Beranda / Pernikahan / Terjebak Pernikahan Sang Pewaris / Bab 1: Malam yang Mengubah Segalanya

Share

Terjebak Pernikahan Sang Pewaris
Terjebak Pernikahan Sang Pewaris
Penulis: Mautenta

Bab 1: Malam yang Mengubah Segalanya

Penulis: Mautenta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-01 21:53:27

“Arini, kamu itu gak tau diri banget, sih! Harusnya kamu gak pernah ada di sini! Kalau bukan karena Arga yang baik hati sama kamu, kamu udah ditendang keluar dari rumah ini!”

Kata-kata Nadira, ibu mertua Arini, menggema di benaknya seperti hantaman palu yang memecah beling. Arini terdiam, duduk di tepi ranjang, menggenggam undangan pernikahan yang baru saja dia temukan dengan tangan gemetar. Matanya terpaku pada tulisan indah berwarna emas yang tertera di sana: Arga Wiratama & Saskia Ramadhani.

Tangan Arini mengusap lembut nama itu, seolah berharap semua ini hanyalah ilusi. Namun, kenyataan begitu kejam. Nama suaminya kini berdampingan dengan wanita lain, seperti sebuah mimpi buruk yang sulit dihindari. Dadanya sesak, seakan udara yang mengelilinginya menipis.

“Padahal aku udah kasih yang terbaik…” gumamnya pelan. Bibirnya bergetar. “Tapi kenapa mereka masih aja begini…”

Pikiran Arini berputar pada semua momen pahit yang telah ia lalui. Sejak awal pernikahan mereka, keluarga Arga tidak pernah menerima kehadirannya. Ia adalah anak seorang pegawai biasa, seorang wanita yang dianggap tak layak bersanding dengan putra mahkota keluarga Wiratama.

Arini menghela napas dalam, mencoba mengusir rasa sakit yang menggerogoti hatinya. Namun, sebelum ia sempat membiarkan air matanya jatuh, pintu kamar terbuka lebar.

“Kita perlu bicara,” suara Arga terdengar dalam dan tegas.

Arini mendongak, menatap pria yang berdiri di ambang pintu itu. Kemeja Arga kusut, dasinya longgar, dan wajahnya terlihat letih. Namun tatapannya tetap tajam, penuh tekanan.

Arini berusaha menahan tangis. Dia tertawa sinis. “Bicara? Tentang apa? Tentang ini?” Arini mengangkat undangan pernikahan yang dibawanya, dan sengaja menunjukan kepada Arga.

Wajah Arga langsung menegang, segera melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar dengan mata membulat tertuju pada undangan tersebut. “Kamu dapat dari mana?” tanyanya serius.

“Gak penting aku dapet dari mana.” Arini berdiri, suaranya terdengar gemetar, tapi berusaha untuk tetap tegar. “Harusnya aku yang tanya, kenapa ada undangan kayak gini? Kenapa ada namamu dan Saskia di sana?!” teriak wanita ini, sudah tidak tahan menahan lukanya.

Arga menghela napas berat, tangannya terangkat untuk mengusap wajah. “Arini, dengar. Aku bahkan gak tahu soal ini. Keluargaku... mereka yang atur ini semua tanpa sepengetahuanku.”

Arini mengangkat alis, lalu tertawa pahit. “Oh, ya? Jadi kamu mau bilang kalau kamu gak terlibat sama sekali? Terus, gimana waktu malam itu? Malam waktu aku dengar kalian membicarakan tentang Saskia, sebagai wanita yang seharusnya menjadi menantu keluarga ini. Apa aku salah dengar? Dan ini sekarang buktinya!”

Arga terdiam, menundukkan kepalanya. Ia menggosok tengkuknya, tanda jelas bahwa ia sedang merasa terpojok.

“Arini, aku tahu ini sulit dipercaya, tapi… aku terjebak. Aku gak bisa apa-apa. Keluargaku... mereka menekanku. Mereka bilang, ini demi menjaga reputasi perusahaan, dan nama baik keluargaku. Jadi aku mohon… aku mohon kamu mau ngertiin keadaan ini…,” ujar pria ini dengan wajah memelas, sambil meraih tangan Arini.

Arini menepis tangan Arga. Dia melangkah mendekat, menatap suaminya dengan tatapan tajam penuh luka. “Kamu suamiku. Kamu pemimpin keluargaku. Apa kamu gak mikirin perasaanku? Kamu biarkan keluargamu yang atur semua ini? Terus di mana harga dirimu?”

