Beranda / Romansa / Terjebak Gairah Pria Idiot / Bab 1. Keinginan Kotor

Share

Terjebak Gairah Pria Idiot
Terjebak Gairah Pria Idiot
Penulis: Lullaby

Bab 1. Keinginan Kotor

Penulis: Lullaby
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-12 16:21:51

Seren membenamkan diri di kursi santai sambil menelan ludah. Pipinya memerah dan tenggorokannya kering. Udara musim dingin masih menggigit, tapi kulitnya justru terasa terbakar.

Buku majalah di genggamannya hanyalah kedok, karena dari balik halaman bergambar, matanya malah menyelinap ke sosok pria raksasa yang tergeletak di atas karpet tebal di dalam kamarnya.

“Kendalikan dirimu, Seren,” desisnya nyaris tak terdengar.

Seren bukan tipikal wanita yang mudah sekali terpengaruh, tapi hasratnya tiba-tiba menjalar liar. Dan kini, keinginan cabulnya menggerogoti logikanya bak tikus kelaparan. Helaan napas dalam-dalam pun tak mampu meredakan panas yang seolah membakar kulitnya.

Terkejut dengan suara napas Seren, Theron mengangkat kepala. Rambut hitam pria itu berantakan, matanya jernih dan menatap polos, kontras dengan tubuh berototnya bagai gladiator. Tatapannya begitu lugu, seperti anak anjing yang tersesat, membuat Seren merasa dirinya seperti sampah terburuk di dunia.

“Tidurlah lagi, Theron. Aku baik-baik saja,” ujar Seren melambaikan tangan seolah tak terjadi apa-apa.

Theron mengangguk patuh. Pipinya mengembang saat dia merebahkan kepala kembali ke lantai. Tapi Seren tercekik rasa bersalah.

'Wah, bagaimana aku bisa memikirkan hal tidak bermoral pada anak sebaik itu?' Beberapa bulan lalu, Seren menemukannya tergeletak di tumpukan salju, nyaris beku, dengan napas tipis seperti bisikan terakhir dari seseorang yang sudah menyerah pada dunia. Tak ada identitas, tak ada nama, hanya tubuh luka-luka dan sepasang mata kosong.

Bukannya menelepon penjaga kota atau membiarkannya jadi es batu, Seren dengan segala impulsifnya malah memutuskan untuk membawanya pulang. Dia merasa ada sesuatu yang sangat familiar pada diri pria itu. Seperti menatap dirinya sendiri di hari ketika dia juga ditinggalkan dunia.

Seren menatap Theron yang patuh merebahkan kepala di karpet tanpa pernah bertanya 'kenapa' seolah setiap ucapannya adalah hukum.

Seumur hidup, Seren dilatih untuk menjadi boneka. Tersenyum ketika diperintah, diam ketika dilukai. Keluarga mewahnya mengukirnya jadi pilar kesempurnaan. Sampai suatu hari, mereka menemukan pilar itu retak lalu membuangnya ke salju.

Persis seperti Theron.

Dan begitulah, Theron tinggal bersamanya hingga saat ini.

Mereka berdua bernasib sama. Dua jiwa yang terbuang, sama-sama menggenggam kesepian, sama-sama terluka. Tapi sekarang, pria itu justru menjadi duri sekaligus bunga di hidup Seren.

Gairah terlarang yang kini menguasai Seren begitu menyiksa. Hasrat untuk menyentuh, menggenggam, merasakan kulit pria itu, dan menjinakkannya hingga tak berdaya.

'Ya ampun! Tidak! Itu dosa!' Tapi ...

Bibir Theron tampak tebal, lembap, seolah diciptakan untuk menggoda. Seren mengutuk diri sendiri saat matanya terpaku pada garis mulut Theron yang sempurna. Pandangannya tertarik pada lekuk bibir pria itu yang merah alami dan keinginannya semakin liar.

'Bagaimana rasanya jika aku mencium bibir itu? Jika kuubah kenaifannya menjadi napas terengah-engah?'

“Astaga! Aku sudah gila." Seren tanpa sadar berteriak dan kembali mengejutkan Theron.

