Share

Bab 23. Sentuh?! Bayar!

Penulis: Romero Un
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 22:43:50

“Kenapa kamu?” Raffael mengkonfirmasi pertanyaan Manda.

Ia terdiam dan mengingat dasar keputusannya itu.

Setelah pertemuan singkat dengan keluarganya, ia sempat menghubungi Damian dan George terkait tuntutan orangtuanya.

George menawarkan salah satu kekasihnya untuk menjadi pasangan kontrak Raffael. Tentu saja ide ini ditolak mentah-mentah olehnya.

Namun, Damian melihat masalah ini sebagai kesempatan bagi Raffael untuk menyudahi masalah utang yang mengikatnya dengan Manda.

CEO D&D Jewelry itu mengusulkan agar Raffael membebaskan Manda dari utang dengan catatan setuju menjadi kekasih rahasianya itu.

“Karena kamu nggak suka sama saya. Jadi, nggak akan ada masalah ke depannya. Kita nggak perlu repot dengan urusan hati. Benar, kan?”

Manda tidak menyangkal. Ia jelas membencinya.

Tidak!

Seharusnya memang demikian. Seharusnya memang yang dirasakan Manda seperti yang dikatakan oleh Raffael.

‘Tapi kenapa hatiku sakit dengernya?! Kenapa dia mutusin seenaknya kalau aku nggak suka sama dia?
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 24. Coret Sana, Coret Sini!

    “Mm. Saya pikirin dulu, Pak.” Manda meletakkan dokumen itu lagi di atas meja. Namun, Raffael sepertinya tidak mau menunda. Ia takut semakin lama waktu yang terbuang, semakin banyak pertimbangan Manda untuk menolaknya. “Manda, dari pada kamu bayar utang ke saya, bukannya lebih menguntungkan kalau saya pegang–ah … maksud saya, lebih menguntungkan kalau kamu dapat bayaran dari saya. Iya, kan?” Tanpa sadar Manda mengangguk. Toh, ia memang lebih membutuhkan uang ketimbang harus mencari uang hanya demi membayar utang. “Sa—sampai kapan saya harus jadi ke–kekasih pura-pura ini, Pak?” tanya Manda lagi. Raffael terdiam. Ia belum memikirkan sampai kapan sandiwara ini berakhir. ‘6 bulan? Aku tak yakin aku menemukan wanita yang pas dalam waktu sesingkat itu. Sejujurnya, apa aku bisa jadi biarawan saja ya?’ Raffael menimbang dalam hati. Kemudian ia memutuskan. “2 tahun.”Manda menganga mendengar jawaban Raffael. “2 tahun, Pak?! Nggak salah? Saya kira cuma sebulan!”“Well, lumayan kan? 2 tahu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 25. Panggilan Sayang

    “Apanya yang lucu?”“Bapak ketahuan banget umurnya,” ledek Manda. “Suju mah udah lewat! Uda pada opa-opa semua, bukan ‘oppa’ lagi.” Raffael mendengus kesal, sekaligus geli. Di usianya yang sudah menginjak angka 34 tahun itu, ia tidak menyangka akan diledek soal umur gara-gara K-Pop.“Saya kan bukan pecinta K-Pop!”Manda terdiam dengan wajah seriusnya, tapi kemudian ia kembali tergelak. “Aduduh! Hahaha! Sakit perut saya! Bayangin Bapak datang konser!”Raffael ingin protes dan menegurnya, tetapi yang keluar dari mulutnya berbeda. “Apa kau akan tertawa tak sopan seperti ini kalau pacaran denganku nanti?”Spontan Manda terdiam. Ia lupa di samping status mereka yang pura-pura pacaran, Raffael punya usia yang jauh lebih tua dibandingkan dirinya. ‘Salah siapa, udah tua jahil banget! Jadi lupa umur!’ protesnya dalam hati.“Maaf, lupa umur, Pak,” gumamnya asal beralasan. Namun, Raffael tergelak. “Saya nggak marah. Saya cuma tanya kamu, Manda.”Manda menoleh, menyembunyikan wajahnya yang me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 26. Bayar Sejuta!

