Home / Romansa / Terjebak Gairah Pria Idiot / Bab 3. Memandikan Theron

Share

Bab 3. Memandikan Theron

Author: Lullaby
last update Last Updated: 2025-04-13 17:16:30

Ketika melihat bibir lembut dan erotis milik Theron yang baru saja menyenangkannya, Seren melanjutkan kebohongannya yang tak tahu malu.

"Ha, terima kasih, Theron. Racun Fiuh! Menurutku semuanya sudah keluar. Aku selamat berkatmu.”

"Ah, aku lega kalau begitu." Dengan wajah santai, Theron menjawab sambil tersenyum. Matanya begitu jernih, tidak tahu apa-apa.

Seren mengusap wajah Theron yang polos. Saat ini, rasa bersalah yang membanjiri. Hati nuraninya yang telah dia buang sebelumnya, kembali mengungkapkan keberadaannya.

'Apa yang telah aku lakukan pada anak baik ini?'

Seren mulai tersadar, meski sudah terlambat. Dia mungkin akan tetap membuat pilihan yang sama jika kembali di waktu sebelumnya. Dan pada akhirnya, dia akan meratapi dan menyalahkan dirinya sendiri.

Lalu tiba-tiba, satu sisi hati Seren bergetar cemas. Theron adalah orang yang tidak suka keberadaannya diketahui. Dia tidak suka berbaur dan cenderung tidak mengucapkan sepatah kata pun di depan orang lain. Namun, kemungkinan terburuk bisa saja terjadi.

“Theron, kamu tidak bisa memberitahu siapapun tentang hari ini. Paham?"

"Apa?" Theron berkedip dan bertanya balik seolah dia benar-benar tidak tahu.

Seren menggigit bibir merahnya dengan wajah frustrasi, 'Ah, sampah! Aku memang sampah! Tak peduli betapa penasarannya aku, Theron yang lugu itu .... Oh, gila! Aku benar-benar sudah gila!'

Theron, yang masih memperhatikan Seren, mengacak-acak rambut hitam halusnya sekuat yang dia bisa, lalu perlahan berbicara, “Seren, bukankah kamu memiliki racun di vaginamu? Jadi aku mencucinya untukmu.”

Wajah Theron yang masih ada bekas cairannya, terlihat merah membara karena kelelahan akibat kerja keras. Khususnya, bibir merahnya yang menderita karena telah bekerja keras, terbuka dan menunggu jawaban Seren.

'Sungguh! Kenapa dia terlihat nakal sekali hari ini?'

Karena area yang masih bergetar karena kegembiraan sepertinya kembali memanas, Seren melanjutkan berbicara sambil mengusap wajah Theron dengan telapak tangannya untuk menyeka sisa cairan tubuhnya.

“Y-ya! Itu jangan biarkan orang lain tahu. Mengerti?"

"Mengerti, Seren."

Seren mengepalkan tangannya dan mengangkat jari kelingking untuk menerima janjinya.

Jawaban 'Baik, Seren.' yang selalu dikatakan oleh Theron, tidak bisa membuat hatinya lega. Meskipun begitu, dia tidak punya pilihan selain memercayainya untuk saat ini.

“Tapi ... Seren ....”

"Ya?"

“Apakah aku akan mati?” Mata Theron tiba-tiba terkulai, tampak sangat sedih.

“Tidak, uh kenapa kamu akan mati?”

“Aku sudah banyak meminum racunmu."

Wajah Seren memanas mendengar perkataan Theron yang tak terduga, dan sialnya sangat vulgar.

‘Ya, dia memang banyak meminumnya. Bagaimana aku bisa menjelaskan hal ini?'

"Ah tidak! Ini racun hanya untukku, tetapi baik untuk kesehatanmu. Jika orang lain meminumnya, itu baik untuk kesehatan mereka! Kamu akan menjadi lebih sehat dan kuat!”

'Astaga! Omong kosong macam apa lagi ini?'

