuk pundak Arini pelan. "Kamu tenang aja. Aku sudah meminta bantuan beberapa orang untuk menjaga

    Last Updated : 2024-12-01

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 5: Rencana di Balik Layar

    Saskia memutar ulang rekaman CCTV yang ia dapati dari hasil penyelidikan anak buahnya, di laptopnya. Dia memperhatikan setiap gerakan Arga saat mengejar Arini di jalan. Senyumnya tipis, sambil menggigit-gigit ujung kukunya, mata Saskia terlihat menyipit penuh kalkulasi. Di layar, terlihat jelas bagaimana Arga terpancing emosi saat melihat Arini bersama pria lain. “Dia masih peduli,” Saskia berbisik, suaranya lembut namun penuh racun. “Dia menyukai wanita itu," gumamnya lagi.Perasaannya panas, seolah terbakar cemburu. Namun melihat keadaan ini, Saskia terbesit rencana serius. "Setidaknya dengan begini aku punya kendali," ucapnya penuh keyakinan. Di belakangnya, seorang pria bertubuh kekar berdiri menunggu instruksi. Pria itu adalah tangan kanan Saskia yang biasa menangani pekerjaan kotor. “Kita harus mempercepat langkah. Aku ingin Arini tahu bahwa dia tidak bisa bersembunyi selamanya. Lacak semua gerakannya, tapi jangan bertindak sampai aku bilang. Ah, bukankah aku menyuruhmu mend

  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 4: Bayang-Bayang Saskia

    Arini duduk di sofa apartemen milik Raka yang kini menjadi tempat persembunyiannya. Matanya terus terpaku pada jendela, melihat pemandangan kota yang hiruk-pikuk, tetapi pikirannya penuh dengan bayangan Saskia. Wanita itu tidak hanya sekedar calon pasangan bisnis Arga, tetapi nyatanya bisa menjadi ancaman nyata bagi dirinya. "Rin, kamu baik-baik saja?" suara Raka membuyarkan lamunannya. Arini menoleh, mencoba tersenyum meski jelas terlihat lelah. "Aku baik," jawabnya singkat. Raka duduk di sebelahnya, memberikan segelas air. "Aku tahu kamu kepikiran soal tadi. Maaf, tapi aku gak bisa membiarkan Saskia tau tentangmu.” Arini menggenggam gelas itu erat. "Aku paham maksudmu, Raka. Tapi Arga… dia mungkin akan mencariku sampai dia menemukanku. Dan Saskia… aku gak tahu apa yang bakal dia lakukan. Pasti dia penasaran dengan kejadian tadi, apalagi dengan sikap Arga yang seperti itu.” Raka menepuk pundak Arini pelan. "Kamu tenang aja. Aku sudah meminta bantuan beberapa orang untuk menjaga

  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 3: Langkah Menuju Kebebasan

    Pagi menjelang, dan Arini masih duduk di sisi tempat tidur, menggenggam dokumen yang semalam membuatnya terjaga. Ia tahu, keputusan harus diambil. Dunia yang selama ini ia pikir aman dan penuh cinta, ternyata hanyalah bayangan dari realita yang penuh manipulasi. "Rin," suara Raka memecah kesunyian, membawakan secangkir kopi. "Kamu gak perlu bertahan di sana kalau itu hanya menyakitimu. Pernikahan itu..." ia ragu sejenak, lalu melanjutkan, "gak seharusnya bikin kamu menderita." Arini menghela napas dalam. Pandangannya tetap pada jendela besar, menatap kota yang perlahan mulai hidup. "Aku tahu. Tapi Arga… Dia mencintaiku…” Rasanya masih berat jika harus benar-benar meninggalkan suaminya. Raka tersenyum tipis, menaruh cangkir kopi di meja. “Arga bahkan sadar dan tau tentang pernikahan ini. Dia hanya egois, mengurungmu untuk tetap disisinya. Padahal dia juga harus menikahi wanita lain. Bukankah, kamu… selama ini gak bahagia?” Raka berusaha hati-hati tapi tetap ingin menyadarkan Arin

  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 2: Melawan Ego

    Raka kemudian turun dan menghampiri Arini. “Udah aku duga bakal kayak gini. Lebih baik kamu masuk mobil dulu, aku bakal jelasin semuanya. Ada hal yang perlu kamu tahu, tentang suamimu dan keluarganya.” Raka Adiputra. Dia tampak berbeda, lebih dewasa, dengan tatapan yang penuh urgensi. Mata mereka bertemu, dan dalam sekejap, Arini merasakan denyut jantungnya berdetak lebih cepat. Jelas Arini terkejut ketika mendapati teman yang sempat dekat dengannya tiba-tiba muncul di hadapannya setelah lama tak berjumpa. Namun menyadari ucapan pria ini barusan, Arini jelas merasa penasaran. “Tunggu dulu. Apa maksudmu? Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Arini, dengan wajah yang terlihat begitu bingung. Raka menatap Arini, ekspresinya serius, bahkan sedikit khawatir. “Sebaiknya masuk ke dalam mobil dulu. Kita bicara di dalam.” Belum sempat Arini melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja kepalanya terasa begitu pusing. Telinganya berdengung, nyaring, seolah gendang telinganya tertusuk, nyaris memb

  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 1: Malam yang Mengubah Segalanya

    “Arini, kamu itu gak tau diri banget, sih! Harusnya kamu gak pernah ada di sini! Kalau bukan karena Arga yang baik hati sama kamu, kamu udah ditendang keluar dari rumah ini!” Kata-kata Nadira, ibu mertua Arini, menggema di benaknya seperti hantaman palu yang memecah beling. Arini terdiam, duduk di tepi ranjang, menggenggam undangan pernikahan yang baru saja dia temukan dengan tangan gemetar. Matanya terpaku pada tulisan indah berwarna emas yang tertera di sana: Arga Wiratama & Saskia Ramadhani. Tangan Arini mengusap lembut nama itu, seolah berharap semua ini hanyalah ilusi. Namun, kenyataan begitu kejam. Nama suaminya kini berdampingan dengan wanita lain, seperti sebuah mimpi buruk yang sulit dihindari. Dadanya sesak, seakan udara yang mengelilinginya menipis. “Padahal aku udah kasih yang terbaik…” gumamnya pelan. Bibirnya bergetar. “Tapi kenapa mereka masih aja begini…” Pikiran Arini berputar pada semua momen pahit yang telah ia lalui. Sejak awal pernikahan mereka, keluarga A

DMCA.com Protection Status