“Kenapa kamu melakukan semua ini? Jangan membuat aku berharap,” ujar Freya tiba-tiba. “Freya, mungkin ini salahku karena aku tidak mengungkap semua rasa yang aku miliki untukmu. Aku sudah menyukaimu sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Sejak saat itu, kamu mulai mengisi mimpi-mimpi indahku.”Wanita muda itu menatap Magnus lekat-lekat. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Haruskah dia bersyukur untuk cinta yang Magnus berikan padanya? Di sini lain, dia kasihan pada pria itu. Magnus layak mendapatkan yang terbaik, bukan dirinya yang sakit-sakitan seperti ini.“Izinkan aku untuk mencintai dan menjagamu, Freya.” Magnus menatapnya dalam. Polisi tampan itu sudah tidak bisa memendam hasratnya untuk menyatakan perasaannya pada wanita pujaan hatinya itu.Freya meremas tangan Magnus pelan.“Aku sedang sekarat, Magnus. Tidakkah kamu melihat hal ini?” dengus Freya pelan. Dia memalingkan wajahnya. Memandang Magnus yang sangat tampan, membuatnya tidak bisa berkonsentrasi untuk menolak cinta pri
Suasana makan malam di rumah keluarga Ryder terasa begitu menyenangkan. Samuel terlihat begitu bahagia, apalagi dengan kehadiran Noah, anak dari Joseph.‘Ternyata begini rasanya memiliki keluarga yang utuh,’ pikir Samuel sambil menatap satu per satu orang yang ada di sana. Senyum bahagia seakan tidak pernah lepas dari sudut bibirnya.Chloe dan Mrs. Ryder juga terlihat sangat akrab. Mereka berdua bercanda dan bercerita satu sama lain. Tidak ada kecanggungan sama sekali di antara mereka berdua.Sedangkan Mateo, dia sibuk memeriksa makanan apa saja yang akan terhidang di atas meja. Trauma akan Chloe yang pernah sekarat karena alerginya, membuat Mateo belajar dari pengalaman. Setelah merasa semuanya aman dan bergizi untuk ibu hamil, Mateo duduk di samping Chloe dan ikut nimbrung dalam percakapan yang terjadi di sekitar meja makan itu.Joseph mendentingkan sebuah gelas kosong dengan sebatang garpu di tangannya.“Good evening everyone! Sebentar lagi, kita akan segera menikmati hidangan yang
“Sekarang giliran-ku,” ucap Mrs. Ryder tiba-tiba. Wanita yang sedari tadi asik menikmati masakan Joseph, bangkit berdiri dari kursinya dan tersenyum lebar.Perhatian semua orang dalam ruangan itu langsung tertuju pada wanita yang sudah berusia di atas enam puluh tahun itu.Mrs. Ryder menarik napas berusaha keras untuk mengingat apa yang akan dia ucapkan kepada orang-orang di depannya itu.“Aku ingin sampaikan bahwa aku sangat berterima kasih kepada menantuku, Chloe yang telah mencintai dan menerima Mateo apa adanya.”Chloe berdiri dan menghampiri wanita yang sudah dia anggap seperti mommynya sendiri. Dipeluknya wanita itu dengan haru.“Aku juga berterima kasih, Mommy.”“Selamat datang dan semoga rumah tangga kalian langgeng sampai kalian menua nanti."Mateo ikut berdiri dan memeluk sang bunda. “Hal yang kedua yang ingin aku sampaikan yaitu, terima kasih kepada Mateo anakku dan Chloe, yang kini sudah menjadi anakku juga. Mereka akan memberikan tiga cucu kembar bagi keluarga ini.”Sem
“Mommy, ini indah sekali,” seru Chloe kaget saat melihat hadiah yang diberikan oleh Mrs. Ryder. “Sini, biar mommy yang pasang.”Dengan hati-hati, Mrs. Ryder memakaikan kalung itu di leher Chloe. Keindahan dan kemewahan dari kalung itu semakin menambah kesempurnaan dari kecantikan Chloe. “Terima kasih banyak, Mommy,” ucap Chloe dengan linangan air mata. Dia tidak pernah menyangka kalau mama mertuanya begitu menyayangi dan akan memanjakannya seperti ini. Mateo hanya duduk tenang menyaksikan kedua wanita yang dicintainya itu akur dan saling memahami satu sama lain. “Mommy masih punya satu lagi,” ucap Mrs. Ryder sambil menyerahkan sebuah kotak berwarna biru. “Ini untuk siapa, Mommy?” tanya Chloe bingung. “Itu untuk kamu.” “Aku ‘kan sudah dapat, Mommy?” “Tidak apa-apa. Semoga kamu menyukainya.” Chloe menatap sang suami meminta penjelasan. Dia takut kalau Mrs. Ryder melakukan kesalahan dan tidak mengingat kalau hadiah itu kemungkinan adalah milik salah satu dari orang-orang yang ad