"Oh, terima kasih."

Alasan yang Seren ucapkan dengan tergesa-gesa sangat tidak masuk akal sehingga siapa pun yang mendengarnya akan tertawa dibuatnya. Namun untungnya, Theron yang polos justru merasa lega.

“Seren, apakah kamu ingin mandi?” Theron bertanya ketika dia melihat Seren mulai mengantuk.

Seren hanya mengedipkan mata. Sekarang dia bahkan tidak punya kekuatan untuk berdiri. Seluruh tubuhnya menjadi mengantuk karena otot-ototnya mengendur.

"Tidak, aku akan tidur siang sekarang. Istirahatlah dan siapkan makan malam nanti.” Seren menggulung selimut ke tubuhnya dan memeluknya. Dia langsung tertidur lelap seolah dia pingsan.

Melihat Seren tertidur, Theron diam-diam meninggalkan pintu kamar. Namun, sebuah senyuman tak dikenal melesat di bibirnya.

***

“Theron …?” gumam Seren serak saat matanya baru terbuka, tangannya meraba seprai mencari sesuatu yang tidak dia temukan.

Dari balik pintu kamar mandi, suara gemericik air bercampur dengan langkah kaki yang berat terdengar bersahutan. Seren menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya. Jari-jarinya langsung mengerut saat telapak kakinya menyentuh lantai marmer yang dingin.

Begitu pintu kamar mandi dibuka, uap panas menyergapnya dengan aroma kayu putih dan rempah hangat memenuhi indera penciumannya.

Theron berlutut di sisi bak mandi besar. Lengan kekarnya mengaduk air dengan gerakan hati-hati. Rambut hitamnya basah melekat di dahi, dan kemejanya tergulung hingga siku, memamerkan luka-luka lama di kulitnya.

“Kau menyiapkannya untukku?”

Theron menoleh, wajahnya merah oleh uap panas. “Iya. Seperti yang Seren ajarkan.”

Setelah menghabiskan beberapa bulan bersamanya, Seren mulai memahami bahwa pria itu sebenarnya bisa diandalkan, asal diberi arahan yang sabar dan jelas.

Gerak-gerik Theron memang lebih canggung dari orang kebanyakan. Ekspresinya juga sering polos, dan mulutnya kerap terbuka sedikit, memberi kesan seolah-olah dia lamban berpikir.

Mungkin karena itulah, orang-orang menjulukinya ‘si idiot’ atau ‘setengah-setengah’. Tapi bagi Seren, mereka tidak pernah benar-benar melihat Theron sebagaimana adanya.

Buktinya, malam ini dia bahkan bisa menyiapkan bak mandi penuh air hangat, dengan buih sabun berkilauan yang hampir meluap.

Tapi bukan itu masalahnya sekarang.

Seren menggigit bibir bawahnya saat menyembunyikan rasa bersalah yang muncul tanpa aba-aba. Jika saja dia tidak memaksanya menelan "racun" sialan itu ... mungkin pria ini tak perlu bersusah payah menyiapkan semua ini dengan tubuh kelelahan.

“Kau saja yang berendam air hangat.” Seren ingin menebus rasa bersalahnya.

Theron tidak mengucapkan kalimat apapun. Tatapan bodoh itu, seolah dia tidak bisa mengerti padahal tidak ada yang sulit dalam kata-kata Seren.

"Aku bisa mandi dengan air dingin. Lagipula, pakaianmu sudah basah kuyup karena menyiapkan semua ini." Seren bersikeras.

Hingga akhirnya, Theron memalingkan wajahnya, lalu menjawab, "... Ba-baiklah."

Tapi tiba-tiba, Theron mengernyit saat jemarinya mencakar kerah kaos yang berusaha dia lepaskan. "Sulit ... Seren bisa bantu aku?"

Seren menghela napas. "Biar kubantu."

Tangan mungilnya mulai menyelinap di bawah kaos Theron untuk berjuang melepaskannya.