Mata Theron yang polos dan tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya yang besar itu tampak kebingungan. Di sisi lain, mata itu begitu jernih dan indah. Semakin melihatnya, maka akan terdorong untuk terus melihatnya.

"Oh, maaf jika aku terlalu berisik. Aku sungguh tidak apa-apa, Theron. Jangan khawatir."

Theron yang awalnya berkedip dengan ekspresi bingung, segera terlihat lega setelah mendengar jawaban Seren. Sementara Seren yang menatap Theron sedang meminum segelas susu dengan ekspresi polos, merasa semakin bersalah.

Sayangnya, logika tak mampu melawan hasrat. Tanpa mengetahui pertarungan iblis batiniah dalam diri Seren, Theron malah menggerakkan bibirnya tanpa sadar dan menjilat sisa susu di ujung mulut. Melihat itu, Seren hampir menjerit.

'Dia sialan! Beraninya melakukan itu di depanku!'

Bibir Seren yang kemerahan hampir berdarah karena digigitnya hingga bengkak. Kukunya menancap ke telapak tangan sampai nyaris berdarah. Akal sehatnya berada di ambang kehancuran.

Ketampanan Theron memang terlalu memukau. Tulang pipa tinggi, hidung mancung, rahang tajam, semuanya terlihat seperti kutukan dewa. Jika saja wajahnya jauh lebih jelek, mungkin Seren bisa lebih tenang. Bahkan para aktor papan atas takkan mampu menyainginya.

Namun, di balik semua itu, ada kenyataan pahit. Theron bukan pria normal. Dunia menyebutnya 'idiot'. Tapi bagi Seren, pria itu hanya terlalu polos dan terlalu canggung dalam membaca situasi. Dia memang berbeda, tapi tidak pernah sampai pada titik 'idiot' seperti yang mereka katakan.

Tapi bukan itu masalah terbesarnya.

Pandangan Seren secara tak sadar terhenti pada selimut tipis yang mulai bergeser dari tubuh Theron. Sedikit saja, tapi cukup untuk memamerkan guratan otot-otot keras di bawah kulitnya yang seolah dipahat oleh dewa perang.

Dada bidang, perut sixpack yang terbagi sempurna, kulit kemerahan yang berkilau. Semua itu memaksanya mengingat fakta memalukan. Dia belum pernah melihat tubuh pria lain seumur hidupnya. Dan Theron, dengan segala kenaifannya, tidak sadar sedang memamerkan "senjata" mematikan itu.

'Sial! Kenapa sejak pagi kau harus terus-menerus menempel padaku?! Dia yang memicu pikiran kotorku!'

Seren malah menyalahkan Theron yang hanya duduk manis di karpet. Logikanya terpelintir. Jika pria itu tak terus mengikutinya hari ini, mungkin pikirannya takkan sepanas ini.

Tapi, siapa yang peduli?

Theron bahkan tidak akan pernah tahu apa yang sedang dia lakukan. Cukup satu perintah “cium aku,” maka pria itu akan melakukannya tanpa bertanya. Godaan itu menggelitik sumsum Seren yang semakin goyah.

Selama ini, dia yang selalu jadi gadis baik. Anak manis yang terlalu patuh meskipun pada akhirnya dibuang oleh keluarganya.

Tapi di sini, dengan pria ini, dialah yang memegang tali. Di matanya, ketaatan Theron adalah cermin dari dirinya dulu. Patuh dan tak berdaya. Bedanya, kali ini dialah yang berkuasa.

Dan ini semua membuat Seren merasakan kepuasan tersendiri. Setelah sekian lama menjadi yang terbelakang dan tak pernah didengar, kini ada seseorang yang mau mendengarkannya, bahkan sangat patuh kepadanya.

Pria ini ... terlalu sempurna untuk jadi sasaran. Namun, juga terlalu manis untuk dilewatkan.

