Beberapa hari kemudian.Siang ini Clara sudah bersiap dengan setelan santainya dan dandanan cantik. Ia sadar, tidak mungkin dirinya akan terus terjebak dalam trauma. Ia harus bisa bangkit, tetap bersinar, dan memperbaiki pernikahannya yang memilukan."Aku akan niatkan kejadian itu untuk melayani Mas Naresh yang pertama kalinya. Setelah ini aku harus bisa bangkit dan membuat Mas Naresh takluk. Aku akan membuat Mas Naresh tidak bisa lepas dariku!" gumamnya.Lihatlah! Wanita cantik itu sudah menyadari kekuatannya. Clara sudah mengambil keputusan besar sesuai arahan sang Mama mertua untuk biduk rumah tangganya, ia sudah pernah jatuh, mustahil kalau dirinya akan menyerah semudah ini."Jika aku menyerah, maka hanya aku yang akan terpuruk. Mas Naresh akan mendatangi Bella dan mengajak wanita itu menikah, lalu mereka akan hidup bahagia. Aku sudah lemah selama beberapa hari ini, maka sekarang akan aku tunjukkan kekuatan istri sah yang sebenarnya," gumamnya lagi.Clara menatap pantulan wajahnya
"Eugh..," Bella melenguh saat ada sebuah tangan bergerak nakal di atas dadanya.Perlahan kelopak matanya membuka, ia mendapati Sean di sampingnya tengah menatapnya sayu. Lelaki itu menelusupkan tangannya ke bawah kepala Bella, menjadikan lengan kekarnya sebagai bantalan untuk wanita itu, dan menekan kepala Bella untuk lebih dekat dengannya.Bibir keduanya menyatu, saling memagut dan menggigit sama lain. Lidah keduanya sama-sama membelit, merasakan hangatnya rongga mulut yang memabukkan. "Aaahh..," Desahan Bella lolos saat Sean menelusupkan tangannya pada pangkal pahanya.Jemarinya bergerak lincah di sana, hingga membuat sang empu menggelinjang hebat. Tubuh Bella bergetar, merasakan sensasi surgawi yang di berikan oleh Sean."Kita akan melakukannya, Bell. Nikmatilah ... Biar pikiranmu segar setelah ini, lalu kita akan membicarakan rencana balas dendam," bisik Sean sembari mengecup basah telinga Bella."Ye-Yeah, aku mau. Aku juga menyukainya, Sayang. Aku menyukai permainanmu," ujar Bel
Di sisi lain Naresh baru saja sampai di apartemen Bella, lelaki itu melangkah cepat menuju unit kekasihnya, pikirannya hanya di penuhi wanita itu. Tanpa tahu istrinya sedang dalam bahaya.Ting!Pintu terbuka. Naresh langsung mencari keberadaan Bella, pandangan netranya mengedar ke seluruh penjuru apartemen. Sepersekian detik kemudian Bella keluar dari kamarnya hanya dengan mengenakan bikini warna merah menyala yang sangat menggoda."Selamat malam, Sayang. Malam ini menginap di sini saja, ya. Aku kangen banget sama kamu," ujar Bella."Kamu tadi telepon aku katanya ada hal penting?!""Hal pentingnya, ya, ini. Malam ini kita harus saling memuaskan dan melewatinya bersama sampai besok pagi. Dari kemarin kamu nggak ada waktu, loh, buat aku."Naresh membuang pandangannya ke lantai. Ia ingin marah namun tidak sampai hati, apalagi melihat kekasihnya sudah siap melayaninya seperti ini. Sementara Bella langsung melangkah mendekati Naresh yang masih tidak bergeming di dekat pintu, wanita itu lang
"Ini aku Kenzie, Cla. Kamu jangan khawatirkan apapun, aku akan melindungi kamu," bisiknya.Tubuh Clara lemas seiring dengan bunyi sirine polisi yang membawa angin segar bagi pernapasannya. Ada dua mobil polisi dan satu mobil pribadi berhenti tepat di depan markas tempat ia di sekap. Wanita cantik itu baru menyadari jika di sekelilingnya adalah hutan."Kamu bisa jalan? Ayo kita keluar pelan-pelan, ada Tante Anne juga di sana.""Mama?""Iya, ayo kita ke sana."Kenzie mengandeng kedua bahu Clara, lelaki itu berjaga-jaga seandainya temannya itu akan pingsan. Di depannya telah banyak polisi dan beberapa bodyguard berpencar, tidak seberapa lama kemudian satu rombongan polisi ke luar dari markas tersebut dengan membawa seorang laki-laki yang beberapa saat lalu hendak melecehkannya."Dia yang telah membawaku ke sini, Ken. Dia juga hampir melecehkan aku," isak Clara."Dia akan mendapat balasan yang setimpal," balas Kenzie dan langsung membawa Clara masuk ke mobil.Di dalam mobil, Anne tengah d
