“Papa bilang gitu?” Diana menutup majalah yang sedang dibacanya dan memeluk Manda dari belakang. Manda mengangguk. Tangannya ikut memeluk lengan sang ibu yang melingkar di dekat leher.Tak ingin putrinya salah paham terhadap sikap sang ayah, Diana memutuskan untuk membocorkan isi hati Rowan.“Papa itu hanya frustasi. Dia nggak bisa membelamu di depan keluarga Indradjaya. Dia juga frustasi karena dia seolah lebih memilih toko emas kita, ketimbang kebahagiaanmu, Nak.”Manda pun tak bisa menahan air mata harunya.“Seharusnya Papa nggak berpikiran begitu. Aku yang paling tahu seperti apa toko emas itu bagi hidup kita. Aku yang paling merasakan keuntungannya, bisa sekolah sampai lulus. Nggak pernah kekurangan.”Pelukan Diana semakin erat. Ia bersyukur sekali punya putri yang sangat mengerti perjuangan orang tuanya. Dan dia selaku orang tua, pun ingin memberikan yang terbaik untuk anak satu-satunya itu. “Iya, sayang. Jadi, kita biarin aja Papa tenang. Di satu titik dia pasti sadar, Raffae
Sementara itu, Raffael yang tengah mengurus beberapa hal terkait pengunduran dirinya, kedatangan Catherine di kantor Djaya Tambang. “Berani sekali muncul di hadapanku, wanita Soreim?!” sentak Raffael ketika ia tengah rapat dengan Elena. Elena pun tak kuasa menahan tekanan suasana di dalam ruangan itu dan memilih untuk keluar dari sana. “Aku ini hanya tak ingin kau dipermainkan wanita murahan itu, Raffael!” Catherine terdengar tak mau kalah. “Kudengar kalau bayi yang ia kandung bukanlah anakmu!”Raffael yang tadi sibuk menandatangani dokumen, tiba-tiba mematung di tempat. Catherine terlihat puas. Ia bisa melihat kalau Raffael pasti goyah saat mendapatkan kenyataan itu. Catherine pun mulai mengutarakan cerita yang dibuatnya sendiri. “Aku mencarimu dan tahu kau pergi ke Jogja kemarin. Tapi informanku malah menemukan wanitamu sedang bersama pria lain di dalam rumahnya. Menurut informasi yang kuterima, pria itu mengatakan soal bayi mereka.”Raffael semakin terlihat kaget. Kali ini, se
“Chang! Bereskan rumah orang itu. Saya nggak mau Manda stres karena ada bajingan gila di sebelah rumahnya.”Raffael menyerahkan ponsel itu lagi, seraya masuk ke mobil. Kali ini, Regan juga ikut di dalamnya.“Regan, bilang Elena, sampai rapat pemegang saham saya nggak akan datang lagi ke kantor. Kalau ada dokumen yang masih membutuhkan tanda tangan, dia bisa hubungi kamu.”Regan mengangguk paham. Ia segera mencari nomor ponsel Elena dan menghubunginya. “Tara, ke Jogja!”*** Sementara itu, di kediaman Indradjaya. Adam dan Seria nampak kacau. Mereka pikir setelah sebulan lebih, Raffael akan menyerah dan kembali pada Catherine. Mereka pikir semua pengunduran diri dan penghapusan nama keluarga hanya akan berlangsung sementara. Di mata Adam, Raffael tidak pernah bisa hidup tanpa harta keluarga Indradjaya. Saat dulu ia dikirim ke luar negeri, Raffael selalu meminta uang, uang dan uang. Menurut staf di sana, semua uang itu digunakan untuk berjudi dan main perempuan. “Bagaimana, Pa? Kita