Apalagi situasinya mendukung. Kafe di lantai bawah tutup. Emma dan Joanna sedang libur. Tak ada yang akan mendengar erangan, lenguhan, ataupun teriakan. Tak ada yang akan tahu. Di luar jendela, salju turun deras dan menyelimuti dunia dalam diam. Isolasi sempurna.

Seren berpikir, jika dia memang sudah sejauh ini, lebih baik diselesaikan dengan cepat. Biarlah dosa ini jadi symphony pertama dari kehancuran. Dan Theron, dengan mata biru polosnya, akan jadi kerusakan yang paling manis.

Akhirnya, setelah bertarung cukup lama dengan iblis batiniah yang terus berbisik kepadanya dengan sungguh-sungguh, Seren melipat majalah yang sejak tadi hanya menjadi kedok, dan memanggilnya dengan suara serak seperti bisikan dosa.

“Theron ....”

Mata biru keabuan pria itu berkedip polos, “Ya, Seren?”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 2. Hisap Racun

    Seperti yang diharapkan, Theron, selalu menjawab ucapan Seren dengan patuh. Meskipun wajahnya gelisah saat memperhatikan Seren yang sejak tadi menghela napas sambil berpikir keras, dia mendekat tanpa ragu. Theron menyandarkan kepalanya ke paha Seren sambil menatapnya. Tingkahnya begitu polos dan jinak seperti seekor Tibetan Mastiff yang duduk di dekat kaki majikannya. Berkat itu, hati nurani Seren yang kecil semakin tersentil. Sejenak ia teringat tentang dirinya di masa lalu yang tampak seperti Theron saat ini, membuatnya sedikit kesal karena saat itu ia tidak bisa memberontak, dan kini Theron juga tidak memberontak, sama sepertinya. Namun, rasa muak itu justru membuat Seren semakin dimabuk keserakahan. Keputusan sudah dibuat. Jelas, Seren tidak akan lagi goyah. Seren yang telah dengan mudah membuang sisa hati nuraninya, tiba-tiba memegang perutnya sambil memasang ekspresi kesakitan, “Oh, owww! Aku sekarat!” “Seren, ada apa? Di mana yang sakit?" Theron mengangkat kepalanya d

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 3. Memandikan Theron

    Ketika melihat bibir lembut dan erotis milik Theron yang baru saja menyenangkannya, Seren melanjutkan kebohongannya yang tak tahu malu. "Ha, terima kasih, Theron. Racun Fiuh! Menurutku semuanya sudah keluar. Aku selamat berkatmu.” "Ah, aku lega kalau begitu." Dengan wajah santai, Theron menjawab sambil tersenyum. Matanya begitu jernih, tidak tahu apa-apa. Seren mengusap wajah Theron yang polos. Saat ini, rasa bersalah yang membanjiri. Hati nuraninya yang telah dia buang sebelumnya, kembali mengungkapkan keberadaannya. 'Apa yang telah aku lakukan pada anak baik ini?' Seren mulai tersadar, meski sudah terlambat. Dia mungkin akan tetap membuat pilihan yang sama jika kembali di waktu sebelumnya. Dan pada akhirnya, dia akan meratapi dan menyalahkan dirinya sendiri. Lalu tiba-tiba, satu sisi hati Seren bergetar cemas. Theron adalah orang yang tidak suka keberadaannya diketahui. Dia tidak suka berbaur dan cenderung tidak mengucapkan sepatah kata pun di depan orang lain. Namun, ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 4. Dalam Bak yang Sama

    Meskipun sebentar dan langsung menutup mata, Seren merasa sangat tidak nyaman. “Theron, duduk!” perintahnya, mencoba meniru nada Mara, saudara tirinya, ketika menyuruh pelayan. Tubuh besar Theron sudah meringkuk di bangku dekat wastafel. Pose itu membuatnya terlihat seperti beruang kutub di kebun binatang yang besar, tapi jinak. Dengan gerakan kasar, Seren merobek kaus yang menempel di dada Theron. Namun, pandangannya jatuh pada punggung pria itu. Bukan hanya satu dua. Seluruh permukaan punggung Theron dipenuhi jaringan parut, memanjang dan bercabang seperti akar pohon mati yang merambat di kulit. Satu garis putih lurus melintang vertikal di sepanjang tulang belakang, begitu dalam dan rapi hingga menyerupai luka tusukan. Jemari Seren terulur tanpa sadar, menyentuh bekas luka itu perlahan. “Kau pernah ditikam?” Theron menggerakkan kepala, “Jatuh … di hutan.” Alis Seren berkerut, “Jatuh di hutan bisa membuatmu begini?” Suaranya tak percaya. “Sampai satu punggungmu penuh lu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 5. Di Balik Senyum Lugu Itu ....