    “Hunny!”Bam!Ponsel Raffael terjatuh seketika mendengar kata yang keluar dari mulut Manda. Bodohnya lagi, Manda pun terkejut dan kini membeku di ambang pintu toilet. ‘Argh! Kenapa jadi ‘honey’?! Tadi sudah latihan ‘hunny’!’ pekiknya dalam hati.Buru-buru ia membuka mulut untuk mengoreksi kesalahan bodoh itu, tetapi ia justru memekik kaget. Raffael sudah berada di depannya. “Nggak buruk juga kalau memang kau mau memanggilku dengan sebutan itu, honey.” Raffael melingkarkan tangannya di tubuh Manda. Ia tidak menyangka kalau panggilan itu terdengar menyenangkan di telinganya. Rasanya seperti ada yang menggelitik perutnya. Tidak hanya Raffael. Manda pun merasakan hal yang sama. Dan hal itu tergambar jelas di wajahnya yang memerah. “Tu–tunggu dulu, Pak! Sentuh, bayar!” pekik Manda berusaha lepas dari rangkulan Raffael yang tiba-tiba. Ia belum siap. Walau dibayar mahal pun, ia belum siap.“Latihan, Manda.” Raffael tersenyum lebar. Tak ada tanda-tanda ia akan mundur dari perlakuannya s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 27. Lengah

    “Uwaaa!”Pekik Manda ketika tiba-tiba tangan Raffael menyentuh pinggulnya. “Pak! Kenapa nyentuh situ?”“Salah sendiri buka kartu soal daerah sensitifmu.”Manda ingin mengelak, tapi ia kembali teringat apa yang dimaksud Raffael. ‘Argh! Nulis bayaran malah ketahuan mana saja daerah sensitifku dari harganya!’Raffael tersenyum melihat Manda tak membalas ucapannya. ‘Dia pasti sadar sudah nggak sengaja nyebutin daerah sensitifnya tadi.’Karena Manda terlihat tak nyaman, ia pun menjauhkan tangannya dari pinggul gadis malang itu.Ia menurun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 28. Bertukar Rahasia

    “Raffa? Ini aku, Reinhart!”Tamu tak diundang itu kembali memekik karena pintu tak kunjung dibuka.‘Sial! Aku harus gimana dengan Manda di sini?!’ batin Raffael, panik.Raffael kembali ke meja makan. Ia memutuskan untuk memberitahu Manda mengenai kakak iparnya itu.“Ada apa?” tanya Manda yang tengah mengunyah pizza.Walau tampang bos-nya tetap kalem, tapi Manda bisa lihat pandangan mata yang tak tetap itu.Akhirnya Raffael meminta saran dari Manda. “Menurutmu, mana yang lebih baik? Iparku tahu kita berpacaran, atau pacaran pura-pura?

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 29. Percakapan Sia-Sia

    “Rahasia? Apa maksudmu, Reinhart?”Dahi Raffael berkerut, tak suka dengan usulan kakak iparnya.Namun, di mata Manda pria tampan suami CEO-nya itu terlihat senang. Seperti anak kecil yang baru mendapat mainan baru.Sambil memamerkan gigi putih yang tersusun rapi di balik bibir tipisnya, Reinhart berkata, “Panggil aku Kak Reinhart, aku akan kasih tahu rahasia yang kumaksud.”Spontan Raffael mendelik. “Kalau kau nggak berniat serius, lebih baik keluar dari kamarku, Reinhart!”“Hahaha! Iya, iya, iya. Aku menyerah deh.” Reinhart dengan mudahnya mengalah.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 30. Siap, Pak!

    ‘Sial! Aku lupa soal dokumen itu,’ batin Raffael.Presdir Djaya Tambang itu sebenarnya panik, tetapi wajahnya terlihat lebih garang dari biasanya ketika menatap Reinhart. Manda pun tak sadar meremas bahan celana panjangnya, panik membayangkan apa yang akan terjadi dengan nasibnya.“Mau mengelak?” tanya Reinhart dengan cengiran jahilnya. Namun kemudian, cengiran itu perlahan menjadi senyum tulus. “Raff, kau lihat sendiri, kan? Amel juga berniat bantuin kamu. Apa nggak bisa kamu percaya sama kami?”Raffael membuang muka. “Ini tidak ada urusannya denganmu, Reinhart Lou! Jangan ikut campur.”Ia meraih tangan Manda kemudian berkata, “Ayo, kuantar pulang.” Manda bergegas mengambil tasnya dan mengekor Raffael. Tak lupa ia membungkuk hormat pada Reinhart sebelum keluar dari ruangan itu. “Pak, apa nggak apa-apa bapak tinggalin begitu aja Pak Reinhart?” tanya Manda setelah mereka berada di dalam lift. Raffael mendengus. “Ha! Kamu nggak usah mikirin dia, Manda. Toh dia bilang aku harus perc

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 31. Mari Mengarang Indah!

