“Kalau memang seperti ini, jalan satu-satunya kamu menjelaskan lebih dulu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan sampai Nanda mendengar dari orang lain, lalu menyalahkanmu atas semua yang terjadi. Kamu punya bukti, bahkan aku akan menjadi saksimu karena bagaimanapun dulu aku asisten pribadi yang tahu segalanya tentang semua hal yang menyangkut soal bisnismu,” ujar Mario memberikan masukan setelah mendengarkan cerita Melvin.Melvin mengusap kasar wajahnya. Dia pun berpikir dengan keras mencari cara untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.Mario melihat Melvin yang bingung, baru kali ini dia melihat mantan bosnya itu tak bisa membuat keputusan.“Dia sudah dewasa dan paham bagaimana dunia bisnis. Aku yakin jika dia pastinya akan mengerti serta memahami penjelasan darimu,” ujar Mario lagi.Melvin menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Aku hanya bingung bagaimana cara memulainya. Aku juga takut jika dianggap selama ini baik hanya karena merasa bersalah.”“Ya, karena itulah, ka
“Lukas diserang orang tak dikenal, sekarang harus dirawat di rumah sakit karena lukanya cukup parah. Aku sudah melaporkan kasus ini ke polisi, semoga pelakunya segera ditangkap,” ucap Nanda saat sedang menghubungi Sashi.“Kamu baik-baik saja, kan?” Suara Sashi terdengar begitu panik dari seberang panggilan.“Aku baik-baik saja. Lukas tadi pergi sendiri lalu diserang saat melintas jalanan sepi. Apa pun yang terjadi, jika ada orang tak dikenal menghubungimu, abaikan saja!” perintah Nanda karena mencemaskan ada seseorang yang memanfaatkan situasi ini untuk menjebak Sashi.“Iya, aku akan mengikuti perintahmu,” balas Sashi dari seberang panggilan.“Aku harus pergi mengecek kondisi Lukas, kamu jangan banyak berpikir dan istirahatlah yang cukup,” ujar Nanda.Setelah mendengar balasan dari Sashi, Nanda pun mengakhiri panggilan, lantas masuk ke ruang perawatan Lukas. Nanda juga sudah menghubungi keluarga asistennya itu, tapi karena keluarga Lukas berada di luar kota, membuat orang tua Lukas bu
Nanda berjalan menuju parkiran karena ingin segera menemui Melvin. Namun, saat baru saja menginjakkan kaki di parkiran, Nanda menghentikan langkah saat melihat siapa yang berdiri tak jauh darinya.“Sudah kuduga kamu di sini,” kata Handoko seolah muncul di tempat-tempat Nanda berada.“Kenapa kamu di sini? Dari mana kamu tahu aku di sini?” Nanda menatap penuh curiga ke Handoko.“Tidak sulit menemukanmu, apalagi aku melihatmu saat pergi terburu-buru dari perusahaan ayah angkatmu,” jawab Handoko dengan santai.Nanda diam memandang pria itu, hingga kemudian memilih untuk mengabaikan meski ada rasa penasaran yang bercokol di dada.“Kamu benar-benar tidak ingin tahu siapa yang membuat ayahmu bangkrut? Padahal aku jauh-jauh ke sini, hanya ingin membuka kebenarannya karena aku merasa bersalah dan ingin memperbaiki kesalahan dengan tak membuatmu terjebak dalam situasi sulit,” ungkap Handoko saat Nanda hendak melewati dirinya.Nanda menghentikan langkah mendengar ucapan Handoko. Dia menoleh pria
“Kamu boleh mengatakan apa pun sesuai dengan apa yang kamu pikirkan saat ini. Kamu juga boleh menilai berdasarkan pemikirkanmu, tapi dengan satu catatan, dengarkan dari segala sisi. Apa kamu tidak mau dengar penjelasan dariku?”Melvin menatap Nanda yang emosi. Dia sendiri berusaha bersikap tenang karena bagaimanapun masalah ini tercipta juga karena kesalahan dirinya yang tak pernah jujur.Nanda diam setelah meluapkan emosinya. Kini dia ingin mendengar penjelasan dari Melvin.“Memang benar, bisnis itu kejam. Siapa yang tidak bisa bertahan, maka dia akan terbuang. Sama halnya dengan perusahaanku juga perusahaan mendiang papamu. Jika bukan perusahaan papamu, maka mungkin perusahaanku yang akan tergerus dan bangkrut. Kami memiliki cara bertahan masing-masing, kami mempertaruhkan banyak hal untuk bisa tetap berdiri dan memberi pekerjaan ke staff yang berada di perusahaan. Sebagai seorang pengusaha, tentunya sekarang kamu paham dengan kejamnya persaingan bisnis,” ujar Melvin mencoba membuka
