Home / Romansa / Terjebak Gairah Pria Idiot / Bab 4. Dalam Bak yang Sama

Share

Bab 4. Dalam Bak yang Sama

Author: Lullaby
last update Last Updated: 2025-04-13 17:18:00

Meskipun sebentar dan langsung menutup mata, Seren merasa sangat tidak nyaman. “Theron, duduk!” perintahnya, mencoba meniru nada Mara, saudara tirinya, ketika menyuruh pelayan.

Tubuh besar Theron sudah meringkuk di bangku dekat wastafel. Pose itu membuatnya terlihat seperti beruang kutub di kebun binatang yang besar, tapi jinak.

Dengan gerakan kasar, Seren merobek kaus yang menempel di dada Theron. Namun, pandangannya jatuh pada punggung pria itu.

Bukan hanya satu dua. Seluruh permukaan punggung Theron dipenuhi jaringan parut, memanjang dan bercabang seperti akar pohon mati yang merambat di kulit. Satu garis putih lurus melintang vertikal di sepanjang tulang belakang, begitu dalam dan rapi hingga menyerupai luka tusukan.

Jemari Seren terulur tanpa sadar, menyentuh bekas luka itu perlahan.

“Kau pernah ditikam?”

Theron menggerakkan kepala, “Jatuh … di hutan.”

Alis Seren berkerut, “Jatuh di hutan bisa membuatmu begini?” Suaranya tak percaya. “Sampai satu punggungmu penuh luka? Ini lebih mirip seperti luka siksaan, Theron.”

Theron diam. Tak membantah, tak menjelaskan.

Keheningan itu membuat bulu kuduk Seren meremang. Ada sesuatu yang tidak dia ketahui. Sesuatu yang mungkin menakutkan.

Pikirannya tak berhenti bertanya, 'Siapa sebenarnya kau, Theron?'

Sejak menemukan Theron di tumpukan salju, Seren tak pernah tahu apa pun soal asal-usul pria itu. Sekeras apapun Seren mencoba mencari tahu, dia sama sekali tidak mendapatkan hasil apapun.

Emma, sahabatnya, sudah berkali-kali menyuruhnya berhenti peduli pada pria asing itu. Tapi Seren tak menggubris. Ada sesuatu dalam diri Theron yang membuatnya tak bisa berpaling. Seolah dengan menolong Theron, dia sedang menyembuhkan luka lamanya sendiri.

Dengan napas berat, dia menunduk dan menarik lengan Theron ke arah bak mandi. “Sudahlah. Aku akan bantu menggosok punggungmu sekarang.”

Ketika Seren menyiapkan waslap dan sabun, dengkulnya gemetar menahan pegal. Namun, apa yang Seren lakukan saat ini justru membuatnya kembali mengingat apa yang dia alami dulu. Ibu tirinya selalu ‘mengasuhnya’ dengan cara yang sedikit keras. Bahkan, saat memandikannya, tidak jarang dia mendapat ‘perlakuan’ lain.

Sepertinya itu lebih tepat disebut sebagai penganiayaan yang dibungkus dengan kata "pengasuhan".

"Seren, kau harus bisa melakukan pekerjaan rumah. Sekarang, bersihkan muntahan adikmu," bisik Lira, ibu tirinya, pada suatu malam. Lalu dia meninggalkan Seren kecil menggigil di kamar mandi, mencuci seprai bekas muntah Mara—adik tirinya yang manja. Air dingin, tangan kecilnya yang mengkerut, dan senyuman palsu yang terbentang di bibirnya. Selalu begitu.

Kepatuhan itu racun.

Dan Seren telah meneguknya sampai tetes terakhir.

“Haah ...!” Napasnya kasar saat menggosok punggung Theron yang kotor dengan sedikit tenaga lebih. Tangannya mencengkeram handuk kuat-kuat. Tapi pria itu ... diam saja.

Theron duduk patuh di dalam bak dengan kepala tertunduk.

Seren menatapnya, seolah melihat dirinya sendiri.

Itu membuatnya muak.

Kenapa tidak melawan?

Kenapa hanya diam menerima?

Gosokannya makin keras. Dia tahu itu pasti perih. Tapi Theron tetap tak bersuara.

Lalu, saat jemarinya tak sengaja menyentuh luka di punggung Theron, sebuah sensasi menyakitkan ikut menjalar di punggungnya. Luka lama yang seolah kembali terbuka. Bekas cambukan ayahnya karena piring makan Mara pecah. Padahal bukan dia yang memecahkannya.

Satu tamparan. Dua sabetan. Tangis ditahan. Luka tak pernah sempat sembuh karena esoknya selalu ada alasan baru untuk membuatnya berdarah lagi. Dan kini, luka-luka itu tergambar di tubuh orang lain.

