Pagi itu, suasana di rumah Alexander terasa lebih tegang dari biasanya. Alexander bangun lebih awal dari Sarah dan Zacky, lalu beranjak ke ruang kerjanya untuk memikirkan langkah selanjutnya. Setelah percakapan dengan Amelia dan informasi yang ia dapatkan tentang Adrian, Alexander tahu bahwa konfrontasi tidak bisa dihindari lagi. Ini adalah saatnya untuk mengakhiri semua kekacauan yang telah terjadi.Sementara itu, di sisi lain kota, Adrian juga bersiap. Di dalam hatinya, perasaan campur aduk antara dendam dan keraguan semakin menguasainya. Dia tidak pernah berpikir bahwa semua ini akan berjalan sejauh ini, namun kebencian terhadap Alexander telah membuatnya buta. Setiap langkah yang dia ambil, dia yakinkan bahwa semua ini adalah demi Daniel.Andi, yang selama ini membantu Adrian dalam rencana balas dendamnya, terlihat resah. "Adrian, aku tahu ini penting buatmu, tapi apa kau yakin? Melibatkan orang tak bersalah seperti Sarah dan Zacky... ini sudah terlalu jauh."Adrian mendengus, nam
Setelah kejadian di gudang, semuanya berubah dengan cepat. Alexander membawa Adrian pulang ke rumahnya. Ia tahu bahwa Adrian masih butuh waktu untuk benar-benar pulih dari semua beban yang menghantuinya, tapi ini adalah awal dari sesuatu yang lebih baik. Sesampainya di rumah, Sarah terkejut melihat Adrian yang tampak hancur, tetapi tidak mengajukan banyak pertanyaan karena dia merasakan ada sesuatu yang lebih besar terjadi di balik semua ini.Amelia, yang juga ikut pulang bersama mereka, mengungkapkan perasaan lega karena semua akhirnya terbongkar. Namun, di dalam dirinya, ada kegelisahan yang belum bisa ia singkirkan. Meskipun Adrian telah menyerah, Amelia merasa bahwa misteri ini belum sepenuhnya terungkap."Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Amelia pelan saat duduk bersama Sarah di ruang tamu sementara Adrian sedang mandi.Sarah menatapnya, merasa bingung. "Aku juga tidak tahu. Semuanya terasa begitu cepat. Adrian... dia adik Daniel, ya? Aku tidak pernah tahu."Amelia m
Hari-hari setelah penemuan catatan misterius semakin memperkeruh suasana. Alexander dan Amelia merasa seperti sedang berpacu dengan waktu, sementara Adrian masih tampak gelisah. Semua orang di rumah mulai merasakan ketegangan yang menggantung, dan Sarah juga semakin waspada terhadap situasi ini. Zacky, yang masih kecil dan tidak menyadari kekacauan di sekitarnya, terus bermain dengan riang, namun kehadirannya menjadi pengingat bahwa mereka harus melindungi keluarga dari ancaman yang belum terungkap sepenuhnya.Suatu malam, setelah Zacky tidur, Alexander memutuskan untuk mengadakan pertemuan rahasia di ruang kerjanya dengan Amelia, Adrian, dan Sarah. Mereka semua harus menyatukan pikiran untuk mencari petunjuk yang bisa menjelaskan siapa sebenarnya dalang di balik teror yang mereka alami."Adrian," Alexander memulai dengan nada tegas, "apa yang sebenarnya kamu ketahui tentang pria yang kamu temui? Apa hubungannya dengan Daniel?"Adrian menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. Wajahn
Malam itu, Adrian duduk di balkon kamarnya, menatap langit malam yang penuh bintang. Di pikirannya berputar-putar banyak hal, terutama tentang apa yang telah ia lakukan selama ini dan betapa salahnya jalan yang ia pilih. Selama ini, balas dendam adalah satu-satunya hal yang ia pikirkan, tetapi semakin dekat ia dengan keluarga Alexander, semakin ia merasa bahwa balas dendam bukanlah jalan keluar yang benar. Ia telah kehilangan Daniel, dan meskipun dendam itu terasa benar pada awalnya, sekarang ia sadar bahwa ia hanya akan menghancurkan lebih banyak orang jika terus melanjutkan rencananya.Namun, ada satu hal lagi yang selalu ada di benaknya: Amelia.Amelia, wanita yang selalu ada di sisinya, tanpa menghakiminya. Bahkan ketika dia mulai curiga tentang apa yang sebenarnya terjadi, Amelia tidak pernah menekan Adrian. Dia hanya ingin tahu kebenaran. Dan di mata Amelia, Adrian bisa melihat refleksi dirinya yang lebih baik, seseorang yang bisa berubah menjadi orang yang lebih baik. Tetapi ad