Arga kembali menghela nafas. “Arini, aku mencintaimu,” bisik Arga, suaranya melembut. “Aku butuh waktu untuk menyelesaikan ini. Aku mau kamu tetap percaya padaku. Jadi please… ngertiin aku… ngertiin kondisiku…”

Arini menggeleng pelan, air mata mulai menggenang di sudut matanya. “Aku harus ngertiin gimana lagi, sih? Aku harus percaya apa lagi sama kamu? Kita udah lama menikah, tapi aku selalu saja dihina keluargamu! Kamu bahkan gak pernah membelaku di hadapan mereka!”

Arga mencoba mendekat, namun Arini mengangkat tangannya, menghentikannya. “Udah. Cukup. Sekarang aku yang akan buat keputusan. Aku mundur. Aku akan pergi dari sini.”

Wajah Arga memucat. “Arini, Jangan. Jangan lakukan itu… Aku akan perbaiki semua. Aku bakal bicara dengan keluargaku tentang hal ini. Tapi, please… kamu jangan pergi…”

Di tengah perdebatan suami istri ini, suara ponsel Arini berdering, menghentikan pertengkaran. Arini mengambil ponselnya, dia memperhatikan nama yang tertera di layar. Raka Adiputra. Melihat nama pria yang lama dikenalnya tiba-tiba muncul, jelas membuat Arini merasa terkejut. Dia adalah teman dekatnya yang sudah lama tidak menjalin hubungan dengannya.

Arga memperhatikan perubahan di wajah Arini dengan kecurigaan. “Siapa itu?” tanyanya, nadanya dingin.

Arini tidak menjawab. Wanita ini masih memperhatikan layar ponselnya. Raut wajahnya memperlihatkan keraguan antara ingin menerima atau menolak panggilan yang baru masuk.

Melihat keadaan ini, Arga yang merasa penasaran langsung mengambil ponsel Arini. Hal ini jelas membuat Arini panik. “Kembalikan ponselku!” teriaknya sambil berjinjit, berusaha meraih kembali ponsel miliknya.

“Aku cuma mau lihat siapa yang telfon,” sahut Arga sembari mengangkat tangannya tinggi, menjauhkan ponsel ini dari Arini.

Mereka berdua berdua saling berebut, sampai tak sengaja Arga menjatuhkan ponsel itu ke lantai.

Arini mendelik. Dia langsung menghampiri, dan berjongkok mengambil ponselnya. Layarnya retak, bahkan tak bisa menyala lagi. Jelas hal ini membuat emosi Arini kembali terpancing.

“Apa kamu belum puas hancurin hidupku? Sekarang ponselku juga kamu hancurin? Sebenarnya mau kamu itu apa, sih?” teriaknya dengan tangisan yang mulai pecah. Rasanya tidak ada yang berjalan mulus di kehidupannya.

Arga jelas merasa bersalah. Dia tidak bermaksud membuat wanitanya sesedih ini. Ingin rasanya menghampiri Arini dan berusaha menenangkan wanita ini. Namun tubuhnya hanya bisa terdiam canggung.

Kali ini ponsel Arga yang berdering, terlihat kontak ibunya sedang menelepon. Tak ingin ibunya menunggu lama, Arga langsung mengangkat panggilan itu.

“Halo, Mam?” sapa Arga.

“Malam ini ada rapat keluarga dengan keluarga Saskia. Kamu nggak lupa ‘kan? Sebaiknya kamu buruan ke sini. Kita berangkat sama-sama.” Suara wanita paruh baya itu terdengar begitu tegas.

Tak ingin perbincangannya dengan ibunya di dengar oleh Arini, Arga buru-buru keluar dari kamar. Pria ini meninggalkan istrinya yang masih menangis begitu saja. Bukan dia tidak peduli, tapi panggilan ibunya dianggap lebih penting demi kelangsungan hidup mereka.

***

Hingga larut malam Arini masih berusaha untuk menenangkan diri. Dia terlihat duduk, bersandar di tepi kasur, sambil memikirkan nasibnya. Sampai kapan harus begini? Apa yang sebaiknya dilakukan? Pikiran-pikiran ini terus saja memenuhinya.

Hingga Arini baru menyadari jika tak ada suara Arga lagi. Dia kemudian keluar kamar, mengecek keadaan rumah. Sepi. Dengan tekad bulat, Arini membuat keputusan besar dalam hidupnya.

“Aku harus pergi dari sini. Lebih baik aku pergi, daripada harus terus-terusan seperti ini,” gumamnya yakin.

