Home / Romansa / Terjebak Permainan Sang Presdir / Bab 25. Panggilan Sayang

Share

Bab 25. Panggilan Sayang

Author: Romero Un
last update Last Updated: 2025-01-14 17:06:50

“Apanya yang lucu?”

“Bapak ketahuan banget umurnya,” ledek Manda. “Suju mah udah lewat! Uda pada opa-opa semua, bukan ‘oppa’ lagi.”

Raffael mendengus kesal, sekaligus geli. Di usianya yang sudah menginjak angka 34 tahun itu, ia tidak menyangka akan diledek soal umur gara-gara K-Pop.

“Saya kan bukan pecinta K-Pop!”

Manda terdiam dengan wajah seriusnya, tapi kemudian ia kembali tergelak. “Aduduh! Hahaha! Sakit perut saya! Bayangin Bapak datang konser!”

Raffael ingin protes dan menegurnya, tetapi yang keluar dari mulutnya berbeda. “Apa kau akan tertawa tak sopan seperti ini kalau pacaran denganku nanti?”

Spontan Manda terdiam. Ia lupa di samping status mereka yang pura-pura pacaran, Raffael punya usia yang jauh lebih tua dibandingkan dirinya.

‘Salah siapa, udah tua jahil banget! Jadi lupa umur!’ protesnya dalam hati.

“Maaf, lupa umur, Pak,” gumamnya asal beralasan.

Namun, Raffael tergelak. “Saya nggak marah. Saya cuma tanya kamu, Manda.”

Manda menoleh, menyembunyikan wajahnya yang me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Emi Yulia
lucu dan menggemaskan lah mereka ini......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 26. Bayar Sejuta!

    “Hunny!”Bam!Ponsel Raffael terjatuh seketika mendengar kata yang keluar dari mulut Manda. Bodohnya lagi, Manda pun terkejut dan kini membeku di ambang pintu toilet. ‘Argh! Kenapa jadi ‘honey’?! Tadi sudah latihan ‘hunny’!’ pekiknya dalam hati.Buru-buru ia membuka mulut untuk mengoreksi kesalahan bodoh itu, tetapi ia justru memekik kaget. Raffael sudah berada di depannya. “Nggak buruk juga kalau memang kau mau memanggilku dengan sebutan itu, honey.” Raffael melingkarkan tangannya di tubuh Manda. Ia tidak menyangka kalau panggilan itu terdengar menyenangkan di telinganya. Rasanya seperti ada yang menggelitik perutnya. Tidak hanya Raffael. Manda pun merasakan hal yang sama. Dan hal itu tergambar jelas di wajahnya yang memerah. “Tu–tunggu dulu, Pak! Sentuh, bayar!” pekik Manda berusaha lepas dari rangkulan Raffael yang tiba-tiba. Ia belum siap. Walau dibayar mahal pun, ia belum siap.“Latihan, Manda.” Raffael tersenyum lebar. Tak ada tanda-tanda ia akan mundur dari perlakuannya s

    Last Updated : 2025-01-15
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 27. Lengah

    “Uwaaa!”Pekik Manda ketika tiba-tiba tangan Raffael menyentuh pinggulnya. “Pak! Kenapa nyentuh situ?”“Salah sendiri buka kartu soal daerah sensitifmu.”Manda ingin mengelak, tapi ia kembali teringat apa yang dimaksud Raffael. ‘Argh! Nulis bayaran malah ketahuan mana saja daerah sensitifku dari harganya!’Raffael tersenyum melihat Manda tak membalas ucapannya. ‘Dia pasti sadar sudah nggak sengaja nyebutin daerah sensitifnya tadi.’Karena Manda terlihat tak nyaman, ia pun menjauhkan tangannya dari pinggul gadis malang itu.Ia menurun

    Last Updated : 2025-01-15
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 28. Bertukar Rahasia

    “Raffa? Ini aku, Reinhart!”Tamu tak diundang itu kembali memekik karena pintu tak kunjung dibuka.‘Sial! Aku harus gimana dengan Manda di sini?!’ batin Raffael, panik.Raffael kembali ke meja makan. Ia memutuskan untuk memberitahu Manda mengenai kakak iparnya itu.“Ada apa?” tanya Manda yang tengah mengunyah pizza.Walau tampang bos-nya tetap kalem, tapi Manda bisa lihat pandangan mata yang tak tetap itu.Akhirnya Raffael meminta saran dari Manda. “Menurutmu, mana yang lebih baik? Iparku tahu kita berpacaran, atau pacaran pura-pura?