“Ha?! Julius?!” Diana berseru dengan wajah panik. “Mantan kamu, Nak?”Manda mengangguk. ‘Pantas perasaanku nggak enak dari tadi. Aku seharusnya lebih waspada. Kedatangan Raffael bikin aku terlalu rileks,’ batin Diana menyesal sudah membiarkan Manda yang membuka pintu tadi.“Dia mau apa, Manda?” tanya sang ibu khawatir. Manda tak tahu apakah ia harus mengatakan semua cerita Julius pada sang ibu. Ia tidak yakin, tapi mantan kekasihnya itu terlihat sangat berani bahkan mengajak untuk melakukan tes DNA pada sang bayi. “Dia bilang ini anaknya. Katanya di hari aku mabuk ….” Manda berhenti sesaat, kemudian melanjutkan dengan berat, “Dia melakukan itu padaku.”Diana mengerutkan dahinya. “Lalu, kamu bagaimana, Nak? Apa ada ingatan soal malam yang seperti itu?”Manda menggeleng. “Aku nggak ingat, Ma. Sama seperti waktu mabuk dan bertemu Raffael aku sama sekali nggak ingat bagaimana akhirnya.”Kebanyakan, Manda hanya ingat bagian awalnya. Dan ketika rasa mabuk semakin menguasai, ingatannya pu
Manda mengangguk dalam diam. Ia membiarkan tubuhnya disetir oleh Raffael, duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu. Sementara itu, Diana masuk ke dapur, memberikan ruang bagi dua sejoli tersebut untuk bicara, tapi bukan berarti ia lepas tangan. Telinganya siap mendengarkan semua obrolan anak muda itu.“Kenapa kau nggak membela diri, Manda? Kau tahu kau nggak tidur dengannya, kan?”Manda tertunduk. Menyembunyikan rasa malu dan kebodohannya. Bodoh karena ia bahkan tidak tahu apa yang terjadi saat mabuk dulu. Terlebih, ia tidak yakin dengan dirinya sendiri, setelah melihat Julius begitu tegas mengklaim bahwa bayi itu adalah anaknya.“Hon ….” Raffael mengangkat dagu Manda dan tersenyum. “Aku yang pertama menyentuhmu. Itu anakku, Sayang.”Mendengar ucapan Raffael, Manda langsung memeluk pria itu erat-erat. “Kenapa kau baik banget sama aku? Aku akan tetap lakukan tes DNA untuk bayi ini, Raffa.”“Buat apa?” protes Raffael sambil terkekeh geli. “Aku tahu saat aku menyentuhmu, Manda.
“Kalau dia laki-laki jahat seperti Julius, aku juga nggak akan menerimanya, Pa. Tapi Raffael nggak seperti itu.”Manda menepuk punggung tangan sang ayah, meminta perhatian untuk memikirkan lebih dalam.Rowan menghela napas. “Bukan soal dia, Nak. Papa nggak buta kalau Raffael adalah laki-laki baik. Hanya saja, sekelilingnya nggak mendukungmu. Kau nggak buta soal itu kan?”Kali ini Manda terdiam. Ia tidak tahu bagaimana merespon ketakutan sang ayah. Ia juga tidak tahu bagaimana meyakinkan bahwa lebih baik bersama Raffael dan menghadapinya bersama ketimbang hidup tenang tapi tanpa Raffael.“Bagaimana kalau suatu hari, orang tua atau saudaranya mencelakai kamu dan anak kamu?” Rowan menambahkan lagi. “Sebagai papa, semua itu bayangan yang membuatku was-was, Nak.”Manda tertunduk. Wajahnya semakin muram menahan air mata yang mulai membuat netranya panas. Ia tidak tahu harus berkata apa, karena semua yang dikatakan sang ayah benar. Semisal saja, Raffael berjanji akan menjaga Manda dengan n
“Dia pindah ke rumah sebelah dengan niat mengganggu Manda, jadi saya membayar lebih untuk rumah itu dan meratakannya dengan tanah.”Wajah Raffael terlihat bahagia saat mengatakannya. Dan Rowan pun tak sadar ikut tertawa membayangkan seperti apa tampang Julius saat kejadian. “Apa kau ingin membangun sesuatu di lahan sebelah? Aku bisa mengurusnya, Pa.”Rowan terkejut mendengar tawaran itu. Ia tidak terpikir untuk membangun sesuatu untuk saat ini. “Biar Manda saja yang pikirkan. Mungkin dia lebih butuh daripada aku.”Raffael mengangguk setuju. Ia sudah memiliki beberapa pilihan desain untuk lahan di sebelah rumah itu, tapi ia tak bermaksud membangunnya untuk Manda. CEO RAFT entertainment itu berencana membawa mereka kembali ke Jakarta, setelah semua tenang. ‘Yeah, mungkin aku akan coba bicara bulan depan.’Untuk saat ini, ada hal lain yang harus dilakukan Raffael. Selesai menikmati kue yang dibawa Rowan, mereka berkumpul di ruang tengah. Raffael meraih tangan Manda sambil menatap dua