Naresh terbangun saat mendengar deringan telepon yang memekakkan telinganya, tangannya meraba-raba meja, dengan mata yang masih sulit terbuka. Ia langsung menempelkan ponselnya ke telinga tanpa melihat siapa si penelpon."Halo," ucapnya serak."Turun, Naresh. Aku ada di lobi," jawab seseorang di seberang telepon.Deg!Naresh sontak membuka kedua matanya lebar-lebar, ia menatap layar pipih di tangannya. Di layar ponsel tersebut, terpampang nama Kenzie dan detik waktu yang terus berjalan."Kau ngapain di sini? ini masih jam dua, gila!""Cepat turun atau aku yang naik."Naresh menggeram kesal, "iya-iya. Tunggu sebentar."TUT!Naresh mematikan sambungan teleponnya dengan asal. Lelaki itu lantas bangun dan beranjak menuju kamar mandi guna membasuh tubuhnya yang lengket karena sisa percintaannya dengan Bella. Sekitar tiga puluh menit, Naresh sudah siap turun.Ia membangunkan kekasihnya untuk berpamitan, namun sayangnya wanita itu masih betah menutup mata. Dengan berat hati akhirnya Naresh m
"Argh..! SIAL..!"Belum selesai kebingungan Bella terbangun dari tidurnya dan tidak menemukan Naresh di sampingnya. Beberapa menit lalu wanita itu menerima telepon dari Sean yang mengabarkan bahwa lelaki itu sedang di kantor polisi.Benar-benar menyebalkan. Paginya harus di awali dengan suasana yang menjengkelkan. Bagaimana bisa Clara kabur? Bukankah Sean bilang akan mengikat wanita itu? Kalau sudah begini, ia bisa-bisa ikut terseret."Tidak! Aku tidak boleh terseret, aku harus ke kantor polisi dan meminta Sean menutup mulut."Bella bergegas turun setelah menyambar tas mininya, dirinya bahkan belum sempat membenahi penampilan. Pikirannya terlalu kacau memikirkan nasibnya ke depan.Setelah menempuh dua puluh menit perjalanan, Bella sudah menghentikan mobilnya di parkiran kantor polisi. Wanita itu berusaha mengatur deru napas juga detak jantungnya. "Tenang ... Aku harus tenang. Datang ke sana, minta Sean tutup mulut, dan pulang. Yeah, aku harus bisa!" gumamnya bermonolog.Bella keluar
Naresh berbalik badan dan mengurungkan niatnya menemui Clara. Padahal tadi niatnya adalah meminta maaf dan berbicara empat mata dengan istrinya itu. Moodnya langsung menurun melihat Kenzie dengan lancangnya mendekati Clara."Apa-apaan Kenzie tadi?! Menawarkan sesuatu seolah aku nggak bisa kasih buat Clara. Mana Clara juga diam saja, sama-sama sialan mereka," gerutunya sambil menjalankan mobil.Tujuannya kali ini adalah apartemen Bella, dirinya masih belum kapok menjalin hubungan dengan kekasihnya itu. Seperti biasa, Naresh langsung berjalan menuju unit milik kekasihnya setelah sampai di sana. Ting!Pintu terbuka. Naresh langsung melangkah menuju kamar dan merebahkan diri di ranjang. Ia tidak peduli kemana Bella saat ini, mungkin wanita itu tengah berbelanja, pikirnya."Aku nggak mau Clara dekat sama Kenzie, aku nggak suka melihat meraka akrab," gumamnya lagi.Netranya menatap ke langit-langit. Ia teringat ucapan Mamanya tentang warisan, berati menceraikan Clara sekarang ataupun sembi
Tok! Tok! Tok!Naresh yang tengah bersiap di kamarnya tak ayal tersentak kaget saat ada yang mengetuk pintu, ujung netranya melirik pada pintu kamar mandi, istrinya belum keluar dari sana. Alhasil dengan berat hati pria itu berjalan menuju pintu dan membukanya."Ada apa?""Maaf, Tuan. Di bawah ada Tuan Kenzie yang ingin bertemu dengan Nona Clara," ucap seorang pelayan."Hem, kau boleh pergi."Pelayan tersebut mengangguk, "permisi, Tuan."Naresh menutup pintu. Kepalanya melongok ke bawah, dan benar saja Kenzie tengah duduk di ruang tamu sendirian. Ia akhirnya melangkahkan kaki menuju tangga guna menemui Kenzie."Ada apa kau pagi-pagi mencari istriku, Ken?""Clara mana?"Naresh terkekeh. "Ada apa kau cari istriku? Kalau ada sesuatu bicara saja, nanti aku sampaikan.""Aku beliin dia mie nyemek kesukaannya, aku rasa moodnya bisa meningkat kalau makan mie ini.""Kami sudah sarapan bubur tadi pagi, lagian istriku itu masih sakit. Nggak baik terlalu banyak makan mie," tukas Naresh.Naresh se