Pakaian pun segera ia kemasi ke dalam koper, dengan langkah pasti, Arini keluar dari rumah megah milik keluarga Wiratama. Arini memastikan tak ada pelayan rumah yang melihatnya. Meskipun setelah ini ia masih harus menghadapi penjaga rumah.

“Nyonya Arini mau ke mana?” tanya penjaga heran, sambil memandangi koper yang dibawa majikannya.

“Ah, tadi Arga bilang mau menginap di luar. Dia buru-buru ada urusan, jadi aku disuruh nyusul,” ujarnya bohong. Untung saja petugas itu percaya.

“Oh gitu. Ini gak diantar sopir aja, Nyonya?”

“Gak usah, aku naik taksi aja. Lagian kasihan, Pak Sopir udah tidur. Duluan ya, Pak.” Arini buru-buru keluar dari kawasan rumah ini. Dia sudah tak sanggup lagi berbohong lama-lama, karena memang dirinya tak pandai berbohong.

Petugas pun membukakan pintu gerbang. Arini berjalan sembari menyeret kopernya. Langkah demi langkah Arini lewati, hingga dia berada di persimpangan jalan besar. Arini jelas hanya bisa mencari taksi di luar kompleks perumahan. Ponselnya mati, tak bisa untuk memesan.

Baru saja Arini celingukan mencari taksi, tiba-tiba saja ada mobil yang berhenti di hadapannya.

“Arini!” teriak pemilik mobil, ketika jendelanya diturunkan.

Arini mengerjapkan mata, berusaha memandangi orang yang memanggilnya. Sontak bola mata Arini membulat ketika mengetahui orang di dalam mobil itu.

“Ra-Raka?” Arini melongo. Dia tak menyangka akan bertemu dengan pria yang beberapa waktu lalu sempat menelponnya, yang juga teman dekatnya.

Bersambung…

Bab terkait

  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 2: Melawan Ego

    Raka kemudian turun dan menghampiri Arini. “Udah aku duga bakal kayak gini. Lebih baik kamu masuk mobil dulu, aku bakal jelasin semuanya. Ada hal yang perlu kamu tahu, tentang suamimu dan keluarganya.” Raka Adiputra. Dia tampak berbeda, lebih dewasa, dengan tatapan yang penuh urgensi. Mata mereka bertemu, dan dalam sekejap, Arini merasakan denyut jantungnya berdetak lebih cepat. Jelas Arini terkejut ketika mendapati teman yang sempat dekat dengannya tiba-tiba muncul di hadapannya setelah lama tak berjumpa. Namun menyadari ucapan pria ini barusan, Arini jelas merasa penasaran. “Tunggu dulu. Apa maksudmu? Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Arini, dengan wajah yang terlihat begitu bingung. Raka menatap Arini, ekspresinya serius, bahkan sedikit khawatir. “Sebaiknya masuk ke dalam mobil dulu. Kita bicara di dalam.” Belum sempat Arini melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja kepalanya terasa begitu pusing. Telinganya berdengung, nyaring, seolah gendang telinganya tertusuk, nyaris memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 3: Langkah Menuju Kebebasan

    Pagi menjelang, dan Arini masih duduk di sisi tempat tidur, menggenggam dokumen yang semalam membuatnya terjaga. Ia tahu, keputusan harus diambil. Dunia yang selama ini ia pikir aman dan penuh cinta, ternyata hanyalah bayangan dari realita yang penuh manipulasi. "Rin," suara Raka memecah kesunyian, membawakan secangkir kopi. "Kamu gak perlu bertahan di sana kalau itu hanya menyakitimu. Pernikahan itu..." ia ragu sejenak, lalu melanjutkan, "gak seharusnya bikin kamu menderita." Arini menghela napas dalam. Pandangannya tetap pada jendela besar, menatap kota yang perlahan mulai hidup. "Aku tahu. Tapi Arga… Dia mencintaiku…” Rasanya masih berat jika harus benar-benar meninggalkan suaminya. Raka tersenyum tipis, menaruh cangkir kopi di meja. “Arga bahkan sadar dan tau tentang pernikahan ini. Dia hanya egois, mengurungmu untuk tetap disisinya. Padahal dia juga harus menikahi wanita lain. Bukankah, kamu… selama ini gak bahagia?” Raka berusaha hati-hati tapi tetap ingin menyadarkan Arin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 4: Bayang-Bayang Saskia