    “Mana ada budaya begitu di sini, Pak!” pekik Manda.Raffael mengangguk. “Memang sih. Cuma cara itu memudahkan segala.”“Nggak, nggak! Nanti saya pikirin lagi alasannya, Pak.” Manda berjanji.Bersamaan dengan itu, mereka tiba di depan pagar rumah Manda. Setelah berterima kasih, Manda segera masuk.Dengan tergesa ia berjalan menyeberang ruang keluarga, menuju kamarnya. Ia tidak mau ketahuan sang ibu dengan kondisi bajunya yang berbeda ketika pulang.‘Fyuh! Untung nggak ketahuan. Aku mandi lagi deh, terus ganti baju.’Manda menjalankan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16

Bab terbaru

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 99. Bukan Cinta Sepihak

    Deretan pertanyaan Manda membuat Raffael tertegun. Ia tahu, sekeras apapun ia menolak pertunangannya dengan Catherine, bukan berarti hubungan itu jadi tidak ada. “Yeah. Kau benar soal pertunanganku dengan Catherine, Manda.” Raffael menjawab perlahan semua ucapan sekretarisnya. “Aku berniat membatalkan itu.”Manda tertegun. Ia tak tahu apa makna di balik jawaban Raffael. Apakah ia setuju untuk menyudahi kontrak atau mereka tetap harus berpura-pura menjadi sepasang kekasih dan menunjukkan pada keluarga dan juga pihak Soreim?Untuk menghindari kesalahpahaman, Manda pun bertanya, “Jadi, apakah kita bisa sudahi kontrak ini, Pak?”Raffael menggeleng. “Tidak.”Manda terlihat lesu. Ia pikir ia tak perlu menyusahkan sang ayah soal biaya untuk vas antik yang pecah itu, kalau sang atasan setuju menganggap kontrak itu tak ada.Namun, kalau Raffael tak menyudahi kontrak, hal yang bisa dilakukan Manda adalah memaksanya dengan perjanjian untuk membayar utang. “Pak, sebenarnya saya membahas ini ka

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 98. Menyelesaikan Kontrak

    Elena: Manda, sudah mau jam 5. Kita lanjut besok.Manda mengerjapkan mata. Ia terlalu fokus bekerja dan tak memperhatikan waktu berlalu cepat.“Astaga! Udah jam 5!” serunya sambil merenggangkan badan yang kaku karena sejak tadi duduk di depan laptop.Ia memutuskan untuk memesan makanan. Dan sementara menunggu ia memilih untuk menyegarkan tubuh dengan mandi. Namun, bel pintu kamarnya malah ditekan oleh seseorang tepat ketika ia hendak memasuki kamar mandi. “Hm? Nggak mungkin kan makanannya datang secepat itu?”Dipakainya lagi baju yang sudah ia tanggalkan dan melangkah menuju pintu. Ia menutup satu matanya untuk melihat dari lubang itu, siapa yang ada di depan kamarnya.“Hm? Pak Damian bukan sih itu?” gumam Manda sedikit ragu. Pasalnya ia tidak tahu kalau atasannya juga punya jadwal bertemu dengan CEO D&D Jewelry. Dengan cepat Manda membuka pintu dan ia terkejut. Tidak hanya ada Damian di sana. Selain Raffael yang berdiri sambil berpegangan dengan Damian, ada 1 orang yang tak perna