"Sudah," desis Seren memutus rantai ingatan.

Theron mendongak. Mata biru keabuannya begitu jernih. Terlalu jernih.

Kebeningan itu membuat Seren ingin menampar dirinya sendiri. Bagaimana bisa mata sepolos itu harus dikotori?

Kemudian, bibir Theron terbuka, "Pakaian Seren juga basah. Seren tidak mandi?"

Seren menunduk, melihat jubah mandi yang menempel lekat di kulitnya. Basah dan dingin. Dia memang tak memakai apapun di baliknya, dan udara dingin mulai menusuk tulang.

Suhu hangat dari air begitu menggoda dan dia ingin membungkus kulitnya dalam kehangatan yang menenangkan.

Akhirnya, Seren melepas jubahnya dan melangkah masuk ke dalam bak mandi dengan tubuh telanjang. Namun, Theron tiba-tiba melompat berdiri seolah dia terkejut.

Gerakan tiba-tiba itu memperlihatkan anggota tubuh bagian bawah Theron yang sebelumnya terlewatkan oleh Seren.

Dia terpaku.

'Apakah biasanya memang sebesar itu?'

Ketika Seren tak sengaja mengamati benda asing yang baru pertama kali dia lihat, jari Theron menyentuh lehernya sambil memalingkan wajah.

"Ah, Theron, duduklah!" Seren menutup matanya, sementara tangannya menunjuk sembarangan. "Kalau mau berdiri, pakai handuk!”

Bagaimana dia bisa malu melihat tubuh Theron, padahal beberapa saat lalu dia begitu tak tahu malu menunjukkan tubuh bagian bawahnya pada pria itu.

Theron mengangguk dan menurutinya dengan wajah polos. Namun, wajahnya justru tampak lesu seperti anak kecil yang sedang dimarahi.

Seren merasa bersalah, tapi terlalu malu untuk meminta maaf.

Meski mulut Seren dipenuhi gerutuan, matanya tak bisa berbohong. Theron duduk membungkuk di hadapannya, bahu lebarnya terkulai lemas. Tubuh perkasanya yang sempat membuatnya histeris tadi, kini terlihat tak berdaya.

"Seren ... baik," gumam Theron tiba-tiba, kepalanya menoleh separuh. "Aku suka."

Seren tercekat, "Suka apa?"

Theron menunjuk air yang berkilauan sabun, "Ini. Dan Seren."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 5. Di Balik Senyum Lugu Itu ....

    "Aku merasa lebih baik setelah berendam."Seren menggulung rambutnya dengan handuk seadanya, lalu menjatuhkan diri tengkurap ke atas kasur. Tubuhnya masih hangat dari air, dan aromaterapi yang diberikan Theron masih tercium samar. Dia meraih ponselnya dan menyalakannya.Dua panggilan tak terjawab dari Emma.Pesan yang belum dibaca? Cukup banyak.Dia membuka chat Emma lebih dulu. Beberapa pesan singkat terpampang:Emma:“Besok tolong datang pagi, Seren.”“Ada pengiriman bahan dari supplier baru, aku mau kamu cek kualitasnya.”“Dan tolong jangan lupa, kita punya meeting kecil jam sepuluh. Pelayan baru juga mulai kerja.”Seren mendesah pelan. Baru saja merasakan kedamaian setelah berendam, sekarang sudah dihadapkan pada rutinitas kafe lagi.Layar ponsel menyala kembali. Ternyata Emma yang menelepon.Seren menjawab, "Halo?""Halo. Baru melihat pesanku?" Suara Emma terdengar cemas, tapi tetap tegas seperti biasa."Iya. Aku baru selesai mandi.""Hm. Pokoknya, besok datanglah lebih pagi. Aku

    Last Updated : 2025-04-18
  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 1. Keinginan Kotor

    Seren membenamkan diri di kursi santai sambil menelan ludah. Pipinya memerah dan tenggorokannya kering. Udara musim dingin masih menggigit, tapi kulitnya justru terasa terbakar. Buku majalah di genggamannya hanyalah kedok, karena dari balik halaman bergambar, matanya malah menyelinap ke sosok pria raksasa yang tergeletak di atas karpet tebal di dalam kamarnya. “Kendalikan dirimu, Seren,” desisnya nyaris tak terdengar. Seren bukan tipikal wanita yang mudah sekali terpengaruh, tapi hasratnya tiba-tiba menjalar liar. Dan kini, keinginan cabulnya menggerogoti logikanya bak tikus kelaparan. Helaan napas dalam-dalam pun tak mampu meredakan panas yang seolah membakar kulitnya. Terkejut dengan suara napas Seren, Theron mengangkat kepala. Rambut hitam pria itu berantakan, matanya jernih dan menatap polos, kontras dengan tubuh berototnya bagai gladiator. Tatapannya begitu lugu, seperti anak anjing yang tersesat, membuat Seren merasa dirinya seperti sampah terburuk di dunia. “Tidurlah lagi,