    Last Updated : 2025-01-15
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 29. Percakapan Sia-Sia

    “Rahasia? Apa maksudmu, Reinhart?”Dahi Raffael berkerut, tak suka dengan usulan kakak iparnya.Namun, di mata Manda pria tampan suami CEO-nya itu terlihat senang. Seperti anak kecil yang baru mendapat mainan baru.Sambil memamerkan gigi putih yang tersusun rapi di balik bibir tipisnya, Reinhart berkata, “Panggil aku Kak Reinhart, aku akan kasih tahu rahasia yang kumaksud.”Spontan Raffael mendelik. “Kalau kau nggak berniat serius, lebih baik keluar dari kamarku, Reinhart!”“Hahaha! Iya, iya, iya. Aku menyerah deh.” Reinhart dengan mudahnya mengalah.

    Last Updated : 2025-01-16
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 30. Siap, Pak!

    ‘Sial! Aku lupa soal dokumen itu,’ batin Raffael.Presdir Djaya Tambang itu sebenarnya panik, tetapi wajahnya terlihat lebih garang dari biasanya ketika menatap Reinhart. Manda pun tak sadar meremas bahan celana panjangnya, panik membayangkan apa yang akan terjadi dengan nasibnya.“Mau mengelak?” tanya Reinhart dengan cengiran jahilnya. Namun kemudian, cengiran itu perlahan menjadi senyum tulus. “Raff, kau lihat sendiri, kan? Amel juga berniat bantuin kamu. Apa nggak bisa kamu percaya sama kami?”Raffael membuang muka. “Ini tidak ada urusannya denganmu, Reinhart Lou! Jangan ikut campur.”Ia meraih tangan Manda kemudian berkata, “Ayo, kuantar pulang.” Manda bergegas mengambil tasnya dan mengekor Raffael. Tak lupa ia membungkuk hormat pada Reinhart sebelum keluar dari ruangan itu. “Pak, apa nggak apa-apa bapak tinggalin begitu aja Pak Reinhart?” tanya Manda setelah mereka berada di dalam lift. Raffael mendengus. “Ha! Kamu nggak usah mikirin dia, Manda. Toh dia bilang aku harus perc

    Last Updated : 2025-01-16
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 31. Mari Mengarang Indah!

    “Mana ada budaya begitu di sini, Pak!” pekik Manda.Raffael mengangguk. “Memang sih. Cuma cara itu memudahkan segala.”“Nggak, nggak! Nanti saya pikirin lagi alasannya, Pak.” Manda berjanji.Bersamaan dengan itu, mereka tiba di depan pagar rumah Manda. Setelah berterima kasih, Manda segera masuk.Dengan tergesa ia berjalan menyeberang ruang keluarga, menuju kamarnya. Ia tidak mau ketahuan sang ibu dengan kondisi bajunya yang berbeda ketika pulang.‘Fyuh! Untung nggak ketahuan. Aku mandi lagi deh, terus ganti baju.’Manda menjalankan

    Last Updated : 2025-01-16
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 32. Pecahkan Saja! Pecahkan!

    Prang!“Pak!”Tergesa, Manda menghampiri Raffael yang berjarak 3 langkah besar. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Raffael langsung bertindak. Padahal belum ada kata kesepakatan di antara mereka.“Begini, kan? Bagaimana? Ini yang termahal milik kakek.”Jantung Manda seolah berhenti mendengar penjelasan tersebut. Ia kini berdiri mematung dengan kedua telapak tangan menutupi hampir keseluruhan wajahnya. Frustasi.“Saya 'kan baru cerita!” seru Manda. Nada putus asa terselip di dalamnya. “Saya baru mau bilang kalau ide itu konyol, kenapa bapak langsung pecahin vas-nya?!”Setengah hati Manda menyalahkan Yuike dan diri sendiri. Lebih baik jika tadi ia tidak menceritakan ide itu pada Raffael kalau tahu akhirnya akan seperti ini. “Menurut saya itu ide bagus. Vas ini didapat kakek setelah menang lelang di angka Rp 600 miliar. Apa kurang? Di ruang tamu ada vas kakek—”“Stop, stop, stop. Stop!” pekik Manda dengan kedua tangan terjulur tegang ke depan. ‘Bisa gila aku! Rp 600 miliar itu nol-ny

