แชร์

Bab 61. Cerita Sofia

ผู้เขียน: Romero Un
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-01-26 19:15:38

Sementara Raffael membereskan mereka yang berani menyentuh Manda, gadis itu kini terbangun tengah malam karena wangi parfum yang merebak.

Pikiran pertamanya adalah hantu. Pasalnya, saat tertidur tadi ia tidak mencium wangi seperti ini, baik di dalam ruang kamar maupun dari tubuh Raffael.

‘Mati aku! Apa ada setannya ini kamar. Kenapa tiba-tiba wangi banget.’ Manda ketakutan.

Ia memutuskan untuk membangunkan Raffael, tetapi malah dibuat terkejut melihat siapa yang ada di sebelahnya.

“Argh!” pekik Manda, panik. Ia menarik selimutnya sampai menutupi kepala.

Tetapi orang itu malah tertawa. Dan dari suaranya, Manda sadar kalau itu suara wanita.

Manda menurunkan selimutnya sedikit kemudian bertanya, “Kenapa Anda di sini? Dan apa yang terjadi dengan baju Anda?”

Alih-alih menjawab, wanita itu malah balik bertanya, “Aku Sofia. Kau siapa?”

Karena sudah terbukti kalau bukan hantu, Manda pun segera menyingkirkan selimut yang menutupi wajahnya. “Saya Manda. Sekretaris Pak Raffael.”

“Mh-hm. Aku
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 62. Tambah Klausul Lagi (18+)

    “Regan. Untuk sementara kasus ini selesai. Kau bisa kembali ke tugas seperti biasa.”Raffael menyudahi tugasnya mendampingi Manda. Selama ini, Regan bertugas sebagai bodyguard bayangannya.“Got it, Bos.”Pria penjaga itu berbalik dan segera menghilang kembali ke posisinya. Sementara itu, Raffael membuka pintu dan masuk kembali ke apartemennya. Ia melepas jaket hitam dan juga kemeja sebelum membuka pintu kamar. Adegan kejar-kejaran dengan dalang utama percobaan penculikan Manda tadi membuatnya berkeringat cukup banyak. Ia ingin segera mandi dan merebahkan diri di atas kasurnya yang nyaman.Namun, aroma parfum menyengat hidungnya. Membuat Raffael kembali waspada. Sadar kalau Sofia kemungkinan ada di kamar utama, langsung menggerakkan tangannya mendorong gagang pintu. Raffael sudah akan menegur Sofia kalau benar wanita itu mengganggu Manda, tetapi ia malah dibuat tertegun melihat adegan di depan matanya. “Apa cerita di balik pemandangan ini, Sofia?” bisik Raffael sambil menepuk pela

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-27
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 63. Jatuh Hati

    “Oi! Kau dengar aku nggak?!” pekik Yuike. Gadis itu tengah menceritakan ini dan itu di hadapan Manda, tetapi sepertinya tidak ada satu katapun didengar oleh yang bersangkutan. Karena belum siap untuk pulang ke rumahnya, Manda memutuskan untuk menemui Yuike di Pear Garden lagi. Kejadian pagi ini membuat emosinya meluap, tetapi yang bisa ia lakukan hanyalah protes kalau Raffael akan membayar mahal untuk kecupan panas tadi.Dan seperti biasa, Raffael dengan tenang mengatakan akan membayarnya. Bahkan berjanji akan memberi DP untuk beberapa kecupan yang belum mereka lakukan.“A–apa?” tanya Manda sambil mengerjapkan mata. Ia terlalu panik memikirkan bagaimana ia bisa lepas dari semua perasaan yang tak menguntungkannya ini, hingga tak mendengar sahabatnya bicara.“Cih! Kubilang minggu depan aku akan menikah.”Spontan netra Manda membeliak mendengar berita sahabat yang menjomblo dari lahir itu menyudahi status nahasnya. “Benarkah?”“Boong lah! Kau ini!” tukas Yuike kesal. Bibir Manda sp