Setelah kain basah yang menempel di tubuh kekar itu tergulung sebagian dan berhenti di dadanya, Seren tiba-tiba menghentikan gerakannya. Dia memandangi lekukan dan sudut asing di tubuh Theron. Terlihat seperti jalan raya yang terencana, memutar dan memotong kulit perut yang ketat. Betapa berbedanya tubuh Theron dengan tubuhnya.

Ketinggian pria itu nyaris dua meter hingga membuatnya seperti anak kecil yang berusaha meraih dahan tertinggi pohon apel. Lengan Seren mulai gemetar, dan kukunya tanpa sengaja mencakar kulit perut Theron yang keras.

"Ngggh ...," dengus Theron pendek, tapi tak bergerak.

Merasa kepayahan, Seren memutuskan untuk melepaskan celananya dulu, menargetkan area yang lebih mudah dijangkau dan lebih dekat dengan pandangannya.

Dia berjongkok dan menatap resleting celana panjang Theron yang macet.

"Diam saja," desisnya saat Theron menggeliat tak nyaman. Giginya mengerat saat mencabut resleting dengan gerakan kasar.

Klik.

Sesuatu yang hangat dan padat langsung menjatuhi wajahnya. Itu adalah serangan tak terduga yang membuat Seren segera menutup mata.

'Apa itu tadi? Apa dia tak pakai celana dalam?'

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 4. Dalam Bak yang Sama

    Meskipun sebentar dan langsung menutup mata, Seren merasa sangat tidak nyaman. “Theron, duduk!” perintahnya, mencoba meniru nada Mara, saudara tirinya, ketika menyuruh pelayan. Tubuh besar Theron sudah meringkuk di bangku dekat wastafel. Pose itu membuatnya terlihat seperti beruang kutub di kebun binatang yang besar, tapi jinak. Dengan gerakan kasar, Seren merobek kaus yang menempel di dada Theron. Namun, pandangannya jatuh pada punggung pria itu. Bukan hanya satu dua. Seluruh permukaan punggung Theron dipenuhi jaringan parut, memanjang dan bercabang seperti akar pohon mati yang merambat di kulit. Satu garis putih lurus melintang vertikal di sepanjang tulang belakang, begitu dalam dan rapi hingga menyerupai luka tusukan. Jemari Seren terulur tanpa sadar, menyentuh bekas luka itu perlahan. “Kau pernah ditikam?” Theron menggerakkan kepala, “Jatuh … di hutan.” Alis Seren berkerut, “Jatuh di hutan bisa membuatmu begini?” Suaranya tak percaya. “Sampai satu punggungmu penuh lu

    Last Updated : 2025-04-13
  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 5. Di Balik Senyum Lugu Itu ....

    "Aku merasa lebih baik setelah berendam."Seren menggulung rambutnya dengan handuk seadanya, lalu menjatuhkan diri tengkurap ke atas kasur. Tubuhnya masih hangat dari air, dan aromaterapi yang diberikan Theron masih tercium samar. Dia meraih ponselnya dan menyalakannya.Dua panggilan tak terjawab dari Emma.Pesan yang belum dibaca? Cukup banyak.Dia membuka chat Emma lebih dulu. Beberapa pesan singkat terpampang:Emma:“Besok tolong datang pagi, Seren.”“Ada pengiriman bahan dari supplier baru, aku mau kamu cek kualitasnya.”“Dan tolong jangan lupa, kita punya meeting kecil jam sepuluh. Pelayan baru juga mulai kerja.”Seren mendesah pelan. Baru saja merasakan kedamaian setelah berendam, sekarang sudah dihadapkan pada rutinitas kafe lagi.Layar ponsel menyala kembali. Ternyata Emma yang menelepon.Seren menjawab, "Halo?""Halo. Baru melihat pesanku?" Suara Emma terdengar cemas, tapi tetap tegas seperti biasa."Iya. Aku baru selesai mandi.""Hm. Pokoknya, besok datanglah lebih pagi. Aku