    Arini duduk di sofa apartemen milik Raka yang kini menjadi tempat persembunyiannya. Matanya terus terpaku pada jendela, melihat pemandangan kota yang hiruk-pikuk, tetapi pikirannya penuh dengan bayangan Saskia. Wanita itu tidak hanya sekedar calon pasangan bisnis Arga, tetapi nyatanya bisa menjadi ancaman nyata bagi dirinya. "Rin, kamu baik-baik saja?" suara Raka membuyarkan lamunannya. Arini menoleh, mencoba tersenyum meski jelas terlihat lelah. "Aku baik," jawabnya singkat. Raka duduk di sebelahnya, memberikan segelas air. "Aku tahu kamu kepikiran soal tadi. Maaf, tapi aku gak bisa membiarkan Saskia tau tentangmu.” Arini menggenggam gelas itu erat. "Aku paham maksudmu, Raka. Tapi Arga… dia mungkin akan mencariku sampai dia menemukanku. Dan Saskia… aku gak tahu apa yang bakal dia lakukan. Pasti dia penasaran dengan kejadian tadi, apalagi dengan sikap Arga yang seperti itu.” Raka menepuk pundak Arini pelan. "Kamu tenang aja. Aku sudah meminta bantuan beberapa orang untuk menjaga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 5: Rencana di Balik Layar

    Saskia memutar ulang rekaman CCTV yang ia dapati dari hasil penyelidikan anak buahnya, di laptopnya. Dia memperhatikan setiap gerakan Arga saat mengejar Arini di jalan. Senyumnya tipis, sambil menggigit-gigit ujung kukunya, mata Saskia terlihat menyipit penuh kalkulasi. Di layar, terlihat jelas bagaimana Arga terpancing emosi saat melihat Arini bersama pria lain. “Dia masih peduli,” Saskia berbisik, suaranya lembut namun penuh racun. “Dia menyukai wanita itu," gumamnya lagi.Perasaannya panas, seolah terbakar cemburu. Namun melihat keadaan ini, Saskia terbesit rencana serius. "Setidaknya dengan begini aku punya kendali," ucapnya penuh keyakinan. Di belakangnya, seorang pria bertubuh kekar berdiri menunggu instruksi. Pria itu adalah tangan kanan Saskia yang biasa menangani pekerjaan kotor. “Kita harus mempercepat langkah. Aku ingin Arini tahu bahwa dia tidak bisa bersembunyi selamanya. Lacak semua gerakannya, tapi jangan bertindak sampai aku bilang. Ah, bukankah aku menyuruhmu mend

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01

Bab terbaru

  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 5: Rencana di Balik Layar

    Saskia memutar ulang rekaman CCTV yang ia dapati dari hasil penyelidikan anak buahnya, di laptopnya. Dia memperhatikan setiap gerakan Arga saat mengejar Arini di jalan. Senyumnya tipis, sambil menggigit-gigit ujung kukunya, mata Saskia terlihat menyipit penuh kalkulasi. Di layar, terlihat jelas bagaimana Arga terpancing emosi saat melihat Arini bersama pria lain. “Dia masih peduli,” Saskia berbisik, suaranya lembut namun penuh racun. “Dia menyukai wanita itu," gumamnya lagi.Perasaannya panas, seolah terbakar cemburu. Namun melihat keadaan ini, Saskia terbesit rencana serius. "Setidaknya dengan begini aku punya kendali," ucapnya penuh keyakinan. Di belakangnya, seorang pria bertubuh kekar berdiri menunggu instruksi. Pria itu adalah tangan kanan Saskia yang biasa menangani pekerjaan kotor. “Kita harus mempercepat langkah. Aku ingin Arini tahu bahwa dia tidak bisa bersembunyi selamanya. Lacak semua gerakannya, tapi jangan bertindak sampai aku bilang. Ah, bukankah aku menyuruhmu mend

  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 4: Bayang-Bayang Saskia

    Arini duduk di sofa apartemen milik Raka yang kini menjadi tempat persembunyiannya. Matanya terus terpaku pada jendela, melihat pemandangan kota yang hiruk-pikuk, tetapi pikirannya penuh dengan bayangan Saskia. Wanita itu tidak hanya sekedar calon pasangan bisnis Arga, tetapi nyatanya bisa menjadi ancaman nyata bagi dirinya. "Rin, kamu baik-baik saja?" suara Raka membuyarkan lamunannya. Arini menoleh, mencoba tersenyum meski jelas terlihat lelah. "Aku baik," jawabnya singkat. Raka duduk di sebelahnya, memberikan segelas air. "Aku tahu kamu kepikiran soal tadi. Maaf, tapi aku gak bisa membiarkan Saskia tau tentangmu.” Arini menggenggam gelas itu erat. "Aku paham maksudmu, Raka. Tapi Arga… dia mungkin akan mencariku sampai dia menemukanku. Dan Saskia… aku gak tahu apa yang bakal dia lakukan. Pasti dia penasaran dengan kejadian tadi, apalagi dengan sikap Arga yang seperti itu.” Raka menepuk pundak Arini pelan. "Kamu tenang aja. Aku sudah meminta bantuan beberapa orang untuk menjaga

