Setelah pertemuannya dengan Andi, pikiran Adrian dipenuhi berbagai spekulasi dan keraguan. Kata-kata Andi terus berputar di benaknya: *Daniel tidak mati karena kecelakaan.* Adrian merasa jantungnya berdetak semakin cepat setiap kali mengingat pernyataan itu. Jika Daniel tidak mati karena kecelakaan, lalu siapa yang bertanggung jawab atas kematiannya? Dan apa peran Adrian dalam hal ini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut membebaninya lebih berat daripada sebelumnya.Amelia, yang selama ini selalu menjadi pendengar setia Adrian, mulai merasakan perubahan dalam diri suaminya. Adrian sering kali tampak melamun dan semakin tertutup. Meskipun ia selalu berusaha untuk bersikap normal di depan Amelia, ia tak bisa sepenuhnya menyembunyikan kegelisahannya. Amelia, yang merasakan perubahan tersebut, mulai merasa cemas."Adrian, ada apa? Kau seperti sedang memikirkan sesuatu yang besar. Apa ini tentang pertemuanmu dengan Andi?" Amelia bertanya lembut suatu malam ketika mereka sedang makan malam bersa
Adrian merasa seluruh tubuhnya membeku. Perkataan pria misterius itu masih bergaung di telinganya, membuatnya merasa seolah dunia tiba-tiba runtuh di sekelilingnya. *Orang yang paling dekat denganmu. Orang yang selalu berada di sisi keluargamu.* Kalimat itu memutar ulang pikirannya, membuatnya bertanya-tanya: apakah mungkin Amelia? Apakah benar ada hubungan antara Amelia dan kejadian yang menimpa Daniel? Apakah ada sesuatu yang lebih besar yang selama ini disembunyikan darinya?Pria itu masih berdiri di depannya, menatap dengan tatapan tajam yang penuh makna. Adrian mencoba mengumpulkan pikirannya, berusaha menenangkan dirinya."Apa maksudmu?" tanya Adrian dengan suara serak, meskipun ia berusaha untuk tetap tenang. "Kau mengatakan ada seseorang yang lebih dekat dengan keluargaku yang terlibat dalam kematian Daniel, tapi siapa?"Pria itu menarik nafas dalam-dalam dan melangkah lebih dekat. "Kebenaran ini sangat rumit, Adrian. Tidak hanya Alexander yang terlibat dalam kejadian tersebut
Adrian duduk diam, tubuhnya terasa kaku. Perkataan Amelia tadi berputar-putar di kepalanya, namun ada satu hal yang tak bisa ia hilangkan dari pikirannya: apakah ia benar-benar bisa mempercayai istrinya? Ada begitu banyak ketidakjelasan, begitu banyak tanda tanya yang menggantung di antara mereka.Amelia terlihat cemas, matanya berkilat-kilat seolah sedang berjuang untuk berkata jujur, namun takut dengan konsekuensinya. Dia mengalihkan pandangan ke jendela, seolah mencoba mencari keberanian untuk melanjutkan."Ada sesuatu yang lebih besar dari yang kita pikirkan, Adrian," katanya akhirnya, suaranya pelan. "Tapi aku takut, jika kau tahu semua ini, kau mungkin akan jauh lebih terluka."Adrian merasa hatinya semakin berat. Dia sudah merasa terluka, namun kebenaran yang tersembunyi jauh lebih mempengaruhi dirinya. Meskipun ia merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar kematian Daniel, ia ingin tahu. Ia harus tahu."Amelia," kata Adrian dengan suara penuh penekanan. "Katakan apa yang kau k
Pagi itu, Adrian merasa cemas. Setelah percakapan dengan Amelia, ia tahu bahwa langkah berikutnya adalah berbicara dengan Alexander. Namun, di dalam hatinya, ia merasakan ketakutan yang mendalam. Apa yang akan terjadi jika ia benar-benar mengetahui kebenaran? Apa yang akan terjadi jika Alexander, yang selama ini menjadi teman dekat dan sepupunya, benar-benar terlibat dalam permainan berbahaya ini?Meskipun perasaan ragu dan cemas menggelayuti dirinya, Adrian tahu bahwa ia tidak bisa mundur. Ia tidak bisa terus hidup dengan kebohongan dan ketidakjelasan. Daniel, adik sepupunya yang sudah lama hilang, menjadi alasan utama mengapa ia harus menggali kebenaran ini lebih dalam. Dan jika Alexander terlibat dalam semuanya, maka ia harus menghadapi pria itu secara langsung.Pagi itu, Adrian memutuskan untuk menemui Alexander. Ia tahu bahwa ini adalah langkah yang berisiko, tapi ia tidak bisa hanya diam dan membiarkan semuanya terjerumus dalam kegelapan.Di rumah Alexander, suasana terasa tegan
Singkat Cerita... Enam tahun berlalu, Zacky kini telah menjadi seorang anak kecil yang ceria dan penuh energi. Hari itu adalah hari pertama Zacky memasuki sekolah Taman Kanak-Kanak. Alexander dan Sarah berusaha mengatur kehidupan mereka dengan baik. Meskipun ada berbagai tantangan dan masalah di masa lalu, sekarang keluarga mereka tampak lebih kuat daripada sebelumnya. Pagi yang cerah menghiasi rumah keluarga Alexander, Sarah, dan Zacky. Suara tawa Zacky yang riang terdengar di seluruh rumah saat ia berlarian mengejar mainan barunya. “Papa! Aku mau sekolah!” seru Zacky dengan semangat, mengenakan seragam TK-nya yang tampak pas di tubuh kecilnya. Rambutnya yang sedikit berantakan diatur cepat oleh Sarah yang tersenyum bahagia melihat putra sulungnya tumbuh begitu cepat. Alexander berdiri di dekat meja makan, mengenakan kemeja biru gelap, matanya menatap anaknya penuh kebanggaan. “Ayo, Nak, ini hari yang besar untukmu. Kamu sudah siap, kan?” Zacky mengangguk antusias. “Siap, Pa!