    Last Updated : 2025-04-18
  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Tamu Tak Diundang

    Ivy terdiam sebentar sebelum tertawa kecil, “Hah, kok jadi gemas, sih.”Seren menyadari bahwa tatapan Ivy tak pernah benar-benar lepas dari sosok Theron. Bahkan Ivy, yang baru masuk, tampaknya sudah terkena efek dari pesona pria lugu itu.“Baiklah, Ivy. Tugas pertamamu adalah bantu aku di dapur menyiapkan bahan untuk makan siang."Ivy mengangguk penuh semangat, "Siap, Kak Seren!"Namun, sebelum pintu dapur sempat menutup, suara langkah pelan menghentikan Seren. Theron mendekat dengan gugup dan ragu-ragu. “Seren ... aku ... mau keluar sebentar,” katanya seperti sedang berbisik.Seren mengangkat alis, “Keluar? Mau ke mana?”Theron menunduk, tangannya menggenggam ujung celemek, “Ada yang harus kulakukan. Tapi ... aku balik nanti.”Seren memandangnya sebentar. Wajah pria itu terlalu bersih dari niat bohong. Dia tidak mencurigainya. Rumah lama Theron—warisan dari pamannya yang baru meninggal beberapa bulan lalu—hanya berjarak dua blok dari sini. Sejak kehilangan satu-satunya keluarga yang

    Last Updated : 2025-04-26
  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 1. Keinginan Kotor

    Seren membenamkan diri di kursi santai sambil menelan ludah. Pipinya memerah dan tenggorokannya kering. Udara musim dingin masih menggigit, tapi kulitnya justru terasa terbakar. Buku majalah di genggamannya hanyalah kedok, karena dari balik halaman bergambar, matanya malah menyelinap ke sosok pria raksasa yang tergeletak di atas karpet tebal di dalam kamarnya. “Kendalikan dirimu, Seren,” desisnya nyaris tak terdengar. Seren bukan tipikal wanita yang mudah sekali terpengaruh, tapi hasratnya tiba-tiba menjalar liar. Dan kini, keinginan cabulnya menggerogoti logikanya bak tikus kelaparan. Helaan napas dalam-dalam pun tak mampu meredakan panas yang seolah membakar kulitnya. Terkejut dengan suara napas Seren, Theron mengangkat kepala. Rambut hitam pria itu berantakan, matanya jernih dan menatap polos, kontras dengan tubuh berototnya bagai gladiator. Tatapannya begitu lugu, seperti anak anjing yang tersesat, membuat Seren merasa dirinya seperti sampah terburuk di dunia. “Tidurlah lagi,

    Last Updated : 2025-04-12
  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 2. Hisap Racun

    Seperti yang diharapkan, Theron, selalu menjawab ucapan Seren dengan patuh. Meskipun wajahnya gelisah saat memperhatikan Seren yang sejak tadi menghela napas sambil berpikir keras, dia mendekat tanpa ragu. Theron menyandarkan kepalanya ke paha Seren sambil menatapnya. Tingkahnya begitu polos dan jinak seperti seekor Tibetan Mastiff yang duduk di dekat kaki majikannya. Berkat itu, hati nurani Seren yang kecil semakin tersentil. Sejenak ia teringat tentang dirinya di masa lalu yang tampak seperti Theron saat ini, membuatnya sedikit kesal karena saat itu ia tidak bisa memberontak, dan kini Theron juga tidak memberontak, sama sepertinya. Namun, rasa muak itu justru membuat Seren semakin dimabuk keserakahan. Keputusan sudah dibuat. Jelas, Seren tidak akan lagi goyah. Seren yang telah dengan mudah membuang sisa hati nuraninya, tiba-tiba memegang perutnya sambil memasang ekspresi kesakitan, “Oh, owww! Aku sekarat!” “Seren, ada apa? Di mana yang sakit?" Theron mengangkat kepalanya d