    Last Updated : 2025-04-12
  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 2. Hisap Racun

    Seperti yang diharapkan, Theron, selalu menjawab ucapan Seren dengan patuh. Meskipun wajahnya gelisah saat memperhatikan Seren yang sejak tadi menghela napas sambil berpikir keras, dia mendekat tanpa ragu. Theron menyandarkan kepalanya ke paha Seren sambil menatapnya. Tingkahnya begitu polos dan jinak seperti seekor Tibetan Mastiff yang duduk di dekat kaki majikannya. Berkat itu, hati nurani Seren yang kecil semakin tersentil. Sejenak ia teringat tentang dirinya di masa lalu yang tampak seperti Theron saat ini, membuatnya sedikit kesal karena saat itu ia tidak bisa memberontak, dan kini Theron juga tidak memberontak, sama sepertinya. Namun, rasa muak itu justru membuat Seren semakin dimabuk keserakahan. Keputusan sudah dibuat. Jelas, Seren tidak akan lagi goyah. Seren yang telah dengan mudah membuang sisa hati nuraninya, tiba-tiba memegang perutnya sambil memasang ekspresi kesakitan, “Oh, owww! Aku sekarat!” “Seren, ada apa? Di mana yang sakit?" Theron mengangkat kepalanya d

    Last Updated : 2025-04-13
  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 3. Memandikan Theron

    Ketika melihat bibir lembut dan erotis milik Theron yang baru saja menyenangkannya, Seren melanjutkan kebohongannya yang tak tahu malu. "Ha, terima kasih, Theron. Racun Fiuh! Menurutku semuanya sudah keluar. Aku selamat berkatmu.” "Ah, aku lega kalau begitu." Dengan wajah santai, Theron menjawab sambil tersenyum. Matanya begitu jernih, tidak tahu apa-apa. Seren mengusap wajah Theron yang polos. Saat ini, rasa bersalah yang membanjiri. Hati nuraninya yang telah dia buang sebelumnya, kembali mengungkapkan keberadaannya. 'Apa yang telah aku lakukan pada anak baik ini?' Seren mulai tersadar, meski sudah terlambat. Dia mungkin akan tetap membuat pilihan yang sama jika kembali di waktu sebelumnya. Dan pada akhirnya, dia akan meratapi dan menyalahkan dirinya sendiri. Lalu tiba-tiba, satu sisi hati Seren bergetar cemas. Theron adalah orang yang tidak suka keberadaannya diketahui. Dia tidak suka berbaur dan cenderung tidak mengucapkan sepatah kata pun di depan orang lain. Namun, ke

    Last Updated : 2025-04-13

Latest chapter

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 5. Di Balik Senyum Lugu Itu ....

    "Aku merasa lebih baik setelah berendam."Seren menggulung rambutnya dengan handuk seadanya, lalu menjatuhkan diri tengkurap ke atas kasur. Tubuhnya masih hangat dari air, dan aromaterapi yang diberikan Theron masih tercium samar. Dia meraih ponselnya dan menyalakannya.Dua panggilan tak terjawab dari Emma.Pesan yang belum dibaca? Cukup banyak.Dia membuka chat Emma lebih dulu. Beberapa pesan singkat terpampang:Emma:“Besok tolong datang pagi, Seren.”“Ada pengiriman bahan dari supplier baru, aku mau kamu cek kualitasnya.”“Dan tolong jangan lupa, kita punya meeting kecil jam sepuluh. Pelayan baru juga mulai kerja.”Seren mendesah pelan. Baru saja merasakan kedamaian setelah berendam, sekarang sudah dihadapkan pada rutinitas kafe lagi.Layar ponsel menyala kembali. Ternyata Emma yang menelepon.Seren menjawab, "Halo?""Halo. Baru melihat pesanku?" Suara Emma terdengar cemas, tapi tetap tegas seperti biasa."Iya. Aku baru selesai mandi.""Hm. Pokoknya, besok datanglah lebih pagi. Aku