    Last Updated : 2025-01-17
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 33. Tertangkap Basah

    “Ha?!” Manda terkesiap. Spontan ia langsung menutup laptopnya dan berbalik. Netranya membulat, tak percaya mendapati pria itu di hadapannya.“Pak—”“Maaf, saya ngagetin, Manda,” potongnya. “Kamu serius banget sih kerjanya.”“Pak Damian kok ada di sini?! Gimana bisa masuk?!” CEO D&D Jewelry itu tertawa kecil. “Kebetulan Elena lewat, dia bukain saya pintu. Kamu nggak dengar?”Manda menggeleng. Ia ingin bertanya apa saja yang berhasil dibaca Damian, tetapi Raffael sudah keburu keluar dari ruangannya.“Manda, kenapa kamu teria—Mau apa kau di sini, Damian?!” tegur Raffael. Ia mengamati gerak-gerik Manda yang terlihat gugup, lalu beralih pandang ke Damian. Melihat dari laptop yang tertutup dan suara kaget Manda tadi, ia bisa menebak apa yang sudah terjadi. “Aku ada janji dekat sini, jadi kupikir aku mampir mengenai bahasan kita kemarin. Sepertinya berjalan lancar, hm?”Raffael menghela napas panjang. Ia tak menyangka secepat ini ia ketahuan memilih cara yang diusulkan Damian kemarin. “

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 251. Kekanakan

    “Ab—eh?!” Netra Adelia yang setengah terbuka tadi bertemu pandang dengan Bintang yang baru saja akan membilas rambut. Bintang tersenyum lembut. “Eh … kau mau mandi denganku, Lia?”“Pa—Pa–Pak Bintang?!” pekik Adelia, menutupi matanya.Menyadari kalau ternyata ia sedang berada di rumah Bintang membuatnya langsung panik dan kembali ke lantai 3. “Astaga!” Adelia membanting tubuhnya, tengkurap di atas kasur. “Apa yang kulakukan barusan?!”Ia mencoba menghilangkan rekaman ingatan mengenai tubuh atletis Bintang yang jarang terdeteksi di balik jas kerjanya, tetapi sia-sia. Karena hanya gambaran itu lah yang kini memenuhi pikiran Adelia. Semakin matanya tertutup, semakin sadar kalau ia melihat semuanya. Setelah menenangkan diri, Adelia mulai duduk di pinggir kasur dan mengamati tempat itu. “Aneh bentuk kamarnya. Naik ke atas begini. Di bawah ada kasur juga dan kayaknya tadi masih ada tangga turun ke lantai 1.”Ia mencoba mengingat-ingat kantor Bintang yang berada di apartemen, tetapi tak

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 250. Kamar Asing

    “So, gimana penyelesaiannya?” tanya Manda. Bintang sengaja mampir ke rumah orang tuanya hari ini, karena sang ibu mengatakan kalau ia membuat sop buntut hari ini. Tak ia duga, wanita tua itu menaruh perhatian pada kasus Adelia dan Fleur. “Fleur mengakui kesalahan dan tak mau terlibat sampai ke jalur hukum, Ma.”Dahi Manda berkerut. Seolah menyuarakan kebingungan Manda, Raffael bertanya, “Minta Adel diberhentikan dari syuting, sampai kamu tuntut ke jalur hukum?”Bintang lupa, kalau mereka hanya tahu cerita pertamanya saja. “Ah … kalian belum tahu perkembangan terakhir hubungan Adelia dan Fleur?”“Ada masalah lagi?!” Manda sedikit kaget. Ia pikir masalah pertama akan selesai tanpa ada buntutnya.Bintang mengangguk. “Fleur merencanakan pembunuhan terhadap Lia, Pa. Dan Black merekam dengan jelas semua bukti itu.”Raffael dan Manda terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkomentar satu sama lain. “Wajah cantik, berpendidikan dan kaya raya, nggak lantas membuat seseorang menjadi manusia,

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 249. Jalur Hukum Saja!