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-27
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 64. Resolusi Anak Bontot

    Tak! Tak! Tak! Tak!Suara pena menghantam meja kayu jati di ruang kerja pribadi Raffael, “Bisa nggak, jauhkan pulpen-mu dari sana, Raffael.” “Kau menganggap aku bisa tenang setelah mendengar ceritamu?” Camelia terdiam lagi. Ia membiarkan adiknya itu terus saja mengetuk meja dengan pena di tangannya.Anak pertama keluarga Indradjaya itu mendatangi apartemen Raffael keesokan harinya, setelah kunjungan ke rumah orang tuanya.Berita mengenai rencana orang tua mereka mengundang keluarga Soreim jelas cukup mengganggu ketenangan Raffael. “Aku nggak yakin Mom akan menerima alasanmu memacari Manda.” Camelia membuka percakapan. Raffael terdiam cukup lama. Untungnya, ia tidak lagi berisik dengan pena itu. “Kalau begitu, aku akan membuang nama belakangku. Toh aku juga nggak perlu ada di kartu keluarga mereka. Aku punya cukup uang untuk hidup terpisah dari Indradjaya.”Mulut Camelia menganga mendengar resolusi sembarangan dari adiknya.“Jangan sembarang bicara, Raffa. Kau bukan hanya akan me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-27
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 65. Bajumu Mengalihkan Duniaku

    “Baju?” tanyanya lagi dengan wajah polos. “Nggak? Ini baju yang kupakai nanti buat makan siang sama Pak Raffael.”Yuike melongo, kemudian menepuk dahinya kencang. Putus asa dengan kelakuan sahabatnya itu. “Kau pikir dia semacam Julius yang ngajak makan di pecel ayam pinggiran?”Manda merasa kesal karena Yuike mengaitkan makanan favoritnya saat uang menipis. “Ada apa sama pecel ayam? Kan enak. Lagian pecel ayam nggak ada siang-siang.”“Please! Ganti baju!” pekik Yuike tak peduli dengan komentar Manda soal pecel ayam. Ia segera membuka lemari pakaiannya dan berusaha mencari pakaian yang setidaknya lebih baik dari yang dipakai anak itu. “Ke, baju kamu lebih besar dari ukura—” Manda menutup mulutnya seketika, karena Yuike melempar tatapan maut. “Maksudmu aku gendut?” tanya Yuike dengan nada penuh ancaman. “Kau bilang aku lebar bukan gendut?”Memang menurut Manda, Yuike bukan gendut, karena perut sahabatnya itu rata dan bagus. Hanya saja, tubuhnya lebar. Mungkin susunan tulang? “Itu d

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-28
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 66. Harga Menyentuh Bibir (18+)

    “Wh–tap—”Regan hanya bisa menganga, tak tahu harus merespon bagaimana terhadap perintah majikannya itu. Sementara dengan langkah ringan, Raffael keluar dari restoran itu, masuk ke sebuah taksi yang ada di lobi. “Pak, sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Manda dengan wajah kebingungan. Rambutnya yang sudah susah payah ditata Yuike berantakan, saking semua berjalan begitu cepat. Dengan senyum lebar mengembang di wajah, Raffael merapikan tiap helai rambut Manda sambil berkata, “Aku tidak tahu kau dandan secantik ini. Kita akan makan di restoran yang sudah kupesan.”Manda berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi dan juga kalimat atasannya barusan, karena ia tidak yakin dengan apa yang ditangkap otaknya. ‘Jadi, sebenarnya ketemu di restoran tadi buat apa?’ batin Manda bertanya-tanya. “Manda, jangan lupa untuk memanggil dengan nama. Kau sudah berapa kali melanggar perjanjian.”Manda terdiam memucat. Kini otaknya sibuk menghitung apakah dia malah menderita kerugian karena banyakny