“Sepertinya harus operasi, Bu Manda, Pak Raffael.”Sang dokter akhirnya harus datang bertugas di hari liburnya, karena sampai pukul 11 malam bukaan jalan lahir Manda tak kunjung bertambah. “Kalau tidak operasi kenapa, Dok?” tanya Manda khawatir. Ini pertama kalinya ia melakukan tindakan besar seperti operasi. “Adik bayinya sungsang di dalam. Untuk membetulkan lagi, waktunya tidak akan keburu karena air ketubannya sudah banyak keluar. Akan berbahaya buat bayinya, Bu.” Dokter berusaha meyakinkan Manda bahwa operasi c-section adalah jalan terbaik. Melihat Manda keberatan dengan tindakan operasi, Raffael meminta waktu sebentar untuk bicara dengan Manda. Sang dokter memberi waktu setengah jam untuk memberikan keputusan. Raffael meraih tangan Manda dan mengecupnya pelan. “Honey, apa yang kamu takutkan? Tenang saja, dokter ini kenalan Chin Han, jadi nggak akan melakukan hal jahat.”Manda merajuk. “Kata orang, kalau lahirin anak cesar, nggak bakal bisa disebut seorang ‘ibu’. Aku mau ja
“Belum juga keluar suamimu, Nda?” tanya Diana. Manda menggeleng. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir. Suaminya itu hanya mengatakan ia ada rapat malam, tetapi hati Manda tak percaya dengan ucapan Raffael.Tak bisa dibohongi. Wajah Raffael hari ini terlihat sangat tidak tenang. Seolah ada hal yang mengganggunya, tetapi tidak bisa ia utarakan. Selama bekerja dengannya, Manda tahu, tidak pernah Raffael punya jadwal untuk rapat malam hari. Jangankan malam, siang saja kalau bisa akan ia hindari. “Menurut Mama, apa ada hal buruk yang terjadi?” tanya Manda khawatir. “Hal buruk? Yang seperti apa maksudmu, Nak?”Manda mengangkat bahu. “Mungkin dia dapat ancaman dari orang tuanya? Atau malah dia diganggu Catherine Soreim itu? Atau apa? Aku sama sekali nggak bisa menebak.”Diana menghela napas panjang. Ia juga tak setuju putrinya dibiarkan dalam area buta seperti ini, tetapi ia yakin, menantunya itu pasti punya alasan. “Mama rasa, kamu harus jelaskan ke Raffa, Nak. Tidak ada untungnya ka
“Alana?” Raffael mengkonfirmasi nama orang yang dirujuk dalam ucapan Chin Han. “Yes, Raff. Dia dijadwalkan keluar jam 3 sore,” tambah Chin Han. “Kau sebaiknya bersiap. Aku yakin dia akan cari kamu, Raff.”Sekejap, penyesalan memenuhi hati Raffael. Baru kemarin ia mengumumkan pernikahannya dengan Manda. Bahkan wajah Manda terpampang di salah satu media cetak. Bukan hanya foto Manda, tetapi foto saat semua keluarga merayakan ulang tahunnya kemarin. Otaknya berpikir cepat dan berkata, “Han, tolong urus penarikan koran yang ada hubungannya sama berita kemarin.”“Ok!”Di Surabaya mungkin takkan terlalu banyak penerbit yang memberitakan kejadian itu, tetapi penerbit besar pasti mencetaknya. Tanpa peduli sambungan mereka sudah terputus atau belum, Raffael berbalik mencari Tiara. “Pak? Ada yang ketinggalan?” tanya Tiara saat berpapasan dengan Raffael di pintu ruang rapat. Wajah Raffael terlihat tegang. Ia kemudian me“Ra! Minta semua penerbit koran menarik lagi korannya.”“Ha?! Mana bis