    “Apa yang sudah kau lakukan, Fleur?!” Pria tak berambut dengan tubuh tinggi kekar itu membanting pesawat telepon yang ada di meja kerjanya. Beliau adalah CEO rumah produksi Lightern—Bastian Moore. “Aku minta kamu dekati Bintang, supaya bisa merger dengan perusahaannya! Kenapa malah bikin masalah dan membuat marah produser Brian?!”Fleur hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya dari amarah sang atasan. Dua tangannya kuat-kuat meremas bahan gaun bertekstur floral itu, menahan diri untuk tidak marah atau menangis. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa kebenciannya pada Adelia menyebabkan Bintang kehilangan minat terhadap Lightern.‘Aku terbakar cemburu saat perempuan sial itu membuka pintu dan dengan naturalnya mengira yang datang adalah Bintang,’ sesal Fleur. Di balik penyesalan itu, juga ada amarah yang besar pada Adelia. Kecemburuannya masih belum sirna. Sedikitpun tak berkurang. “Mau apa lagi kalau sudah begini, hm?!” sentak Bastian putus asa. “Sejak pagi sekretarisku sudah me

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 248. Rekaman Kebenaran

    “Theo, apa kau yang menitipkan tas ini ke Fleur untuk diberikan pada Adelia?” Brian menunjuk tas yang masih di posisi awal.Tenda Fleur tidak tersentuh sama sekali. Brian membiarkannya demikian sampai ia menemukan siapa pelaku yang berani mengacaukan suasana di lokasi syuting.Sementara sutradara mengurus jalannya syuting hari ini, Brian memutuskan untuk bicara dengan manajer Adelia.“Tas?” Dahi Theo berkerut. Ia mengamati tas itu dan berpikir keras. “Hm … aku nggak pernah lihat tas ini,” klaimnya. “Adel juga nggak punya tas seperti ini. Kau tahu sendiri kondisi anak itu. Dia nggak punya uang lebih untuk beli tas yang nggak dia butuhkan.”Brian mengangguk setuju. “Tapi, Fleur menuduhnya meletakkan tas dan ular ini di kasurnya. Kita nggak punya bukti kalau tas ini bukan milik Adelia.”“Saya ada buktinya.” Seorang pria tinggi dengan pakaian serba hitam muncul dan bergabung dalam percakapan mereka. Membuat Brian dan Theo tertegun. “Siapa kamu?!”“Saya bertugas menjaga Nona Adelia. Jad

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 247. Ketakutan dan Teror

    Staf yang mengikuti Brian masuk ke tenda Fleur tiba-tiba keluar dengan mulut tertutup tangan. Menahan mual karena sudah menyaksikan sesuatu yang menggelikan di dalam sana. “Ada apa?!” tanya peserta syuting lainnya. Mulai tak sabar karena tak satupun menjelaskan apa yang sudah mereka lihat.Bahkan Fleur kini masih berjongkok dekat pohon besar. Gemetar di dalam perlindungan tubuh Vildan.“Ular ….” Hanya itu yang berhasil diutarakan salah satu staf. Nada suaranya pun terdengar ngeri. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, Brian keluar dan segera menenangkan keributan. “Semua kembali ke ruang makan untuk sarapan!” serunya. “Fleur, kau pakai tendaku untuk sementara ini. Kami akan membuatkan tenda yang baru.”Seolah sadar dari rasa takutnya, ia pun berdiri dan meneriaki Adelia. “Ini semua gara-gara Adelia! Perempuan jalang itu!”Netra semua orang terbeliak mendengar ucapan Fleur. Pertanyaan mulai muncul di antara mereka, tentang kenapa Fleur memberi label kejam pada artis yang baru mem

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 246. Prank?!

    “Kau satu tenda dengan Adelia kan?” Fleur mendatangi seorang artis muda yang jam terbangnya masih tergolong sedikit dibandingkan dengan Fleur yang sudah senior itu. Mereka baru saja tiba di tempat perkemahan dan semua orang tengah sibuk mengurus barang bawaannya masing-masing. “Oh! Iya, Kak Fleur.” Artis muda bernama Abby itu tersenyum ramah. “Ada apa?”“Ada yang menitipkan ini.” Fleur memberikan sebuah tas makan kecil pada Abby. “Katanya ini tas milik Adelia.”Abby menerima tas itu. “Ah! Terima kasih, Kak. Nanti saya kasih Adel.”Fleur tersenyum singkat kemudian kembali ke tendanya. Artis perempuan senior yang sedang naik daun itu mendapat perlakuan khusus. 1 tenda untuk dirinya sendiri. Sementara itu, Abby bergegas mencari Adelia untuk memberikan barang titipan tadi.“Adel! Ini katanya tas kamu!” seru Abby dengan senyum lebar. Produser memang menempatkan Adelia bersama dengan Abby karena ia tahu, mereka bisa dekat. “Dari siapa, By?” tanya Adelia dengan pandangan heran.Ia suda

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 245. Merayu Fleur?!