    "Aku merasa lebih baik setelah berendam."Seren menggulung rambutnya dengan handuk seadanya, lalu menjatuhkan diri tengkurap ke atas kasur. Tubuhnya masih hangat dari air, dan aromaterapi yang diberikan Theron masih tercium samar. Dia meraih ponselnya dan menyalakannya.Dua panggilan tak terjawab dari Emma.Pesan yang belum dibaca? Cukup banyak.Dia membuka chat Emma lebih dulu. Beberapa pesan singkat terpampang:Emma:“Besok tolong datang pagi, Seren.”“Ada pengiriman bahan dari supplier baru, aku mau kamu cek kualitasnya.”“Dan tolong jangan lupa, kita punya meeting kecil jam sepuluh. Pelayan baru juga mulai kerja.”Seren mendesah pelan. Baru saja merasakan kedamaian setelah berendam, sekarang sudah dihadapkan pada rutinitas kafe lagi.Layar ponsel menyala kembali. Ternyata Emma yang menelepon.Seren menjawab, "Halo?""Halo. Baru melihat pesanku?" Suara Emma terdengar cemas, tapi tetap tegas seperti biasa."Iya. Aku baru selesai mandi.""Hm. Pokoknya, besok datanglah lebih pagi. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 5. Di Balik Senyum Lugu Itu ....

    "Aku merasa lebih baik setelah berendam."Seren menggulung rambutnya dengan handuk seadanya, lalu menjatuhkan diri tengkurap ke atas kasur. Tubuhnya masih hangat dari air, dan aromaterapi yang diberikan Theron masih tercium samar. Dia meraih ponselnya dan menyalakannya.Dua panggilan tak terjawab dari Emma.Pesan yang belum dibaca? Cukup banyak.Dia membuka chat Emma lebih dulu. Beberapa pesan singkat terpampang:Emma:“Besok tolong datang pagi, Seren.”“Ada pengiriman bahan dari supplier baru, aku mau kamu cek kualitasnya.”“Dan tolong jangan lupa, kita punya meeting kecil jam sepuluh. Pelayan baru juga mulai kerja.”Seren mendesah pelan. Baru saja merasakan kedamaian setelah berendam, sekarang sudah dihadapkan pada rutinitas kafe lagi.Layar ponsel menyala kembali. Ternyata Emma yang menelepon.Seren menjawab, "Halo?""Halo. Baru melihat pesanku?" Suara Emma terdengar cemas, tapi tetap tegas seperti biasa."Iya. Aku baru selesai mandi.""Hm. Pokoknya, besok datanglah lebih pagi. Aku

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 4. Dalam Bak yang Sama

    Meskipun sebentar dan langsung menutup mata, Seren merasa sangat tidak nyaman. “Theron, duduk!” perintahnya, mencoba meniru nada Mara, saudara tirinya, ketika menyuruh pelayan. Tubuh besar Theron sudah meringkuk di bangku dekat wastafel. Pose itu membuatnya terlihat seperti beruang kutub di kebun binatang yang besar, tapi jinak. Dengan gerakan kasar, Seren merobek kaus yang menempel di dada Theron. Namun, pandangannya jatuh pada punggung pria itu. Bukan hanya satu dua. Seluruh permukaan punggung Theron dipenuhi jaringan parut, memanjang dan bercabang seperti akar pohon mati yang merambat di kulit. Satu garis putih lurus melintang vertikal di sepanjang tulang belakang, begitu dalam dan rapi hingga menyerupai luka tusukan. Jemari Seren terulur tanpa sadar, menyentuh bekas luka itu perlahan. “Kau pernah ditikam?” Theron menggerakkan kepala, “Jatuh … di hutan.” Alis Seren berkerut, “Jatuh di hutan bisa membuatmu begini?” Suaranya tak percaya. “Sampai satu punggungmu penuh lu