Beberapa minggu setelah ulang tahun Zacky, kehidupan keluarga Alexander terasa semakin harmonis. Sarah, yang kini hamil besar, semakin fokus pada persiapan kelahiran anak kedua mereka. Di rumah, suasana penuh kebahagiaan dan cinta. Namun, di balik semua itu, Alexander merasakan ketegangan yang tak kunjung hilang. Meskipun ia berusaha menikmati momen kebersamaannya dengan keluarga, pikirannya tetap terhantui oleh teror yang pernah ia alami.Suatu malam, setelah Zacky tidur dan Sarah sudah beristirahat, Alexander duduk di ruang kerjanya. Ia memeriksa kembali berkas-berkas dari kantor, namun pikirannya selalu kembali ke satu hal: siapa sebenarnya yang berada di balik semua teror ini? Kenapa mereka menggunakan nama Daniel? Meskipun Adrian telah memberikan penjelasan tentang hubungannya dengan Daniel, Alexander masih merasa ada sesuatu yang disembunyikan.Ketika Alexander sedang tenggelam dalam pikirannya, ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal._"Ini belum berakhir
Pagi itu, Alexander memutuskan untuk tidak menunggu lebih lama. Ia segera memerintahkan James untuk menggali lebih dalam segala hal yang berkaitan dengan Adrian dan Daniel. Ada sesuatu yang terasa janggal, dan Alexander bertekad untuk mengungkapnya. Ancaman yang diterimanya bukan lagi sekadar peringatan, tapi lebih kepada serangan yang dapat mengancam keluarganya.Di tengah perjalanan menuju kantor, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal:_"Jangan berpikir bahwa semuanya sudah berakhir. Kamu masih punya hutang besar yang belum terbayar."_ Alexander menggertakkan giginya. Ia tahu, teror ini semakin mendekat dan ia harus segera bertindak. Sesampainya di kantor, ia langsung menemui James di ruangannya. Di sana, James sudah menyiapkan laporan terbaru.“Pak, saya sudah melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang Adrian,” kata James membuka pembicaraan dengan nada serius.“Apa yang kau temukan?” tanya Alexander sambil menyandarkan punggungnya ke kursi, berusah
Alexander berjalan keluar dari apartemen Adrian dengan perasaan campur aduk. Pikirannya berputar, memikirkan kata-kata Adrian. Tentu saja, Adrian telah menyimpan dendam yang dalam selama bertahun-tahun, dan sekarang dia ingin menghancurkan Alexander, menghancurkan keluarganya.Saat Alexander kembali ke mobil, ponselnya berdering. Itu panggilan dari James."Ada apa, James?" tanya Alexander setelah mengangkat telepon."Pak, saya baru mendapat informasi penting. Kami berhasil melacak Andi. Dia sering terlihat bertemu dengan beberapa orang yang terlibat dalam bisnis gelap. Saya pikir dia mungkin bekerja sama dengan Adrian dalam operasi yang lebih besar."Alexander menghela napas berat. "Terus pantau dia. Kita tidak bisa mengambil risiko. Segera cari tahu apa saja yang mereka rencanakan."“Baik, Pak. Saya juga akan mengirim tim untuk menjaga rumah Anda.”Setelah menutup telepon, Alexander menatap keluar jendela mobil. Langit di luar tampak mendung, seolah mencerminkan suasana hatinya yang