“Honey? Apakah kamu sudah mendengar kabar dari Albert? Rasanya sudah lebih dari dua minggu, anak itu tidak berkabar atau pun mengunjungi kita.”Pagi itu, Mr. dan Mrs. Ragnar sedang menikmati sarapan sambil mendengarkan musik klasik yang mengalun lembut dari sebuah speaker mini di pojok ruangan. Rutinitas ini sudah biasa mereka lakukan sejak mereka menikah dulu. Bagi Mr. Ragnar, untuk memulai hari yang baru, maka mulailah dengan sarapan pagi bersama orang-orang tersayang.“Ini ‘kan bukan hal baru lagi, sayang. Dari dulu si Albert sudah terbiasa tidak memberi kabar selama berhari-hari ini."Mr. Ragnar menanggapi kecemasan istrinya dengan tenang sambil mengoleskan butter pada potongan roti bakar kesukaannya."Namanya juga anak muda. Wajarlah kalau mereka sibuk dengan kegiatan mereka sehari-hari. Apalagi, Albert banyak pekerjaan."“Iya, honey, aku tahu. Tapi entah kenapa, aku merasa ada yang tidak wajar kali ini.”“Maksud kamu?” tanya Mr. Ragnar yang masih tetap terlihat santai. Tanpa beba
“Hmm, akhirnya pekerjaanku selesai juga,” gumam Mrs. Kellie yang baru saja menandatangani puluhan dokumen di hadapannya.“Sekarang saatnya aku mengunjungi anak manja itu. Awas saja kalau dia sengaja melakukan hal ini untuk membuatku khawatir. Dia benar-benar belum dewasa rupanya."Mrs. Kellie tersenyum simpul sambil merapikan lembaran-lembaran dokumen yang berhamburan di atas meja kerjanya. Setelah semua beres dan dan tertata dengan rapi, Mrs. Kellie mengambil kunci mobil dan segera menuju ke tempat parkir. Perjalanan ke kantor Albert memakan waktu sekitar dua puluh menit. Dengan semangat empat lima (45), Mrs. Ryder bersenandung riang. Dia sudah tidak sabar lagi untuk bertemu anak tersayangnya. Rasanya sudah bertahun-tahun dia tidak melihat wajah putranya. Hubungan Mrs. Kellie dan Alber memang cukup dekat. “Semoga dia tidak terlalu sibuk hari ini,” doa Mrs. Kellie sambil memacu kendaraannya dan berbaur dengan kendaraan lain di jalanan ibu kota. Untunglah hari itu tidak terlalu mace
“Semoga itu adalah jalan keluarnya,” gumam Albert penuh harap. Dia terus berjalan melewati lorong-lorong yang gelap sampai akhirnya dia menemukan pintu keluar. Dengan setengah berlari, dia memasuki hutan pinus di depannya dan menghilang di balik pepohonan yang rimbun. “Aku tidak mengenal daerah ini, semoga ada orang yang mau memberiku tumpangan.”Albert berhenti sejenak dan memeriksa tubuhnya.“Bagaimana aku bisa dapat tumpangan kalau bauku saja sangat mengerikan seperti ini?” cetusnya merasa jijik pada bau yang berasal dari tubuh dan pakaiannya. Belum lagi dengan wajahnya yang bonyok dan lebam di sana-sini. Dia mengedarkan pandangannya dan berharap bisa menemukan sebuah sungai kecil di mana dia bisa membasuh tubuhnya. Udara yang dingin menusuk kulitnya.“Ternyata sudah musim dingin. Bbbrrrr,” keluh Albert. Aku harus berlari untuk menjaga tubuh-ku tetap hangat.”Albert kembali berlari. Dia akan mencari jalan utama dan berharap ada kendaraan yang lewat. Kakinya terasa sakit karena al
Albert bersiul-siul sambil mencukur jenggot dan kumisnya yang sudah tumbuh memanjang selama berminggu-minggu. Gara-gara jenggotnya yang panjang, wajahnya terlihat seperti santa claus nyasar. Mungkin kalau di Indonesia, dia sudah dijadikan korban hari raya karena jenggotnya mirip kambing.“Sialan, ini jenggot ‘kok jelek sekali ya? Benar-benar merusak ketampanan dan pesonaku saja,” umpat Albert kesal. Dia segera mencukur jenggot dan kumisnya. Setelah dia merasa wajahnya sudah mulus lagi, Albert segera mengenakan pakaian casual dan berniat untuk mencari wanita seksi di club.“Hari ini aku harus menghibur juniorku dulu sebelum aku membalas dendamku pada Mateo. Setelah urusan ini selesai, baru urusan yang lainnya.”Albert membuka galeri foto di ponselnya dan mencari foto Chloe di sana. Ditatapnya foto itu lekat-lekat lalu dikecupnya dengan penuh nafsu. Dia terlihat seperti psiko saat melakukan hal itu. Sangat menjijikan dan tidak tahu malu.“Aku akan merebutmu kembali, bidadariku yang seha