Pagi itu, Amelia duduk di ruang tamu apartemennya. Pikirannya masih dipenuhi oleh lamaran Adrian yang begitu tiba-tiba. Ia tidak bisa berhenti memikirkan perasaan Adrian yang begitu tulus, namun juga kompleks. Di satu sisi, Amelia menyadari bahwa Adrian berada dalam situasi yang sulit, terjebak dalam rasa dendamnya kepada Alexander dan kematian Daniel. Di sisi lain, ia tahu bahwa Adrian benar-benar ingin berubah, dan ia melihat Amelia sebagai pendorong perubahan itu.Namun, pernikahan adalah langkah besar. Apakah Adrian sungguh-sungguh? Atau ini hanyalah pelarian dari perasaan bersalah dan kemarahan yang masih menggantung di hatinya?Sementara itu, di tempat lain, Adrian duduk di mejanya, menatap kosong ke jendela. Pikirannya tak henti-hentinya melayang pada Amelia. Ia tahu bahwa permintaan untuk menikah mungkin terlalu mendadak, tetapi ia tak bisa menahan perasaannya. Amelia telah menyentuh bagian terdalam hatinya, sesuatu yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Namun, ada satu ha
Hari yang dinanti akhirnya tiba. Di bawah langit biru cerah, Amelia berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya dalam gaun putih sederhana namun elegan. Kembang buket di tangannya berwarna putih dan merah muda, melambangkan harapan baru dalam hidupnya. Dalam hati, ia merasakan campur aduk antara kegembiraan dan kegugupan.Amelia mengingat kembali perjalanan yang telah dilalui bersama Adrian. Dari ketegangan saat mengetahui hubungan keluarganya, hingga saat-saat penuh emosional ketika Adrian mengungkapkan keinginannya untuk berubah. Kini, mereka berdiri di ambang pintu pernikahan, siap mengukuhkan cinta mereka meski segala rintangan yang telah dihadapi.Sementara itu, di sisi lain gedung, Adrian mengenakan setelan jas hitam yang membuatnya tampak lebih matang dan berkarisma. Ia menatap refleksinya di cermin, merasa bersyukur atas perubahan yang telah terjadi dalam hidupnya. Melihat Amelia, sosok yang telah membuka matanya, membuatnya merasa lebih berharga. Kini, ia siap memulai hidu
Malam pernikahan Adrian dan Amelia berlalu dengan indah, namun keesokan harinya, bayang-bayang masa lalu kembali mengganggu pikiran Adrian. Meski ia berjanji pada dirinya sendiri dan Amelia bahwa ia akan berubah, perasaan bersalah dan dendam yang belum sepenuhnya terselesaikan masih menghantui hatinya. Di sisi lain, Amelia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Adrian, namun ia memilih untuk menunggu Adrian berbicara terlebih dahulu.Pagi itu, Adrian duduk di meja kerja di rumahnya, mencoba fokus pada pekerjaan. Namun, pikirannya terus berputar pada kejadian-kejadian sebelumnya. Wajah Daniel, kakaknya, selalu muncul di benaknya, mengingatkan Adrian pada misi yang pernah ia rencanakan. Sebelum menikah dengan Amelia, ia sempat bertekad untuk menyelesaikan apa yang ia mulai—membalas dendam atas kematian Daniel, yang menurutnya disebabkan oleh Alexander.Saat ia sibuk dengan pikirannya sendiri, pintu kamar kerja terbuka. Amelia berdiri di sana, masih dalam balutan pakaian tidur, wajah
Malam itu terasa begitu sunyi bagi Adrian, meskipun Amelia berada di sisinya. Setelah berbicara panjang lebar tentang masa lalu dan kebenaran yang selama ini ia simpan, Adrian merasa sedikit lebih ringan, namun perasaan bersalah dan ketidakpastian tetap menghantui pikirannya. Amelia memang selalu memberikan dukungan penuh, tetapi Adrian tahu bahwa keputusan untuk benar-benar melepaskan dendam ada di tangannya sendiri.Di ruang tamu, suasana hangat dari lilin yang menyala seolah menenangkan jiwa Adrian, tetapi tak bisa menghilangkan bayang-bayang Daniel yang terus menghantuinya. Sesekali, bayangan wajah kakaknya terlintas di benaknya—wajah yang penuh dengan kemarahan dan kekecewaan karena merasa dikhianati oleh Alexander. Itu yang selalu menjadi bahan bakar dendamnya.Amelia menyadari bahwa Adrian masih terjebak dalam pikirannya. Ia mengulurkan tangan, menggenggam tangan Adrian, berusaha menyalurkan ketenangan. "Kita bisa melewati ini bersama, Adrian," ucapnya lembut.Adrian memandang