“Honey? Apakah kamu sudah mendengar kabar dari Albert? Rasanya sudah lebih dari dua minggu, anak itu tidak berkabar atau pun mengunjungi kita.”Pagi itu, Mr. dan Mrs. Ragnar sedang menikmati sarapan sambil mendengarkan musik klasik yang mengalun lembut dari sebuah speaker mini di pojok ruangan. Rutinitas ini sudah biasa mereka lakukan sejak mereka menikah dulu. Bagi Mr. Ragnar, untuk memulai hari yang baru, maka mulailah dengan sarapan pagi bersama orang-orang tersayang.“Ini ‘kan bukan hal baru lagi, sayang. Dari dulu si Albert sudah terbiasa tidak memberi kabar selama berhari-hari ini."Mr. Ragnar menanggapi kecemasan istrinya dengan tenang sambil mengoleskan butter pada potongan roti bakar kesukaannya."Namanya juga anak muda. Wajarlah kalau mereka sibuk dengan kegiatan mereka sehari-hari. Apalagi, Albert banyak pekerjaan."“Iya, honey, aku tahu. Tapi entah kenapa, aku merasa ada yang tidak wajar kali ini.”“Maksud kamu?” tanya Mr. Ragnar yang masih tetap terlihat santai. Tanpa beba
“Hmm, akhirnya pekerjaanku selesai juga,” gumam Mrs. Kellie yang baru saja menandatangani puluhan dokumen di hadapannya.“Sekarang saatnya aku mengunjungi anak manja itu. Awas saja kalau dia sengaja melakukan hal ini untuk membuatku khawatir. Dia benar-benar belum dewasa rupanya."Mrs. Kellie tersenyum simpul sambil merapikan lembaran-lembaran dokumen yang berhamburan di atas meja kerjanya. Setelah semua beres dan dan tertata dengan rapi, Mrs. Kellie mengambil kunci mobil dan segera menuju ke tempat parkir. Perjalanan ke kantor Albert memakan waktu sekitar dua puluh menit. Dengan semangat empat lima (45), Mrs. Ryder bersenandung riang. Dia sudah tidak sabar lagi untuk bertemu anak tersayangnya. Rasanya sudah bertahun-tahun dia tidak melihat wajah putranya. Hubungan Mrs. Kellie dan Alber memang cukup dekat. “Semoga dia tidak terlalu sibuk hari ini,” doa Mrs. Kellie sambil memacu kendaraannya dan berbaur dengan kendaraan lain di jalanan ibu kota. Untunglah hari itu tidak terlalu mace
“Semoga itu adalah jalan keluarnya,” gumam Albert penuh harap. Dia terus berjalan melewati lorong-lorong yang gelap sampai akhirnya dia menemukan pintu keluar. Dengan setengah berlari, dia memasuki hutan pinus di depannya dan menghilang di balik pepohonan yang rimbun. “Aku tidak mengenal daerah ini, semoga ada orang yang mau memberiku tumpangan.”Albert berhenti sejenak dan memeriksa tubuhnya.“Bagaimana aku bisa dapat tumpangan kalau bauku saja sangat mengerikan seperti ini?” cetusnya merasa jijik pada bau yang berasal dari tubuh dan pakaiannya. Belum lagi dengan wajahnya yang bonyok dan lebam di sana-sini. Dia mengedarkan pandangannya dan berharap bisa menemukan sebuah sungai kecil di mana dia bisa membasuh tubuhnya. Udara yang dingin menusuk kulitnya.“Ternyata sudah musim dingin. Bbbrrrr,” keluh Albert. Aku harus berlari untuk menjaga tubuh-ku tetap hangat.”Albert kembali berlari. Dia akan mencari jalan utama dan berharap ada kendaraan yang lewat. Kakinya terasa sakit karena al
Albert bersiul-siul sambil mencukur jenggot dan kumisnya yang sudah tumbuh memanjang selama berminggu-minggu. Gara-gara jenggotnya yang panjang, wajahnya terlihat seperti santa claus nyasar. Mungkin kalau di Indonesia, dia sudah dijadikan korban hari raya karena jenggotnya mirip kambing.“Sialan, ini jenggot ‘kok jelek sekali ya? Benar-benar merusak ketampanan dan pesonaku saja,” umpat Albert kesal. Dia segera mencukur jenggot dan kumisnya. Setelah dia merasa wajahnya sudah mulus lagi, Albert segera mengenakan pakaian casual dan berniat untuk mencari wanita seksi di club.“Hari ini aku harus menghibur juniorku dulu sebelum aku membalas dendamku pada Mateo. Setelah urusan ini selesai, baru urusan yang lainnya.”Albert membuka galeri foto di ponselnya dan mencari foto Chloe di sana. Ditatapnya foto itu lekat-lekat lalu dikecupnya dengan penuh nafsu. Dia terlihat seperti psiko saat melakukan hal itu. Sangat menjijikan dan tidak tahu malu.“Aku akan merebutmu kembali, bidadariku yang seha
