Melvin pergi ke lobi untuk melihat siapa yang hendak menemuinya. Jika biasanya dia akan mengabaikan atau meminta membuat janji bertemu ke orang yang tak dikenal, tapi entah kali ini kenapa dia penasaran.Saat sampai di lobi, resepsionis langsung memberitahu Melvin jika orang yang hendak menemuinya ada di ruang tunggu. Pria itu pun berjalan ke ruang tunggu, hingga melihat seseorang di sana.“Kamu?” Melvin mengingat pria itu, pria sama yang dilihatnya di rumah sakit.Handoko langsung berdiri saat melihat Melvin. Pria itu tersenyum lantas berjalan mendekat ke arah pria itu.“Melihat Anda, mengingatkanku saat kita masih sama-sama muda dan bugar. Ternyata kita sudah setua ini sekarang,” ujar Handoko sambil memperhatikan penampilan Melvin yang selalu terlihat gagah dan berwibawa.“Apa yang kamu inginkan?” tanya Melvin sambil menatap curiga.Handoko menoleh ke kanan dan kiri, hingga kemudian menjawab, “Apa kita akan bicara di sini? Anda merasa nyaman jika pembicaraan kita didengar orang yang
“Aku menceritakan ini ke Daddy agar tahu masalah yang sekarang terjadi. Kuharap Daddy bisa memahami posisiku sekarang,” ujar Nanda saat menemui Langit.Langit mengembuskan napas panjang mendengar ucapan Nanda. Dia sendiri tidak menyangka akan ada masalah seperti sekarang, padahal belum tahu motif kemunculan paman Nanda.Namun, sebagai orang tua yang bijak, tentunya Langit pun menghargai niat Nanda yang mau jujur ke Langit.“Kamu tenang saja. Sebagai orang tua, aku tentunya akan menjaga anak-anakku dengan baik. Kamu fokus saja menyelesaikan masalahmu,” ujar Langit.“Terima kasih,” balas Nanda sedikit lega karena bisa jujur ke Langit.Kini Nanda pun harus jujur ke Melvin untuk mendapatkan dukungan. Dia sengaja menemui Langit lebih dulu sebab hanya bicara seperlunya, sedangkan dengan Melvin mungkin akan ada pembahasan panjang dengan ayahnya itu.Nanda pun pergi ke perusahaan Melvin setelah bicara dengan Langit. Namun, saat baru saja menginjakkan kaki di lobi, Nanda melihat Handoko yang b
Lukas baru saja selesai mengantar berkas ke salah satu perusahaan milik rekan bisnis Nanda. Dia harus bekerja ekstra sejak Nanda sibuk mengurus Sashi di rumah sakit.Saat sedang melintasi di jalanan yang tidak terlalu ramai menuju perusahaan. Tiba-tiba sebuah mobil menyalip kemudian membanting stir ke kiri, membuat Lukas terkejut sampai menginjak pedal rem dalam-dalam agar tidak menabrak mobil di depannya.“Sialan! Apa mereka berniat mati konyol!” geram Lukas karena hampir saja terjadi tabrakan kalau tidak dengan sigap menginjak rem.Belum juga keterkejutannya hilang, tiba-tiba ada beberapa orang menggunakan penutup wajah keluar dari mobil di depan Lukas, tentu saja hal itu membuat Lukas langsung waspada.“Sialan!” Lukas baru menyadari jika mobil itu sengaja membuatnya berhenti.Dia buru-buru menginjak pedal gas untuk memundurkan mobil agar bisa kabur dari sana.Namun, usaha Lukas terlambat karena salah satu orang yang keluar dari mobil, langsung memukul kap mobil Lukas, lantas disusu
“Kalau memang seperti ini, jalan satu-satunya kamu menjelaskan lebih dulu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan sampai Nanda mendengar dari orang lain, lalu menyalahkanmu atas semua yang terjadi. Kamu punya bukti, bahkan aku akan menjadi saksimu karena bagaimanapun dulu aku asisten pribadi yang tahu segalanya tentang semua hal yang menyangkut soal bisnismu,” ujar Mario memberikan masukan setelah mendengarkan cerita Melvin.Melvin mengusap kasar wajahnya. Dia pun berpikir dengan keras mencari cara untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.Mario melihat Melvin yang bingung, baru kali ini dia melihat mantan bosnya itu tak bisa membuat keputusan.“Dia sudah dewasa dan paham bagaimana dunia bisnis. Aku yakin jika dia pastinya akan mengerti serta memahami penjelasan darimu,” ujar Mario lagi.Melvin menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Aku hanya bingung bagaimana cara memulainya. Aku juga takut jika dianggap selama ini baik hanya karena merasa bersalah.”“Ya, karena itulah, ka