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-28
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 67. Minggu Sepasang Kekasih

    “Seratus juta!” pekik Manda setelah Raffael melepaskannya. Pria itu terkekeh singkat sambil mencubit pelan hidung Manda. “High maintenance woman.”Untunglah pesanan mereka mulai berdatangan dan Raffael teralihkan. Setidaknya Manda bisa menggunakan waktu itu untuk menenangkan diri. Pikiran Manda berusaha mengingatkan hatinya untuk tidak terbuai dengan manis perlakuan Raffael, tapi memang sudah tak tertolong lagi sedalam apa Manda telah jatuh. Sesekali ia akan melirik bos tampannya itu, menikmati pemandangan yang sejujurnya selalu membuat hati bergetar. Selama ini, getaran itu tertutup dengan tingkah Raffael yang menjengkelkan. ‘Kalau tenang kayak gini, kan ganteng,’ batin Manda puas. ‘Yang penting jangan kumat aja jahilnya dia itu.’“Manda, ayo makan. Kenapa kamu bengong, Hon?”Tubuh Manda bergidik lagi mendengar panggilan itu. Dengan tergesa ia segera mengambil sendok dan garpu, kemudian mulai mencicipi makanan yang ada di hadapannya. Rasa-rasa unik yang belum pernah singgah dal

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-29
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 68. Cinta dan Logika

    “Kenapa, Hon?” tanya Raffael melihat Manda seperti membatu di depan pintu apartemen. “Ayo, masuk!”Manda menatapnya penuh arti. Raffael juga sadar kalau pada akhirnya gadis yang rela dandan cantik demi kencan hari ini, sudah mengetahui berapa banyak apartemen yang ia beli. Belum juga Manda mengutarakan protesnya, Raffael sudah langsung berkata, “Aku juga akan tinggal di sini, jadi sekalian saja kubuat seperti rumah.”‘Ha … duit dia sih. Aku bisa apa?’ keluhnya dalam hati. Ia akhirnya melangkah masuk mengikuti Raffael. Semakin ia dibuat terkejut karena tata letak setiap barang mengingatkannya pada jawaban yang ia berikan saat atasannya itu tiba-tiba menanyai semua hal pribadi yang ia suka.‘Beneran dia buat sesuai mauku,’ batin Manda, berusaha menahan diri untuk tidak terlihat terlalu bahagia.“Kau suka? Ada yang mau kau ubah?” tanya Raffael. Tangannya menepuk pelan punggung Manda, seolah mendukungnya untuk mengutarakan pendapat.“Kau tahu aku nggak mungkin nggak suka semua ini, Ra

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-29
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 69. Waktu yang Tepat

    Manda menatap langit-langit kamarnya. Ia memutuskan untuk pulang menggunakan taksi dari rumah sahabatnya itu.Ucapan Yuike masih terngiang dalam ingatan. Memang terasa membahagiakan ketika pertama kali ia mendengarnya tadi, tetapi ketika ia sampai di rumahnya kenyataan seolah menghantamnya.‘Dia punya segalanya. Nggak mungkin dia menyukai perempuan sepertiku,’ batin Manda pedih. ‘Aku seperti orang bodoh, yang nggak tahu batasan.’Ia menekan matanya yang terasa panas, seolah ingin menghalangi air mata yang akan menggenangi netranya. “Harusnya aku beneran resign kemarin.”Tok! Tok!Manda segera menghapus air matanya ketika ia mendengar pintu kamar diketuk.“Ya?”Kepala Diana melongok ke dalam, kemudian tersenyum. “Manda, Nak! Makan malam sudah siap!”“Oke! Bentar aku balesin pesan Yuike dulu.”“Mama tunggu di meja makan ya.”Manda meraih ponselnya dan pura-pura mengetik. Sebenarnya ia hanya butuh waktu untuk berkaca. Ia tak mau terlihat muram di depan kedua orang tuanya itu.Makan mal