‘RAFTEN, Memecat Sejumlah Artis dan Staf!’Adalah berita yang terpampang di halaman terdepan semua media yang beredar di ibukota. Dan setelah membaca setiap kolom berita, semua akan tahu apa yang sudah dilakukan mereka hingga pantas mendapatkan pemecatan.Kutipan Raffael pun tertuang di sana. ‘Penilaian ulang akan dilakukan. Sebagai seorang talent, RAFTEN tidak butuh mereka yang ahli dalam bidang akting tetapi nol dalam etika.’Kali ini, Manda juga tidak akan merasa kasihan lagi. Karena apa yang dilakukan sudah kelewat batas sebagai seorang manusia. Namun, karena ini juga, Diana dan Rowan jadi tahu apa yang terjadi pada putri mereka kemarin. “Astaga! Nggak perlu lah anggap kamu istri bos. Kita sama-sama manusia kenapa nggak bisa lebih lembut sedikit ya,” keluh Diana sambil memeluk Manda. “Jadi, ponselmu rusak, Nak?” tanya Rowan.Manda mengangguk, tetapi langsung menambahkan, “Raffa sudah belikan baru dan sudah atur semua sama seperti ponsel lamaku.”Rowan mengangguk. “Syukurlah, Ra
“Hon—”“Diam di dalam dulu. Aku mau ganti baju!” Setelah tenang, Manda mengunci Raffael di ruang rapat kecil, di dekat ruang kerjanya. Istri sang CEO itu memutuskan untuk tak peduli dengan apa yang sudah terjadi dan menyuruh Raffael berlatih menampilkan wajah terkejutnya saat nanti ia mendapatkan kejutan.“Baiklah ….” Raffael menyerah. Baginya yang terpenting saat ini Manda sudah terlihat lebih riang. Ia tak menyangka, istrinya bukan tipe wanita lemah yang bisa diinjak sembarangan. Padahal lawannya banyak dan ia kewalahan membuktikan statusnya sebagai istri sang CEO.‘Kurasa, aku harus membuat pengumuman dan memasang video pernikahanku segera. Supaya tidak ada kejadian seperti ini lagi,’ tekad Raffael dalam hatinya.Kemudian, diam-diam ia meminta Tiara membukakan pintu ruang rapat itu. Lebih baik ia segera mengurus para pembuat onar.“Pak, sebenarnya ada apa?” tanya Tiara. Ia berdiri di samping Raffael yang tengah menunggu lift. “Saya belum tahu cerita detailnya. Tapi saya sudah
Tak punya pilihan, Manda segera melayangkan tas besarnya ke arah satpam tersebut. Namun sayang, pintu lift sudah tertutup lagi.“Ibu ini! Malah mukul yang berwajib!”Satpam yang terkena pukulan pun langsung protes dan langsung mencengkram tangan Manda untuk memborgolnya. Namun, sebelum borgol itu menyentuh tangan Manda, suara Raffael menggelegar dari pintu lobi. Seperti biasa pagi tadi ia bangun dan menghubungi sang istri, tetapi tidak tersambung sama sekali. Takut terjadi sesuatu, Regan pun ia perintahkan untuk mencari tahu. Secepat kilat Raffael datang ke kantor karena mendapat bocoran dari Chang bahwa Manda pergi ke kantornya. Itu pun setelah Regan mengatakan bahwa ponsel majikan perempuan mereka tidak bisa dihubungi. Dan kondisi Manda yang tengah menghajar satpam kantor menjadi pemandangan pertama di mata Raffael. “Regan! Tangkap mereka semua!” bentak Raffael membuat semua orang yang ada di sana, termasuk mereka yang menonton ketakutan. Regan segera menggiring semua orang ke
“Ma, aku titip Bintang ya,” bisik Manda pada Diana yang masih setengah tidur. Diana mengangguk paham, kemudian melanjutkan tidurnya di kamar Manda, di rumah mereka yang ada di Jakarta. Bintang masih terlelap di dalam boks bayinya. “Aku pergi dulu.”Manda segera menutup pintu kamarnya dan bergegas keluar dari rumah menuju mobil. Chang dan Tara sudah berada di depan untuk mengantar. Sebelum pergi, Manda menjelaskan tugas mereka. “Chang, nanti tolong jagain Bintang dulu. Aku sama Tara ke RAFTEN, sekitar jam 8 atau 9 Tara jemput kalian.”“Siap, Madam!”Pagi masih belum penuh, tapi Manda harus segera menuju kantor Raffael karena ia sudah mengatur jadwal dengan Rara bahwa hari ini ia harus tiba di kantor pukul 7 pagi untuk mengatur berbagai hal. Berangkat pukul setengah 6 pun tak membuat Manda datang tepat waktu. Ia terlambat 5 menit. “Tara, kamu balik ke rumah ya,” perintah Manda. “Jemput Mama, Papa sama Bintang.”“Baik, Nyonya.”Sepeninggalan Tara, Manda pun berbalik untuk memasuki g