    Last Updated : 2025-04-13

Latest chapter

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Tamu Tak Diundang

    Ivy terdiam sebentar sebelum tertawa kecil, “Hah, kok jadi gemas, sih.”Seren menyadari bahwa tatapan Ivy tak pernah benar-benar lepas dari sosok Theron. Bahkan Ivy, yang baru masuk, tampaknya sudah terkena efek dari pesona pria lugu itu.“Baiklah, Ivy. Tugas pertamamu adalah bantu aku di dapur menyiapkan bahan untuk makan siang."Ivy mengangguk penuh semangat, "Siap, Kak Seren!"Namun, sebelum pintu dapur sempat menutup, suara langkah pelan menghentikan Seren. Theron mendekat dengan gugup dan ragu-ragu. “Seren ... aku ... mau keluar sebentar,” katanya seperti sedang berbisik.Seren mengangkat alis, “Keluar? Mau ke mana?”Theron menunduk, tangannya menggenggam ujung celemek, “Ada yang harus kulakukan. Tapi ... aku balik nanti.”Seren memandangnya sebentar. Wajah pria itu terlalu bersih dari niat bohong. Dia tidak mencurigainya. Rumah lama Theron—warisan dari pamannya yang baru meninggal beberapa bulan lalu—hanya berjarak dua blok dari sini. Sejak kehilangan satu-satunya keluarga yang

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 5. Di Balik Senyum Lugu Itu ....

    "Aku merasa lebih baik setelah berendam."Seren menggulung rambutnya dengan handuk seadanya, lalu menjatuhkan diri tengkurap ke atas kasur. Tubuhnya masih hangat dari air, dan aromaterapi yang diberikan Theron masih tercium samar. Dia meraih ponselnya dan menyalakannya.Dua panggilan tak terjawab dari Emma.Pesan yang belum dibaca? Cukup banyak.Dia membuka chat Emma lebih dulu. Beberapa pesan singkat terpampang:Emma:“Besok tolong datang pagi, Seren.”“Ada pengiriman bahan dari supplier baru, aku mau kamu cek kualitasnya.”“Dan tolong jangan lupa, kita punya meeting kecil jam sepuluh. Pelayan baru juga mulai kerja.”Seren mendesah pelan. Baru saja merasakan kedamaian setelah berendam, sekarang sudah dihadapkan pada rutinitas kafe lagi.Layar ponsel menyala kembali. Ternyata Emma yang menelepon.Seren menjawab, "Halo?""Halo. Baru melihat pesanku?" Suara Emma terdengar cemas, tapi tetap tegas seperti biasa."Iya. Aku baru selesai mandi.""Hm. Pokoknya, besok datanglah lebih pagi. Aku

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 4. Dalam Bak yang Sama

    Meskipun sebentar dan langsung menutup mata, Seren merasa sangat tidak nyaman. “Theron, duduk!” perintahnya, mencoba meniru nada Mara, saudara tirinya, ketika menyuruh pelayan. Tubuh besar Theron sudah meringkuk di bangku dekat wastafel. Pose itu membuatnya terlihat seperti beruang kutub di kebun binatang yang besar, tapi jinak. Dengan gerakan kasar, Seren merobek kaus yang menempel di dada Theron. Namun, pandangannya jatuh pada punggung pria itu. Bukan hanya satu dua. Seluruh permukaan punggung Theron dipenuhi jaringan parut, memanjang dan bercabang seperti akar pohon mati yang merambat di kulit. Satu garis putih lurus melintang vertikal di sepanjang tulang belakang, begitu dalam dan rapi hingga menyerupai luka tusukan. Jemari Seren terulur tanpa sadar, menyentuh bekas luka itu perlahan. “Kau pernah ditikam?” Theron menggerakkan kepala, “Jatuh … di hutan.” Alis Seren berkerut, “Jatuh di hutan bisa membuatmu begini?” Suaranya tak percaya. “Sampai satu punggungmu penuh lu