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 97. Berubah Jadi Liburan

    “Diam di kamar ini, Manda. Jangan ke mana-mana.” Raffael mengedipkan mata sebelum ia akhirnya keluar dari kamar. Manda pun hanya bisa menghela napas panjang. Lelah dengan kelakuan sang bos. “Ha! Jangan kira aku akan menurut saja,” gumam Manda.Ia menunggu beberapa saat kemudian menarik lepas kunci dari slot listrik dan keluar dari kamar. Gadis itu berencana memesan kamar lain. ‘Kalau cuma 2 juta aku bisa pakai duit sendiri lah! Lagian aku bakal coba minta ganti ke kantor.’Manda berdiri di depan pintu lift, menunggu benda itu terbuka. Ia harus kembali ke resepsionis dan memesan kamar. Namun, ketika lift terbuka, Belinda muncul dengan wajah sedikit panik. Begitu melihat Manda, ia langsung terlihat lega. “Oh God! Syukurlah Anda keluar, Mbak Manda. Saya kepikiran kalau-kalau Anda butuh kamar lain.”Manda terkejut tetapi bersyukur. “Astaga! Iya benar, Mbak Belinda. Saya baru mau ke resepsionis untuk pesan kamar, karena saya nggak tahu cari Mbak di mana.”Belinda meraih tangan Manda dan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 96. Kasurnya Terpisah. Aman.

    Ha! Ha! Ha!Raffael benar-benar tergelak mendengar tebakan Manda. “Benar, sih. Kita sedang dalam pelarian, tapi bukan karena utang.”Bibir bawah Manda ditekannya keluar. “Dulu kan Bapak sering bikin saya ngutang, saya pikir Bapak nggak punya duit mungkin,” ejeknya.“Manda, stop bikin lelucon,” rintihnya sembari memegangi perut. “Aku lelah tertawa.”Sang sekretaris hanya berdecak kesal. “Ish! Terus apa alasannya kita sampai buru-buru?”“Soreim.” Raffael mengatur napas setelah kelelahan tertawa. Dahi Manda berkerut tak mengerti kenapa sang atasan menyebut nama keluarga calon mertuanya. “Soreim? Kenapa?”“Mereka membuntutiku.” Raffael menjawab seraya mengecek kelengkapan Manda sebelum pesawat lepas landas. “Aku minta rekan bisnisku di Surabaya untuk mengirimkan undangan untukku, jadi aku bisa pergi dari Jakarta.”Rahang Manda seolah jatuh mendengar kenyataan itu. “Jadi, ini nggak benar-benar dinas?”Raffael memamerkan cengiran polosnya, seolah tak ada yang salah dengan ‘dinas pura-pura

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 95. Dinas Yang Seperti Pelarian

    “Ngomong-ngomong, Pak, kenapa tiba-tiba ada jadwal perjalanan dinas?” tanya Manda dengan nada heran. “Nggak ada yang kontak saya minta ketemu Pak Raffael.”Raffael tersenyum penuh kebanggaan. Ia mengeluarkan secarik kertas dari kantong yang ada di belakang jok depan mobil. “Ini.”Manda menerima surat dengan kop surat milik perusahaan cabang Surabaya. “Cabang Surabaya? Mereka datang ke Jakarta kan, Pak? Kok mereka nggak kasih tahu Bu Elena atau saya?”Namun, Raffael menggeleng. “No. Kita ke Surabaya, Manda.”“Ha?!” Manda mulai protes. “Tapi Pak, saya nggak bawa baju kalau harus ke luar kota.”“Kau bisa pakai bajuku, Manda,” ujar Raffael sambil mengedipkan satu matanya. Manik mata Manda berputar, tak habis pikir dengan sifat kekanakan atasannya yang selalu muncul kalau mereka sedang berdua. “Ya, ya.”Raffael baru saja berniat memejamkan mata, tetapi Manda masih melontarkan pertanyaan. “Tapi Pak, Bapak kan harus pidato!”“Biar saja mereka cari pengganti saya. Saya sudah kasih tahu Cam

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 94. Perjalanan Dinas Dadakan

    “Semangat! Ria, Ci Melly!” seru Manda di depan pintu lobi. Setelah fokus persiapan acara pameran marketing selama dua minggu, akhirnya hari H tiba. Ria dan Melly yang akan mengurus kedatangan para pemegang saham dan komisaris Djaya tambang. Raffael juga akan hadir untuk memberikan sepatah dua patah kata dalam acara itu. “Enaknya kalian! Kantor sepi bisa makan cemilan!” seru Ria, memasang wajah pura-pura cemberut. Elena mendengus geli. “Nggak sepi juga kamu terus aja ngemil, Ria.”Mereka tertawa bersamaan. Setelah itu, mau tak mau mereka harus berpisah. Mengerjakan tugas masing-masing. “Oke. Kerjaanmu gimana Manda?” tanya Elena sambil merenggangkan tubuhnya. Mereka sama-sama berbalik ke dalam kantor, menuju ruang kerja. “Saya tinggal nunggu respon para pemegang saham, Bu. Soal kedatangan mereka di rapat.”Elena mengangguk tenang. “Saya baru dapat agenda rapat pemegang saham luar biasa kali ini.”“Soal apa memang bu? Kemarin padahal baru rapat pemegang saham kan.”Elena kemudian m