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-29

บทล่าสุด

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 251. Kekanakan

    “Ab—eh?!” Netra Adelia yang setengah terbuka tadi bertemu pandang dengan Bintang yang baru saja akan membilas rambut. Bintang tersenyum lembut. “Eh … kau mau mandi denganku, Lia?”“Pa—Pa–Pak Bintang?!” pekik Adelia, menutupi matanya.Menyadari kalau ternyata ia sedang berada di rumah Bintang membuatnya langsung panik dan kembali ke lantai 3. “Astaga!” Adelia membanting tubuhnya, tengkurap di atas kasur. “Apa yang kulakukan barusan?!”Ia mencoba menghilangkan rekaman ingatan mengenai tubuh atletis Bintang yang jarang terdeteksi di balik jas kerjanya, tetapi sia-sia. Karena hanya gambaran itu lah yang kini memenuhi pikiran Adelia. Semakin matanya tertutup, semakin sadar kalau ia melihat semuanya. Setelah menenangkan diri, Adelia mulai duduk di pinggir kasur dan mengamati tempat itu. “Aneh bentuk kamarnya. Naik ke atas begini. Di bawah ada kasur juga dan kayaknya tadi masih ada tangga turun ke lantai 1.”Ia mencoba mengingat-ingat kantor Bintang yang berada di apartemen, tetapi tak

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 250. Kamar Asing

    “So, gimana penyelesaiannya?” tanya Manda. Bintang sengaja mampir ke rumah orang tuanya hari ini, karena sang ibu mengatakan kalau ia membuat sop buntut hari ini. Tak ia duga, wanita tua itu menaruh perhatian pada kasus Adelia dan Fleur. “Fleur mengakui kesalahan dan tak mau terlibat sampai ke jalur hukum, Ma.”Dahi Manda berkerut. Seolah menyuarakan kebingungan Manda, Raffael bertanya, “Minta Adel diberhentikan dari syuting, sampai kamu tuntut ke jalur hukum?”Bintang lupa, kalau mereka hanya tahu cerita pertamanya saja. “Ah … kalian belum tahu perkembangan terakhir hubungan Adelia dan Fleur?”“Ada masalah lagi?!” Manda sedikit kaget. Ia pikir masalah pertama akan selesai tanpa ada buntutnya.Bintang mengangguk. “Fleur merencanakan pembunuhan terhadap Lia, Pa. Dan Black merekam dengan jelas semua bukti itu.”Raffael dan Manda terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkomentar satu sama lain. “Wajah cantik, berpendidikan dan kaya raya, nggak lantas membuat seseorang menjadi manusia,

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 249. Jalur Hukum Saja!

    “Apa yang sudah kau lakukan, Fleur?!” Pria tak berambut dengan tubuh tinggi kekar itu membanting pesawat telepon yang ada di meja kerjanya. Beliau adalah CEO rumah produksi Lightern—Bastian Moore. “Aku minta kamu dekati Bintang, supaya bisa merger dengan perusahaannya! Kenapa malah bikin masalah dan membuat marah produser Brian?!”Fleur hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya dari amarah sang atasan. Dua tangannya kuat-kuat meremas bahan gaun bertekstur floral itu, menahan diri untuk tidak marah atau menangis. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa kebenciannya pada Adelia menyebabkan Bintang kehilangan minat terhadap Lightern.‘Aku terbakar cemburu saat perempuan sial itu membuka pintu dan dengan naturalnya mengira yang datang adalah Bintang,’ sesal Fleur. Di balik penyesalan itu, juga ada amarah yang besar pada Adelia. Kecemburuannya masih belum sirna. Sedikitpun tak berkurang. “Mau apa lagi kalau sudah begini, hm?!” sentak Bastian putus asa. “Sejak pagi sekretarisku sudah me