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 3. Memandikan Theron

    Ketika melihat bibir lembut dan erotis milik Theron yang baru saja menyenangkannya, Seren melanjutkan kebohongannya yang tak tahu malu. "Ha, terima kasih, Theron. Racun Fiuh! Menurutku semuanya sudah keluar. Aku selamat berkatmu.” "Ah, aku lega kalau begitu." Dengan wajah santai, Theron menjawab sambil tersenyum. Matanya begitu jernih, tidak tahu apa-apa. Seren mengusap wajah Theron yang polos. Saat ini, rasa bersalah yang membanjiri. Hati nuraninya yang telah dia buang sebelumnya, kembali mengungkapkan keberadaannya. 'Apa yang telah aku lakukan pada anak baik ini?' Seren mulai tersadar, meski sudah terlambat. Dia mungkin akan tetap membuat pilihan yang sama jika kembali di waktu sebelumnya. Dan pada akhirnya, dia akan meratapi dan menyalahkan dirinya sendiri. Lalu tiba-tiba, satu sisi hati Seren bergetar cemas. Theron adalah orang yang tidak suka keberadaannya diketahui. Dia tidak suka berbaur dan cenderung tidak mengucapkan sepatah kata pun di depan orang lain. Namun, ke

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 2. Hisap Racun

    Seperti yang diharapkan, Theron, selalu menjawab ucapan Seren dengan patuh. Meskipun wajahnya gelisah saat memperhatikan Seren yang sejak tadi menghela napas sambil berpikir keras, dia mendekat tanpa ragu. Theron menyandarkan kepalanya ke paha Seren sambil menatapnya. Tingkahnya begitu polos dan jinak seperti seekor Tibetan Mastiff yang duduk di dekat kaki majikannya. Berkat itu, hati nurani Seren yang kecil semakin tersentil. Sejenak ia teringat tentang dirinya di masa lalu yang tampak seperti Theron saat ini, membuatnya sedikit kesal karena saat itu ia tidak bisa memberontak, dan kini Theron juga tidak memberontak, sama sepertinya. Namun, rasa muak itu justru membuat Seren semakin dimabuk keserakahan. Keputusan sudah dibuat. Jelas, Seren tidak akan lagi goyah. Seren yang telah dengan mudah membuang sisa hati nuraninya, tiba-tiba memegang perutnya sambil memasang ekspresi kesakitan, “Oh, owww! Aku sekarat!” “Seren, ada apa? Di mana yang sakit?" Theron mengangkat kepalanya d

  • Terjebak Gairah Pria Idiot   Bab 1. Keinginan Kotor

    Seren membenamkan diri di kursi santai sambil menelan ludah. Pipinya memerah dan tenggorokannya kering. Udara musim dingin masih menggigit, tapi kulitnya justru terasa terbakar. Buku majalah di genggamannya hanyalah kedok, karena dari balik halaman bergambar, matanya malah menyelinap ke sosok pria raksasa yang tergeletak di atas karpet tebal di dalam kamarnya. “Kendalikan dirimu, Seren,” desisnya nyaris tak terdengar. Seren bukan tipikal wanita yang mudah sekali terpengaruh, tapi hasratnya tiba-tiba menjalar liar. Dan kini, keinginan cabulnya menggerogoti logikanya bak tikus kelaparan. Helaan napas dalam-dalam pun tak mampu meredakan panas yang seolah membakar kulitnya. Terkejut dengan suara napas Seren, Theron mengangkat kepala. Rambut hitam pria itu berantakan, matanya jernih dan menatap polos, kontras dengan tubuh berototnya bagai gladiator. Tatapannya begitu lugu, seperti anak anjing yang tersesat, membuat Seren merasa dirinya seperti sampah terburuk di dunia. “Tidurlah lagi,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status