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 93. Raffael Terjebak

    Hari Senin. Sampai detik ini, Manda dan Diana belum membahas soal pembatalan kontrak pada Rowan. Manda berniat untuk membahasnya dulu dengan Raffael. Kalau memang presdirnya itu mau menunggu sampai sang ayah mendapatkan pinjaman, barulah ia membahasnya dengan Rowan.Namun, kenyataan sepertinya tak berniat mendukung. Pagi ini Elena sudah langsung mengajak rapat dengan wajah seriusnya.“Kita mesti bagi tugas,” ujar Elena membuka rapat. Ketiga anak buahnya mengangguk paham. Bahkan Manda sudah lupa masalah hatinya. Kalau Elena sudah terlihat serius, jelas beban pekerjaan tak akan mudah.Kemudian, kepala sekretaris itu beralih pandang pada Manda. “Saya juga sudah bilang sama Pak Raffael untuk pinjam kamu bantuin salah satu kegiatan kantor.”“Baik, Bu.”Mendengar nama bos-nya, hati Manda seperti diremas perih. Namun, ia berusaha fokus pada tugasnya. Jangan sampai ia dianggap mencampur urusan pribadi dengan pekerjaan.Untungnya, sejak kemarin ia memberitahu Elena mengenai hubungannya deng

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 92. Keputusan Sulit

    “Iya, Bu. Saya tidak bisa menolak permintaan Pak Raffael juga untuk hari ini.”Manda menjelaskan posisinya. Ia tidak mau orang mengira dirinya mengambil kesempatan untuk menjadi dekat dengan sang presdir.“Orang tuamu tahu?” Camelia bertanya lagi. “Mereka tahunya saya harus menjadi kekasih pura-pura sebagai bantuan. Bantuan untuk ganti rugi vas itu. Kalau saya bicara dari awal, saya nggak mungkin kasih tahu mereka soal malam itu.”Camelia semakin pusing dibuatnya. Ia menyandarkan kepala di punggung jok mobil dan menghela napas panjang. “Lalu, apa kau mencintai Raffael sekarang?”Deg!Jantung Manda seperti jatuh ke perut. Ia tidak menyangka bahwa sang CEO akan menanyakan itu. “Aku perempuan, Manda. Kalau aku ada di posisimu, yang setiap hari dimanja pria setampan Raffael, aku mungkin luluh.”Manda meringis. “Well, nggak semua begitu, Bu. Saya nggak memiliki perasaan seperti itu pada Pak Raffael. Saya tahu batasan saya.”Camelia menatap Manda, seolah mencari kebenaran atas pernyataan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 91. Pengakuan Manda

    “Kau tanya begitu saja pasti sudah tahu jawabannya, Nona.”Gideon tiba-tiba bergabung dalam obrolan Manda dan Emilia.Manda paham dengan perkataannya. Kalau ia menganggap mereka pelaku, sudah pasti ia takkan setenang sekarang. Hanya saja ….“Pengakuan akan terasa lebih menenangkanku, Pak Gideon.” Manda beralasan.Gideon terkekeh. “Benar. Dan lagi kalau tebakanmu kami adalah penolong, juga tak sepenuhnya benar.”Spontan Manda menaikkan dinding pertahanan mendengar pengakuan pria bertubuh besar itu. “Apa maksudnya?”Emilia mengambil pertanyaan itu untuk ia jawab. “Kami yang menjadi pelaku. Tapi kami melakukan itu untuk menolongmu. Kamu belum tahu Soreim hanya lembut di permukaan.”Gideon mengangguk membenarkan, sementara Manda masih tak bisa memahami apa konteks yang sedang mereka bicarakan.“Hari di mana kamu dipilih Raffael menjadi sekretaris pribadinya, keluarga Soreim mengirim mata-mata ke hotel kamu menginap.”Gideon memberi contoh mengenai perilaku keluarga Soreim.Manda mencoba me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status