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 248. Rekaman Kebenaran

    “Theo, apa kau yang menitipkan tas ini ke Fleur untuk diberikan pada Adelia?” Brian menunjuk tas yang masih di posisi awal.Tenda Fleur tidak tersentuh sama sekali. Brian membiarkannya demikian sampai ia menemukan siapa pelaku yang berani mengacaukan suasana di lokasi syuting.Sementara sutradara mengurus jalannya syuting hari ini, Brian memutuskan untuk bicara dengan manajer Adelia.“Tas?” Dahi Theo berkerut. Ia mengamati tas itu dan berpikir keras. “Hm … aku nggak pernah lihat tas ini,” klaimnya. “Adel juga nggak punya tas seperti ini. Kau tahu sendiri kondisi anak itu. Dia nggak punya uang lebih untuk beli tas yang nggak dia butuhkan.”Brian mengangguk setuju. “Tapi, Fleur menuduhnya meletakkan tas dan ular ini di kasurnya. Kita nggak punya bukti kalau tas ini bukan milik Adelia.”“Saya ada buktinya.” Seorang pria tinggi dengan pakaian serba hitam muncul dan bergabung dalam percakapan mereka. Membuat Brian dan Theo tertegun. “Siapa kamu?!”“Saya bertugas menjaga Nona Adelia. Jad

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 247. Ketakutan dan Teror

    Staf yang mengikuti Brian masuk ke tenda Fleur tiba-tiba keluar dengan mulut tertutup tangan. Menahan mual karena sudah menyaksikan sesuatu yang menggelikan di dalam sana. “Ada apa?!” tanya peserta syuting lainnya. Mulai tak sabar karena tak satupun menjelaskan apa yang sudah mereka lihat.Bahkan Fleur kini masih berjongkok dekat pohon besar. Gemetar di dalam perlindungan tubuh Vildan.“Ular ….” Hanya itu yang berhasil diutarakan salah satu staf. Nada suaranya pun terdengar ngeri. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, Brian keluar dan segera menenangkan keributan. “Semua kembali ke ruang makan untuk sarapan!” serunya. “Fleur, kau pakai tendaku untuk sementara ini. Kami akan membuatkan tenda yang baru.”Seolah sadar dari rasa takutnya, ia pun berdiri dan meneriaki Adelia. “Ini semua gara-gara Adelia! Perempuan jalang itu!”Netra semua orang terbeliak mendengar ucapan Fleur. Pertanyaan mulai muncul di antara mereka, tentang kenapa Fleur memberi label kejam pada artis yang baru mem

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 246. Prank?!

    “Kau satu tenda dengan Adelia kan?” Fleur mendatangi seorang artis muda yang jam terbangnya masih tergolong sedikit dibandingkan dengan Fleur yang sudah senior itu. Mereka baru saja tiba di tempat perkemahan dan semua orang tengah sibuk mengurus barang bawaannya masing-masing. “Oh! Iya, Kak Fleur.” Artis muda bernama Abby itu tersenyum ramah. “Ada apa?”“Ada yang menitipkan ini.” Fleur memberikan sebuah tas makan kecil pada Abby. “Katanya ini tas milik Adelia.”Abby menerima tas itu. “Ah! Terima kasih, Kak. Nanti saya kasih Adel.”Fleur tersenyum singkat kemudian kembali ke tendanya. Artis perempuan senior yang sedang naik daun itu mendapat perlakuan khusus. 1 tenda untuk dirinya sendiri. Sementara itu, Abby bergegas mencari Adelia untuk memberikan barang titipan tadi.“Adel! Ini katanya tas kamu!” seru Abby dengan senyum lebar. Produser memang menempatkan Adelia bersama dengan Abby karena ia tahu, mereka bisa dekat. “Dari siapa, By?” tanya Adelia dengan pandangan heran.Ia suda

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 245. Merayu Fleur?!