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 3. Memandikan Theron

    Ketika melihat bibir lembut dan erotis milik Theron yang baru saja menyenangkannya, Seren melanjutkan kebohongannya yang tak tahu malu. "Ha, terima kasih, Theron. Racun Fiuh! Menurutku semuanya sudah keluar. Aku selamat berkatmu.” "Ah, aku lega kalau begitu." Dengan wajah santai, Theron menjawab sambil tersenyum. Matanya begitu jernih, tidak tahu apa-apa. Seren mengusap wajah Theron yang polos. Saat ini, rasa bersalah yang membanjiri. Hati nuraninya yang telah dia buang sebelumnya, kembali mengungkapkan keberadaannya. 'Apa yang telah aku lakukan pada anak baik ini?' Seren mulai tersadar, meski sudah terlambat. Dia mungkin akan tetap membuat pilihan yang sama jika kembali di waktu sebelumnya. Dan pada akhirnya, dia akan meratapi dan menyalahkan dirinya sendiri. Lalu tiba-tiba, satu sisi hati Seren bergetar cemas. Theron adalah orang yang tidak suka keberadaannya diketahui. Dia tidak suka berbaur dan cenderung tidak mengucapkan sepatah kata pun di depan orang lain. Namun, ke

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 2. Hisap Racun

    Seperti yang diharapkan, Theron, selalu menjawab ucapan Seren dengan patuh. Meskipun wajahnya gelisah saat memperhatikan Seren yang sejak tadi menghela napas sambil berpikir keras, dia mendekat tanpa ragu. Theron menyandarkan kepalanya ke paha Seren sambil menatapnya. Tingkahnya begitu polos dan jinak seperti seekor Tibetan Mastiff yang duduk di dekat kaki majikannya. Berkat itu, hati nurani Seren yang kecil semakin tersentil. Sejenak ia teringat tentang dirinya di masa lalu yang tampak seperti Theron saat ini, membuatnya sedikit kesal karena saat itu ia tidak bisa memberontak, dan kini Theron juga tidak memberontak, sama sepertinya. Namun, rasa muak itu justru membuat Seren semakin dimabuk keserakahan. Keputusan sudah dibuat. Jelas, Seren tidak akan lagi goyah. Seren yang telah dengan mudah membuang sisa hati nuraninya, tiba-tiba memegang perutnya sambil memasang ekspresi kesakitan, “Oh, owww! Aku sekarat!” “Seren, ada apa? Di mana yang sakit?" Theron mengangkat kepalanya d

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 1. Keinginan Kotor

    Seren membenamkan diri di kursi santai sambil menelan ludah. Pipinya memerah dan tenggorokannya kering. Udara musim dingin masih menggigit, tapi kulitnya justru terasa terbakar. Buku majalah di genggamannya hanyalah kedok, karena dari balik halaman bergambar, matanya malah menyelinap ke sosok pria raksasa yang tergeletak di atas karpet tebal di dalam kamarnya. “Kendalikan dirimu, Seren,” desisnya nyaris tak terdengar. Seren bukan tipikal wanita yang mudah sekali terpengaruh, tapi hasratnya tiba-tiba menjalar liar. Dan kini, keinginan cabulnya menggerogoti logikanya bak tikus kelaparan. Helaan napas dalam-dalam pun tak mampu meredakan panas yang seolah membakar kulitnya. Terkejut dengan suara napas Seren, Theron mengangkat kepala. Rambut hitam pria itu berantakan, matanya jernih dan menatap polos, kontras dengan tubuh berototnya bagai gladiator. Tatapannya begitu lugu, seperti anak anjing yang tersesat, membuat Seren merasa dirinya seperti sampah terburuk di dunia. “Tidurlah lagi,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status