  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 3: Langkah Menuju Kebebasan

    Pagi menjelang, dan Arini masih duduk di sisi tempat tidur, menggenggam dokumen yang semalam membuatnya terjaga. Ia tahu, keputusan harus diambil. Dunia yang selama ini ia pikir aman dan penuh cinta, ternyata hanyalah bayangan dari realita yang penuh manipulasi. "Rin," suara Raka memecah kesunyian, membawakan secangkir kopi. "Kamu gak perlu bertahan di sana kalau itu hanya menyakitimu. Pernikahan itu..." ia ragu sejenak, lalu melanjutkan, "gak seharusnya bikin kamu menderita." Arini menghela napas dalam. Pandangannya tetap pada jendela besar, menatap kota yang perlahan mulai hidup. "Aku tahu. Tapi Arga… Dia mencintaiku…” Rasanya masih berat jika harus benar-benar meninggalkan suaminya. Raka tersenyum tipis, menaruh cangkir kopi di meja. “Arga bahkan sadar dan tau tentang pernikahan ini. Dia hanya egois, mengurungmu untuk tetap disisinya. Padahal dia juga harus menikahi wanita lain. Bukankah, kamu… selama ini gak bahagia?” Raka berusaha hati-hati tapi tetap ingin menyadarkan Arin

  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 2: Melawan Ego

    Raka kemudian turun dan menghampiri Arini. “Udah aku duga bakal kayak gini. Lebih baik kamu masuk mobil dulu, aku bakal jelasin semuanya. Ada hal yang perlu kamu tahu, tentang suamimu dan keluarganya.” Raka Adiputra. Dia tampak berbeda, lebih dewasa, dengan tatapan yang penuh urgensi. Mata mereka bertemu, dan dalam sekejap, Arini merasakan denyut jantungnya berdetak lebih cepat. Jelas Arini terkejut ketika mendapati teman yang sempat dekat dengannya tiba-tiba muncul di hadapannya setelah lama tak berjumpa. Namun menyadari ucapan pria ini barusan, Arini jelas merasa penasaran. “Tunggu dulu. Apa maksudmu? Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Arini, dengan wajah yang terlihat begitu bingung. Raka menatap Arini, ekspresinya serius, bahkan sedikit khawatir. “Sebaiknya masuk ke dalam mobil dulu. Kita bicara di dalam.” Belum sempat Arini melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja kepalanya terasa begitu pusing. Telinganya berdengung, nyaring, seolah gendang telinganya tertusuk, nyaris memb

  • Terjebak Pernikahan Sang Pewaris   Bab 1: Malam yang Mengubah Segalanya

    “Arini, kamu itu gak tau diri banget, sih! Harusnya kamu gak pernah ada di sini! Kalau bukan karena Arga yang baik hati sama kamu, kamu udah ditendang keluar dari rumah ini!” Kata-kata Nadira, ibu mertua Arini, menggema di benaknya seperti hantaman palu yang memecah beling. Arini terdiam, duduk di tepi ranjang, menggenggam undangan pernikahan yang baru saja dia temukan dengan tangan gemetar. Matanya terpaku pada tulisan indah berwarna emas yang tertera di sana: Arga Wiratama & Saskia Ramadhani. Tangan Arini mengusap lembut nama itu, seolah berharap semua ini hanyalah ilusi. Namun, kenyataan begitu kejam. Nama suaminya kini berdampingan dengan wanita lain, seperti sebuah mimpi buruk yang sulit dihindari. Dadanya sesak, seakan udara yang mengelilinginya menipis. “Padahal aku udah kasih yang terbaik…” gumamnya pelan. Bibirnya bergetar. “Tapi kenapa mereka masih aja begini…” Pikiran Arini berputar pada semua momen pahit yang telah ia lalui. Sejak awal pernikahan mereka, keluarga A

DMCA.com Protection Status