“Good morning!” sapa Mateo sambil mengecup lembut kening Chloe. Wanita itu merespon ciuman sang pujaan hati sambil meraup wajah Mateo dan mengecup bibir pria itu dengan lembut.“Bagaimana tidurmu semalam? Apakah si kembar tiga telah membuatmu kelelahan?”Chloe tidak menjawab, dia merenggangkan tubuhnya yang indah. Kehamilannya yang sudah memasuki usia tiga bulan lebih, kini mulai membuatnya beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Morning sickness, rasa mual karena aroma makanan, dan rasa mual saat menikmati makanan tertentu, sudah tidak mengganggunya lagi.Karena tidak ada jawaban dari Chloe, Mateo mengecup leher wanita itu dan meninggalkan jejak basah yang menggoda.“Aaahh,” rintih Chloe pelan. Tubuhnya langsung merespon sentuhan dan ciuman sang suami.Mateo menatap Chloe dengan penuh damba. Irama detak jantungnya seakan berpacu dengan bunyi jam dinding di kamar itu.“Aku sangat mencintaimu, Chloe.” Dia meraih wajah Chloe dengan lembut.“Harus berapa lama menunggu agar aku b
Kita kembali di malam saat Magnus sedang mengunjungi Freya dan ada seseorang yang mengetuk pintu kamar inap Freya. "Kamu tunggu di sini, aku akan memeriksa sebentar." "Hati-hati," ucap Freya cepat sambil berdoa agar tidak terjadi apa-apa dengan pria yang sudah merebut hatinya itu.Dengan pelan, Magnus membuka pintu kamar. "Siapa kamu???" bentak Magnus.Lelaki yang tidak lain adalah Jason, tertegun dan tiba-tiba membalikkan tubuhnya dan berlari dengan cepat di sepanjang lorong rumah sakit. Dia menyangka kalau Freya sedang sendirian, tapi ternyata tidak. "Hei!!! Berhenti!!!" teriak Magnus. "Jaga Nona Freya. Aku akan menangkap pria itu," lanjut Magnus memberi perintah kepada polisi yang sedang bertugas menjaga Freya malam itu. Tanpa menunggu lama, Magnus mengejar pria misterius itu, kali ini dia tidak akan melepaskan pria itu dari tangannya. 'Sepertinya, aku mengenal lelaki itu,' gumam Magnus dalam hati. Dari kejauhan, dia melihat punggung pria yang sedang dikejarnya itu.
Albert menatap Magnus dan Detektif Rodriguez yang duduk di depannya dengan raut muka penuh kebencian. Sudah dua kali dia masuk penjara karena kelihaian mereka berdua dalam menangkapnya. Albert sangat marah, baru saja dia menghirup udara bebas dari penjara bawah tanah milik Mateo, sekarang dia harus berada di tempat ini. Ibaratnya seperti, keluar mulut harimau, masuk mulut buaya. “Tolong ceritakan kembali kepada kami, apa yang Anda lakukan di malam bridal shower tunangan kamu?” tanya Detektif Rodriguez tajam. Entah sudah yang ke sekian kali dia mengajukan pertanyaan itu, tapi Albert sama sekali tidak menjawab, atau lebih tepatnya Albert hanya menjawab ‘no comment.’”Albert hanya terdiam seolah-olah menganggap mereka berdua tidak ada di depannya, bahkan sesekali dia melemparkan senyum ejekan salah satu sudut bibirnya.“Baiklah kalau itu pilihan Tuan Albert sendiri. Kalau Tuan Albert tidak bekerja sama dengan kami, maka kami akan langsung mengajukan kasus ini ke hakim untuk menentukan j
Glenn segera menelpon Mateo begitu selesai berbicara dengan Isac. Dengan wajah tegang, dia menunggu panggilan teleponnya dijawab oleh Sang Boss Mafia.“Hello?” terdengar suara bass Mateo yang membuat Glenn menahan napas karena kepanikan yang tiba-tiba melandanya.“Hello, Boss. A-ada masalah di s-sini,” ucap Glenn gagap.“Kalian baik-baik saja ‘kan?” Suara Mateo kini terdengar khawatir.“K-kmi baik-baik saja, Boss, t-tapi tidak dengan Olav dan salah satu tahanan.”“Tarik napas tiga kali, biar kamu tidak gugup seperti itu,” anjur Mateo.Glenn menarik napas beberapa kali dan setelah merasa cukup tenang, dia pun kembali angkat bicara.“Albert berhasil melarikan diri, Tuan.”Terdengar helaan napas berat di ujung telepon. “Kenapa dia bisa lolos dari sana?” tanya Mateo sambil menahan emosi.Dengan gugup, Glenn menjelaskan rincian kejadiannya seperti apa.“Aku benar-benar minta maaf, Boss, dan aku siap dihukum atas keteledoranku ini.”“Itu kita bisa bicarakan nanti karena aku harus meningkatka