Pagi itu, Alexander terbangun dengan perasaan gelisah. Setelah pertemuan dengan James, ia tahu bahwa situasi semakin serius. Pikirannya masih dipenuhi oleh rencana untuk melindungi keluarganya dari Adrian dan Andi. Namun, di tengah kesibukan dan tekanan yang ia rasakan, Alexander tahu bahwa ia tidak bisa menunjukkan kelemahannya di depan Sarah. Sarah harus tetap merasa aman.Di meja makan, Sarah sedang menyuapi Zacky sambil tersenyum. Pemandangan itu membuat hati Alexander sedikit tenang. Namun, di balik ketenangan yang terlihat, pikiran Alexander terus bekerja. Semua peringatan tentang Adrian masih menghantui pikirannya, terutama setelah ancaman-ancaman yang dia terima belakangan ini.“Sayang, kau terlihat lelah,” Sarah berkata sambil menatap Alexander dengan cemas. “Apakah semuanya baik-baik saja di kantor?”Alexander tersenyum, meskipun hatinya berat. “Semua baik-baik saja. Aku hanya sedikit terbebani dengan pekerjaan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”Sarah menatap suaminya den
Malam itu, Alexander duduk di ruang kerjanya, memandangi layar komputer yang memutar rekaman CCTV dari kantornya. Sudah berminggu-minggu sejak teror pertama kali dimulai, dan ancaman semakin intens. Alexander merasa semakin dekat untuk mengungkap siapa yang bertanggung jawab, tapi semua masih terasa samar dan penuh teka-teki.Di saat yang sama, Amelia datang menemui Alexander di rumahnya. Dia membawa informasi penting yang berhasil dia kumpulkan mengenai Adrian, yang mungkin bisa membantu Alexander mengungkap kebenaran di balik semua ini. Amelia terlihat gugup, tapi tekadnya sudah bulat untuk memberitahu Alexander semuanya."Alexander," kata Amelia sambil duduk di depan meja kerja suaminya Sarah itu. "Ada sesuatu yang harus kau tahu tentang Adrian. Ini penting."Alexander menatap Amelia dengan alis terangkat, merasa ini bisa menjadi petunjuk yang ia butuhkan. "Apa yang kau temukan?"Amelia menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Aku telah melakukan sedikit penyelidikan tentang
Pagi itu, suasana di rumah Alexander terasa lebih tegang dari biasanya. Alexander bangun lebih awal dari Sarah dan Zacky, lalu beranjak ke ruang kerjanya untuk memikirkan langkah selanjutnya. Setelah percakapan dengan Amelia dan informasi yang ia dapatkan tentang Adrian, Alexander tahu bahwa konfrontasi tidak bisa dihindari lagi. Ini adalah saatnya untuk mengakhiri semua kekacauan yang telah terjadi.Sementara itu, di sisi lain kota, Adrian juga bersiap. Di dalam hatinya, perasaan campur aduk antara dendam dan keraguan semakin menguasainya. Dia tidak pernah berpikir bahwa semua ini akan berjalan sejauh ini, namun kebencian terhadap Alexander telah membuatnya buta. Setiap langkah yang dia ambil, dia yakinkan bahwa semua ini adalah demi Daniel.Andi, yang selama ini membantu Adrian dalam rencana balas dendamnya, terlihat resah. "Adrian, aku tahu ini penting buatmu, tapi apa kau yakin? Melibatkan orang tak bersalah seperti Sarah dan Zacky... ini sudah terlalu jauh."Adrian mendengus, nam
Setelah kejadian di gudang, semuanya berubah dengan cepat. Alexander membawa Adrian pulang ke rumahnya. Ia tahu bahwa Adrian masih butuh waktu untuk benar-benar pulih dari semua beban yang menghantuinya, tapi ini adalah awal dari sesuatu yang lebih baik. Sesampainya di rumah, Sarah terkejut melihat Adrian yang tampak hancur, tetapi tidak mengajukan banyak pertanyaan karena dia merasakan ada sesuatu yang lebih besar terjadi di balik semua ini.Amelia, yang juga ikut pulang bersama mereka, mengungkapkan perasaan lega karena semua akhirnya terbongkar. Namun, di dalam dirinya, ada kegelisahan yang belum bisa ia singkirkan. Meskipun Adrian telah menyerah, Amelia merasa bahwa misteri ini belum sepenuhnya terungkap."Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Amelia pelan saat duduk bersama Sarah di ruang tamu sementara Adrian sedang mandi.Sarah menatapnya, merasa bingung. "Aku juga tidak tahu. Semuanya terasa begitu cepat. Adrian... dia adik Daniel, ya? Aku tidak pernah tahu."Amelia m