“Raffa, tunjukkan wajahmu sebentar saja!” Manda menyeret Raffael kembali ke meja makan di resort yang mereka sewa. Tentu saja, walau mereka bersenang-senang dengan pantai, Manda tidak lupa tugasnya mengingatkan Raffael jika ada rapat penting yang butuh kehadirannya. “Hanya satu ini lagi, Raffa,” bujuknya, melihat wajah cemberut sang suami. “Benar hanya satu ini lagi?” tanya Raffael mengerutkan dahi, seakan tak percaya. Manda mendengus. “Aku bukan kamu yang bilang sekali ini saja tapi bohong!”Mendengar itu Raffael tergelak. Ia akhirnya menurut dan duduk di depan laptop untuk mengikuti rapat. “Rapat harus selesai dalam 15 menit,” perintah Raffael tegas. “Beritahu saya apa saja masalah yang butuh penanganan!”Manda hanya bisa menggelengkan kepala, heran dengan CEO satu itu. Ia membiarkan Raffael dengan pekerjaannya dan menyusul Camelia yang tengah menikmati air laut di pinggiran pantai bersama dua anaknya. “Mau kerja dia?” tanya Camelia sambil terkekeh melihat adiknya tetap dipaks
“Astaga, Ra. Jadi, bos kamu kabur ini?” tanya Manda panik.Ia sedang menunggu Raffael keluar dari kamar mandinya pagi ini, ketika melihat pendar biru menyala lama dari layar ponsel sang suami.Ketika diintip, ternyata sekretarisnya yang menelepon. Takut ada hal penting, Manda menggunakan kebebasannya untuk mengusap layar ponsel ke atas. Menerima panggilan telepon itu. “Pak Raffael, apa Bapak sudah bangun? Saya sudah menunggu di lobi.”“Ra. Raffa lagi di Jogja. Apa kamu nggak diberitahu?”Spontan Manda mendengar suara seruan panik dari sang sekretaris. Hatinya merasa kasihan mendengar bahwa tidak seharusnya Raffael bisa meninggalkan kantor selama satu minggu ke depan. “Saya harus gimana, Bu Manda?” keluh Tiara dengan suara lemas. “Menurut kamu, ada pertemuan yang sangat penting sampai tidak bisa ditunda nggak?” Manda mencoba membantu sekretaris muda itu untuk mengejek jadwal si bos yang menyebalkan itu. ‘Kenapa juga aku bisa nikah sama dia. Tapi dulu dia nggak sesulit ini dihadapi.
“Hon?”Raffael menghubunginya via panggilan video karena pesannya tak dibalas oleh Manda. Ia terkekeh melihat wajah sang istri yang tengah tersipu malu. “Ah … aku jadi ingin pulang. Kau membuatku gemas.”Manda membuang muka. Ia kesal karena jadi lemah dengan semua kata-kata Raffael yang seperti itu. Setelah mengkondisikan wajahnya, Manda pun kembali menatap layar. “Kamu nggak bisa tarik keputusan kamu soal artis itu?” tanya Manda, berharap Raffael lebih manusiawi. Namun, Raffael menggeleng. “Nggak. Tapi aku sudah meminta salah satu sutradara menjadikannya pemeran utama film layar lebar. Kau nggak perlu khawatir. Aku menyerahkannya ke rumah produksi lain.”Manda terlihat lega mendengar kalau Raffael tidak memecatnya dan menjadikan wanita itu kehilangan pekerjaan. Sederhananya, ia hanya memindahkan artis itu ke perusahaan entertainment lain. “Kalau begitu, aku lebih tenang.”Bersamaan dengan itu, ketukan di pintu kamar Manda mengejutkan Bintang dan dirinya. Diana masuk perlahan dan