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 4. Dalam Bak yang Sama

    Meskipun sebentar dan langsung menutup mata, Seren merasa sangat tidak nyaman. “Theron, duduk!” perintahnya, mencoba meniru nada Mara, saudara tirinya, ketika menyuruh pelayan. Tubuh besar Theron sudah meringkuk di bangku dekat wastafel. Pose itu membuatnya terlihat seperti beruang kutub di kebun binatang yang besar, tapi jinak. Dengan gerakan kasar, Seren merobek kaus yang menempel di dada Theron. Namun, pandangannya jatuh pada punggung pria itu. Bukan hanya satu dua. Seluruh permukaan punggung Theron dipenuhi jaringan parut, memanjang dan bercabang seperti akar pohon mati yang merambat di kulit. Satu garis putih lurus melintang vertikal di sepanjang tulang belakang, begitu dalam dan rapi hingga menyerupai luka tusukan. Jemari Seren terulur tanpa sadar, menyentuh bekas luka itu perlahan. “Kau pernah ditikam?” Theron menggerakkan kepala, “Jatuh … di hutan.” Alis Seren berkerut, “Jatuh di hutan bisa membuatmu begini?” Suaranya tak percaya. “Sampai satu punggungmu penuh lu

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 3. Memandikan Theron

    Ketika melihat bibir lembut dan erotis milik Theron yang baru saja menyenangkannya, Seren melanjutkan kebohongannya yang tak tahu malu. "Ha, terima kasih, Theron. Racun Fiuh! Menurutku semuanya sudah keluar. Aku selamat berkatmu.” "Ah, aku lega kalau begitu." Dengan wajah santai, Theron menjawab sambil tersenyum. Matanya begitu jernih, tidak tahu apa-apa. Seren mengusap wajah Theron yang polos. Saat ini, rasa bersalah yang membanjiri. Hati nuraninya yang telah dia buang sebelumnya, kembali mengungkapkan keberadaannya. 'Apa yang telah aku lakukan pada anak baik ini?' Seren mulai tersadar, meski sudah terlambat. Dia mungkin akan tetap membuat pilihan yang sama jika kembali di waktu sebelumnya. Dan pada akhirnya, dia akan meratapi dan menyalahkan dirinya sendiri. Lalu tiba-tiba, satu sisi hati Seren bergetar cemas. Theron adalah orang yang tidak suka keberadaannya diketahui. Dia tidak suka berbaur dan cenderung tidak mengucapkan sepatah kata pun di depan orang lain. Namun, ke

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 2. Hisap Racun

    Seperti yang diharapkan, Theron, selalu menjawab ucapan Seren dengan patuh. Meskipun wajahnya gelisah saat memperhatikan Seren yang sejak tadi menghela napas sambil berpikir keras, dia mendekat tanpa ragu. Theron menyandarkan kepalanya ke paha Seren sambil menatapnya. Tingkahnya begitu polos dan jinak seperti seekor Tibetan Mastiff yang duduk di dekat kaki majikannya. Berkat itu, hati nurani Seren yang kecil semakin tersentil. Sejenak ia teringat tentang dirinya di masa lalu yang tampak seperti Theron saat ini, membuatnya sedikit kesal karena saat itu ia tidak bisa memberontak, dan kini Theron juga tidak memberontak, sama sepertinya. Namun, rasa muak itu justru membuat Seren semakin dimabuk keserakahan. Keputusan sudah dibuat. Jelas, Seren tidak akan lagi goyah. Seren yang telah dengan mudah membuang sisa hati nuraninya, tiba-tiba memegang perutnya sambil memasang ekspresi kesakitan, “Oh, owww! Aku sekarat!” “Seren, ada apa? Di mana yang sakit?" Theron mengangkat kepalanya d

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 1. Keinginan Kotor

    Seren membenamkan diri di kursi santai sambil menelan ludah. Pipinya memerah dan tenggorokannya kering. Udara musim dingin masih menggigit, tapi kulitnya justru terasa terbakar. Buku majalah di genggamannya hanyalah kedok, karena dari balik halaman bergambar, matanya malah menyelinap ke sosok pria raksasa yang tergeletak di atas karpet tebal di dalam kamarnya. “Kendalikan dirimu, Seren,” desisnya nyaris tak terdengar. Seren bukan tipikal wanita yang mudah sekali terpengaruh, tapi hasratnya tiba-tiba menjalar liar. Dan kini, keinginan cabulnya menggerogoti logikanya bak tikus kelaparan. Helaan napas dalam-dalam pun tak mampu meredakan panas yang seolah membakar kulitnya. Terkejut dengan suara napas Seren, Theron mengangkat kepala. Rambut hitam pria itu berantakan, matanya jernih dan menatap polos, kontras dengan tubuh berototnya bagai gladiator. Tatapannya begitu lugu, seperti anak anjing yang tersesat, membuat Seren merasa dirinya seperti sampah terburuk di dunia. “Tidurlah lagi,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status