Alexander Blackwood, terhanyut dalam efek alkohol yang memabukkan, melangkah masuk ke dalam kamar hotel yang bukan miliknya. Saat matanya menangkap sosok wanita yang tertidur di atas tempat tidur, pikirannya terhanyut dalam ilusi bahwa dia adalah kekasihnya."Akhirnya, aku menemukanmu." Ucap Alexander dengan suara serakDengan gerakan gemulai, dia mendekati tempat tidur dan meraih tubuh wanita dengan penuh nafsu."Kau selalu menjadi milikku." Ucap Alexander seraya menatap aneh ke wanita tersebut. Wanita itu, terbangun dari tidurnya dengan keterkejutan yang mendalam, matanya memancarkan ketakutan yang tak terbendung."Tidak! Hentikan! Kamu salah orang!"Namun, Alexander, terjebak dalam dunianya yang mabuk, mengabaikan seruan wanita itu."Jangan khawatir, sayang. Aku di sini untukmu." Ucap Alexander penuh gairah. Dia mencoba mencium bibir wanita itu, tetapi wanita itu dengan putus asa mencoba menolaknya. Alexander yang merasa kesal karena ditolak, membuat mencengkeram tangan wanita te
Dengan gerakan yang kasar, Alexander mencoba melepaskan pakaian Sarah, memperlihatkan hasratnya yang ganas dan tidak terkendali. Sarah, terdampar di bawah kekuasaannya yang tak terbendung, merasakan ketakutan dan keputusasaan melanda dirinya."Sayang kau merawatnya dengan bagus, tapi kenapa ukuran berbeda dari pertama kali aku melihatnya." ucap Alexander terpesona melihat benda yang menonjol didepannya."Aku tidak bisa... aku tidak bisa melawan..." batin Sarah dengan penuh kesedihan.Dengan hati yang berat, Sarah merasa terhimpit oleh kekuatan Alexander yang melampaui batas-batas keinginannya. Dia merasa dirinya tidak memiliki kendali atas nasibnya sendiri, terjebak dalam genggaman hasrat yang ganas dan tidak terkendali dari pria itu.***Keesokan paginya, Alexander terbangun dari tidurnya dengan kepala yang terasa pusing dan berat. Dalam keadaan setengah sadar, ia menggeliat dan membelalakkan mata dengan ekspresi terkejut saat menyadari bahwa wanita yang tidur di sampingnya bukanlah
Saat Sarah terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa sakit dan lengket. Dengan perlahan, dia membuka matanya dan mencoba memahami situasi di sekitarnya. Namun, dia tidak melihat pria yang telah memaksa dirinya melakukan hubungan tersebut. Yang dia lihat adalah selembar cek dan kertas kecil yang tertulis di atas meja.Sarah meraih cek dan kertas kecil tersebut dengan gemetar, hatinya berdegup kencang karena rasa penasaran dan ketakutan. Dia membaca pesan di kertas kecil itu dengan mata yang terpaku."Kau bisa menuliskan sejumlah uang yang kamu minta,lupakan apa yang terjadi semalam, maaf."Sarah merasa seperti dunianya berputar saat dia menyadari kenyataan yang menyakitkan. Air mata mulai mengalir di pipinya saat dia memahami betapa beratnya peristiwa yang telah dialaminya."Aaaah! Bagaimana bisa kamu berkata seperti ini hah, kau telah menghancurkan ku. Uang ini ngga bisa membeli maafku, aku akan mencari mu dan meminta pertanggungjawaban atas perbuatan mu." Ucap Sarah dengan air mata te
Sementara itu Alexander sesampainya di rumah, Alexander segera menuju kamarnya dengan langkah-langkah yang berat. Dia merasa terbebani oleh beban kesalahan yang begitu berat, membebani pikirannya dengan setiap detik yang berlalu.Memasuki kamar mandi, dia membiarkan air pancuran mengalir di atas tubuhnya, mencoba membersihkan dirinya dari rasa bersalah yang membelenggunya. Namun, setiap tetes air hanya terasa seperti pengingat yang menyayat hatinya atas apa yang telah terjadi semalam. "Iya aku mabuk, aku melakukan nya tanpa sadar. Okeh aku mabuk dalam ingatan ku dia Emily, sekarang harus mencari cara agar semuanya berjalan seperti biasanya. " Ucap Alexander menenangkan dirinya. Sementara dia membersihkan dirinya, ingatan akan kejadian malam sebelumnya terus menghantui pikirannya. Dia memutar kembali momen-momen yang menyakitkan dari malam itu, merasa terjebak dalam siklus penyesalan yang tak berujung."Apa yang telah aku lakukan...? Bagaimana aku bisa melakukan sesuatu yang begitu k