    “Jadi, baik aku atau perempuan miskin itu nggak diizinkan keluar dari ‘Survival Home’?!”Bintang menatap Fleur yang duduk dengan angkuh, bersedekap di hadapannya. Manda dan Dennis meninggalkan begitu saja masalah ini di tangannya.‘Kalau bisa aku mau mengeluarkan kau saja, Fleur. Dibanding Lia yang sudah jadi artisku.’ Bintang menjawab tanpa suara. “Bisakah kau menyaring kalimatmu, Fleur. Adelia juga perempuan, sama sepertimu,” tegur Bintang berusaha sabar.Karena menurut Manda, hubungannya dengan Adelia tidak boleh sampai ketahuan orang luar, apalagi mereka yang tidak terjamin bisa menjaga rahasia. Fleur mendengus geli. “Ha! Setidaknya aku nggak miskin seperti dia!”Bintang mencoba tenang, tapi bukan berarti ia tak bisa tegas. Bagaimana pun ia harus menegur perempuan angkuh itu. “Fleur, Aku harus mengusirmu kalau bicara nggak sopan soal artis di bawah naungan RAFTEN!”Walau tak menjawab, Bintang bisa melihat tubuh Fleur sedikit menyentak karena tegurannya.Kemudian, sang CEO menam

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 244. Fleur Menggila

    “Nona Fleur! Ini bukan saatnya untuk berdebat!” sentak sang produser, mencoba bersikap tegas. Sang manajer pun panik. Tidak paham kenapa tiba-tiba Fleur mengamuk di depan sang produser.Namun, Fleur merasa memegang kendali. Ia tahu kalau dirinya tidak mungkin dilepaskan dari acara itu. “Ha! Kalau memang Anda masih akan lanjut dengan kondisi seperti ini, saya mundur!” Fleur segera berbalik untuk meninggalkan lokasi syuting.Brian pun langsung berdiri dan menahannya dengan kalimat yang sudah Bintang anjurkan. “Ini keputusan Pak Bintang! Tidak ada yang akan keluar dari acara ini. Jika Nona Fleur memaksa, Pak Bintang mengatakan bahwa akan ada penalti.”Netra Fleur membulat. Ia berbalik dan menatap Brian seolah tidak percaya Bintang akan menimpakan penalti atas dirinya. Fleur mendengus geli. “Mana mungkin Bintang memperlakukanku seperti itu! Kau hanya membual!”“Silakan coba saja kalau berani, Nona Fleur!” Brian menantang. Setengah gemetar, karena di satu sisi, ia harus mempertahankan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 243. Sponsor Yang Lebih Kuat

    “Fleur minta Adelia dikeluarkan dari survival home.”Dahi Bintang berkerut. “Apa dia sebut alasannya? Kenapa di hari kalian nggak syuting, bisa ada bentrok? Apalagi antara artis selevel Fleur dengan pendatang baru.”Brian menggeleng. “Fleur nggak menjelaskan keberatannya mengenai keberadaan Adelia. Tapi dia mengancam, kalau kami nggak mengeluarkan Adelia, dia yang akan keluar dari survival home.”Bintang menggaruk kepala belakangnya. Pusing dengan kelakuan Fleur yang tiba-tiba memusuhi kekasih barunya itu. “Saya nggak habis pikir apa yang membuat Fleur tiba-tiba memusuhi Lia, Pak Brian. Apa Anda punya clue?”Brian terdiam sesaat kemudian mengoreksi ucapan Bintang. “Sejak awal Fleur nggak suka dengan Adelia, Pak. Jadi, sepertinya rasa tidak suka itu menumpuk dan meledak sekarang.”Napas Bintang terdengar panjang dan lelah. “Ya sudah, keluarkan saja Fleur dari sana.”Mendengar itu spontan Brian berdiri dan menggebrak meja kerja sang CEO. “Nggak bisa, Pak! Dia wajah acara ini!”“Saya ju

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status