“Lukas diserang orang tak dikenal, sekarang harus dirawat di rumah sakit karena lukanya cukup parah. Aku sudah melaporkan kasus ini ke polisi, semoga pelakunya segera ditangkap,” ucap Nanda saat sedang menghubungi Sashi.“Kamu baik-baik saja, kan?” Suara Sashi terdengar begitu panik dari seberang panggilan.“Aku baik-baik saja. Lukas tadi pergi sendiri lalu diserang saat melintas jalanan sepi. Apa pun yang terjadi, jika ada orang tak dikenal menghubungimu, abaikan saja!” perintah Nanda karena mencemaskan ada seseorang yang memanfaatkan situasi ini untuk menjebak Sashi.“Iya, aku akan mengikuti perintahmu,” balas Sashi dari seberang panggilan.“Aku harus pergi mengecek kondisi Lukas, kamu jangan banyak berpikir dan istirahatlah yang cukup,” ujar Nanda.Setelah mendengar balasan dari Sashi, Nanda pun mengakhiri panggilan, lantas masuk ke ruang perawatan Lukas. Nanda juga sudah menghubungi keluarga asistennya itu, tapi karena keluarga Lukas berada di luar kota, membuat orang tua Lukas bu
Nanda berjalan menuju parkiran karena ingin segera menemui Melvin. Namun, saat baru saja menginjakkan kaki di parkiran, Nanda menghentikan langkah saat melihat siapa yang berdiri tak jauh darinya.“Sudah kuduga kamu di sini,” kata Handoko seolah muncul di tempat-tempat Nanda berada.“Kenapa kamu di sini? Dari mana kamu tahu aku di sini?” Nanda menatap penuh curiga ke Handoko.“Tidak sulit menemukanmu, apalagi aku melihatmu saat pergi terburu-buru dari perusahaan ayah angkatmu,” jawab Handoko dengan santai.Nanda diam memandang pria itu, hingga kemudian memilih untuk mengabaikan meski ada rasa penasaran yang bercokol di dada.“Kamu benar-benar tidak ingin tahu siapa yang membuat ayahmu bangkrut? Padahal aku jauh-jauh ke sini, hanya ingin membuka kebenarannya karena aku merasa bersalah dan ingin memperbaiki kesalahan dengan tak membuatmu terjebak dalam situasi sulit,” ungkap Handoko saat Nanda hendak melewati dirinya.Nanda menghentikan langkah mendengar ucapan Handoko. Dia menoleh pria
“Kamu boleh mengatakan apa pun sesuai dengan apa yang kamu pikirkan saat ini. Kamu juga boleh menilai berdasarkan pemikirkanmu, tapi dengan satu catatan, dengarkan dari segala sisi. Apa kamu tidak mau dengar penjelasan dariku?”Melvin menatap Nanda yang emosi. Dia sendiri berusaha bersikap tenang karena bagaimanapun masalah ini tercipta juga karena kesalahan dirinya yang tak pernah jujur.Nanda diam setelah meluapkan emosinya. Kini dia ingin mendengar penjelasan dari Melvin.“Memang benar, bisnis itu kejam. Siapa yang tidak bisa bertahan, maka dia akan terbuang. Sama halnya dengan perusahaanku juga perusahaan mendiang papamu. Jika bukan perusahaan papamu, maka mungkin perusahaanku yang akan tergerus dan bangkrut. Kami memiliki cara bertahan masing-masing, kami mempertaruhkan banyak hal untuk bisa tetap berdiri dan memberi pekerjaan ke staff yang berada di perusahaan. Sebagai seorang pengusaha, tentunya sekarang kamu paham dengan kejamnya persaingan bisnis,” ujar Melvin mencoba membuka
“Apa daddy perlu menunggu?” tanya Langit sambil menarik tuas rem tangan.“Tidak usah, Daddy pulang saja dulu. Jika memang ada masalah, Nanda pasti tak ingin Daddy melihat atau mengetahui apa yang terjadi padanya. Jadi biar aku masuk sendiri, Daddy pulang saja,” jawab Sashi.Setelah meyakinkan Bintang dan Langit, akhirnya Sashi diperbolehkan pulang untuk menemui Nanda, tapi dengan syarat Langit yang mengantar.“Kalau ada apa-apa, segera hubungi daddy,” ucap Langit sebelum Sashi turun dari mobil.Sashi mengangguk, lantas dengan perlahan turun dari mobil. Dia masih merasakan nyeri di bagian perut pasca operasi, membuat Sashi tidak bisa bergerak bebas.Langit sendiri mencemaskan kondisi Sashi, tapi karena putrinya yang merengek dan memaksa, membuatnya akhirnya mengizinkan.Sashi sendiri segera masuk rumah. Dia bertemu dengan Rina yang menunggunya.“Masih tidak keluar kamar?” tanya Sashi.“Tidak, Nyonya. Tapi pintu kamar juga sepertinya tidak dikunci,” jawab Rina.Sashi pun bergegas naik k