    “Jadi, baik aku atau perempuan miskin itu nggak diizinkan keluar dari ‘Survival Home’?!”Bintang menatap Fleur yang duduk dengan angkuh, bersedekap di hadapannya. Manda dan Dennis meninggalkan begitu saja masalah ini di tangannya.‘Kalau bisa aku mau mengeluarkan kau saja, Fleur. Dibanding Lia yang sudah jadi artisku.’ Bintang menjawab tanpa suara. “Bisakah kau menyaring kalimatmu, Fleur. Adelia juga perempuan, sama sepertimu,” tegur Bintang berusaha sabar.Karena menurut Manda, hubungannya dengan Adelia tidak boleh sampai ketahuan orang luar, apalagi mereka yang tidak terjamin bisa menjaga rahasia. Fleur mendengus geli. “Ha! Setidaknya aku nggak miskin seperti dia!”Bintang mencoba tenang, tapi bukan berarti ia tak bisa tegas. Bagaimana pun ia harus menegur perempuan angkuh itu. “Fleur, Aku harus mengusirmu kalau bicara nggak sopan soal artis di bawah naungan RAFTEN!”Walau tak menjawab, Bintang bisa melihat tubuh Fleur sedikit menyentak karena tegurannya.Kemudian, sang CEO menam

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 244. Fleur Menggila

    “Nona Fleur! Ini bukan saatnya untuk berdebat!” sentak sang produser, mencoba bersikap tegas. Sang manajer pun panik. Tidak paham kenapa tiba-tiba Fleur mengamuk di depan sang produser.Namun, Fleur merasa memegang kendali. Ia tahu kalau dirinya tidak mungkin dilepaskan dari acara itu. “Ha! Kalau memang Anda masih akan lanjut dengan kondisi seperti ini, saya mundur!” Fleur segera berbalik untuk meninggalkan lokasi syuting.Brian pun langsung berdiri dan menahannya dengan kalimat yang sudah Bintang anjurkan. “Ini keputusan Pak Bintang! Tidak ada yang akan keluar dari acara ini. Jika Nona Fleur memaksa, Pak Bintang mengatakan bahwa akan ada penalti.”Netra Fleur membulat. Ia berbalik dan menatap Brian seolah tidak percaya Bintang akan menimpakan penalti atas dirinya. Fleur mendengus geli. “Mana mungkin Bintang memperlakukanku seperti itu! Kau hanya membual!”“Silakan coba saja kalau berani, Nona Fleur!” Brian menantang. Setengah gemetar, karena di satu sisi, ia harus mempertahankan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 243. Sponsor Yang Lebih Kuat

    “Fleur minta Adelia dikeluarkan dari survival home.”Dahi Bintang berkerut. “Apa dia sebut alasannya? Kenapa di hari kalian nggak syuting, bisa ada bentrok? Apalagi antara artis selevel Fleur dengan pendatang baru.”Brian menggeleng. “Fleur nggak menjelaskan keberatannya mengenai keberadaan Adelia. Tapi dia mengancam, kalau kami nggak mengeluarkan Adelia, dia yang akan keluar dari survival home.”Bintang menggaruk kepala belakangnya. Pusing dengan kelakuan Fleur yang tiba-tiba memusuhi kekasih barunya itu. “Saya nggak habis pikir apa yang membuat Fleur tiba-tiba memusuhi Lia, Pak Brian. Apa Anda punya clue?”Brian terdiam sesaat kemudian mengoreksi ucapan Bintang. “Sejak awal Fleur nggak suka dengan Adelia, Pak. Jadi, sepertinya rasa tidak suka itu menumpuk dan meledak sekarang.”Napas Bintang terdengar panjang dan lelah. “Ya sudah, keluarkan saja Fleur dari sana.”Mendengar itu spontan Brian berdiri dan menggebrak meja kerja sang CEO. “Nggak bisa, Pak! Dia wajah acara ini!”“Saya ju

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status