“Apa daddy perlu menunggu?” tanya Langit sambil menarik tuas rem tangan.“Tidak usah, Daddy pulang saja dulu. Jika memang ada masalah, Nanda pasti tak ingin Daddy melihat atau mengetahui apa yang terjadi padanya. Jadi biar aku masuk sendiri, Daddy pulang saja,” jawab Sashi.Setelah meyakinkan Bintang dan Langit, akhirnya Sashi diperbolehkan pulang untuk menemui Nanda, tapi dengan syarat Langit yang mengantar.“Kalau ada apa-apa, segera hubungi daddy,” ucap Langit sebelum Sashi turun dari mobil.Sashi mengangguk, lantas dengan perlahan turun dari mobil. Dia masih merasakan nyeri di bagian perut pasca operasi, membuat Sashi tidak bisa bergerak bebas.Langit sendiri mencemaskan kondisi Sashi, tapi karena putrinya yang merengek dan memaksa, membuatnya akhirnya mengizinkan.Sashi sendiri segera masuk rumah. Dia bertemu dengan Rina yang menunggunya.“Masih tidak keluar kamar?” tanya Sashi.“Tidak, Nyonya. Tapi pintu kamar juga sepertinya tidak dikunci,” jawab Rina.Sashi pun bergegas naik k
“Mama kenapa?” tanya Nana saat melihat Bastian keluar dari kamar Rihana.“Sepertinya tekanan darahnya naik lagi. Pas aku tanya apa Mama ada masalah, Mama hanya diam,” jawab Bastian dengan ekspresi wajah sedih.Bagaimana tidak sedih, Rihana sakit, ayahnya belum pulang padahal sudah malam.Nana pun cemas jika Rihana sakit. Dia pun akhirnya masuk untuk melihat sendiri bagaimana kondisi Rihana.“Mama sudah minum obat? Mau dibuatkan sesuatu?” tanya Nana.Rihana membuka mata meski kepalanya begitu berat. Dia melihat Nana yang duduk di tepian ranjang mencemaskan dirinya.Bukannya menjawab pertanyaan Nana, tapi Rihana malah seperti ingin menangis karena takut jika Nanda dan Nana pergi dari hidupnya.“Mama hanya mau kamu di sini,” ucap Rihana sambil meraih telapak tangan Nana.Nana pun terkejut mendengar ucapan Rihana, bingung karena tak mengerti kenapa Rihana berkata seperti itu.“Aku selalu di sini untuk Mama, jadi Mama jangan bilang begitu. Aku dan Bas juga tidak akan ke mana-mana, kan suda
“Terima kasih karena kamu mau mendukung dan masih mengingatkanku agar tidak salah langkah,” ucap Nanda saat membuka mata di pagi hari dan melihat istrinya ada di sisinya sedang menyambutnya dengan seulas senyum. “Bukankah sudah selayaknya seperti itu. Istri bukan hanya sebuah status, tapi istri adalah orang yang akan disisimu saat kamu terpuruk, sedih, bahkan jatuh sejatuh-jatuhnya. Jadi sudah tugasku menemanimu juga mengingatkan jika kamu salah langkah,” balas Sashi. Nanda sangat beruntung bisa mencintai dan memiliki Sashi. Dia meraih kepala Sashi, lantas mendaratkan kecupan di kening istrinya itu. “Bersiaplah, aku akan mengantarmu ke rumah Mommy. Aku tidak akan tenang jika kamu sendirian di sini,” ucap Nanda. Sashi mengangguk-anggukan kepala mendengar ucapan Nanda. Dia tidak akan membantah perintah suaminya itu. “Tapi janji, kamu harus memberiku kabar, apa pun yang terjadi harus menghubungiku. Jangan seperti kemarin yang mendadak tak bisa dihubungi,” ucap Sashi takut jika sampa
Nanda pergi ke perusahaan Mario. Dia langsung menemui pria itu untuk mencari tahu masalah yang terjadi dengan perusahaan mendiang ayahnya.“Kamu sudah datang. Duduklah!” Mario langsung mempersilakan Nanda duduk.Nanda mengangguk mendengar ucapan Mario, lantas duduk tenang berhadapan dengan pamannya itu.“Apa terjadi masalah?” tanya Mario berpura tidak tahu dengan apa yang sedang terjadi.“Aku ingin menanyakan sesuatu,” ujar Nanda.“Tanyakan saja.” Mario terlihat tenang menghadapi Nanda.“Paman pasti tahu siapa keluarga asliku, aku hanya ingin bertanya, apa benar Papa yang membuat perusahaan keluargaku bangkrut. Tolong jawab jujur tanpa membela siapa pun,” ucap Nanda terlihat tegas.Mario menghela napas kasar mendengar pertanyaan Nanda, hingga kemudian mencoba menjelaskan secara terperinci agar Nanda tak salah paham.“Ya, meski secara tidak langsung, tapi perkembangan perusahaan Melvin memang sangat pesat sampai menggerus perusahaan lain dan memaksa mereka gulung tikar karena tak bisa