“Hemph!”Seseorang membekap mulut Dania dan menyeretnya ke sisi lain yang lebih sepi. “Diam!” perintah orang itu. Dania mengenali suaranya, dia Kai.“Aku akan melepaskanmu, tapi kau diamlah!” bisik Kai.Setelah mendapat anggukan dari Dania, Kai akhirnya melepaskan bekapan tangannya pada mulut Dania. Selain suara napas, tidak ada lagi suara yang Dania keluarkan. Suasana di sana hening, hingga tiba-tiba seseorang berteriak.“Dia di sini!”“Sial!” umpat Kai yang segera menarik Dania pergi dari sana.Suara peluru yang mengenai dinding kontainer pun mulai memasuki telinga Dania. Dia ingin menoleh ke belakang untuk melihat orang-orang yang mengejarnya, akan tetapi Kai melarang.“Jangan menoleh! mereka bisa mengenalimu.”Dania menurut dan hanya berlari mengekor di belakang Kai. Tidak lama kemudian, mereka keluar dari area pelabuhan dan memasuki mobil hitam yang terparkir beberapa blok.Selanjutnya, mereka pergi meninggalkan distrik. Tidak ada perbincangan sepanjang perjalanan. Dania terus di
TING! ... TUNG!Kai sedikit terkejut karena ada yang menekan tombol rumahnya pagi-pagi. Tidak yang tahu tentang apartemennya ini kecuali Lucas, Natasha, dan Daniel. “Siapa?” monolog Kai, “apa mungkin Kak Lucas?”Kai melihat dari layar kamera pintu. Benar saja, saat ini di depan apartemennya sedang berdiri Lucas ... dan Natasha.Kai terkejut karena ternyata Lucas datang bersama dengan Natasha. Tidak mau membuat kedua orang yang dihormatinya itu menunggu lebih lama, Kai bergegas membukakan pintu. “Kak!” sapa Kai begitu pintu dibuka. “Pagi, Kai!” sapa Natasha.“I-iya, pagi, silakan masuk!”Lucas dan Natasha memasuki apartemen Kai. Lalu, sebuah bungkusan disodorkan oleh Natasha kepada yang punya rumah. “Kemarin aku belajar membuat kue dan kata Lucas hasilnya enak, jadi aku membawakan sedikit untumu, semoga kamu suka, Kai!” jelas Natasha.Kai menerima bungkusan itu—“Oh, terima kasih, Nona!”“Ih, sudah kukatakan berkali-kali, jangan panggil aku nona!”—Natasha sebal.“I-iya, maaf!” ucap
Setelah dari rumah Kai, Natasha berangkat ke kantor dengan diantar oleh Lucas. Sepanjang perjalanan Natasha terlihat sangat bahagia. “Kenapa sepertinya kamu senang sekali?” tanya Lucas.Natasha menjawab, “Entahlah, rasanya hidupku sangat membahagiakan akhir-akhir ini.”Lucas tersenyum, ikut berbahagia mengetahui istrinya bahagia. Namun, tiba-tiba ia mendengar suara helaan napas Natasha dan sekilas raut wajah yang berubah 180 derajat.“Ada apa? kenapa tiba-tiba begitu?”—Lucas penasaran.“Aku takut tiba-tiba kebahagiaan ini hanya semu. Melenakan di awal sebelum datang masalah besar,” jawab Natasha.“Hus! kenapa kamu berpikir seperti itu?”“Aku tidak tahu, semacam feeling? rasanya seperti musim semi sebelum datang badai, entahlah.”“Berhenti berpikir seperti itu dan cukup nikmati saja kebahagiaan yang ada saat ini! masa depan hanya angan, Natasha, itu belum terjadi.”Natasha mengangguk setuju—“Iya, kamu benar.”Lucas meraih tangan Natasha dan menggenggamnya. Dia melempar senyuman untuk
Daniel pada akhirnya membawa perempuan asing yang ditemuinya di klub malam ke sebuah hotel. Daniel sudah tidak lagi dalam akal sehaatnya, dia sudah berada di bawah pengaruh alkohol. Perempuan itu menjatuhkan Daniel di tempat tidur dan melepas sepatu serta jas yang dipakai oleh Daniel. “Natasha, kenapa kamu tidak bisa memilihku saja?” racau Daniel, “Natasha!”—tiba-tiba Daniel menarik tangan perempuan asing itu hingga dia jatuh tepat di atas tubuh Daniel—“kenapa diam saja? jawab aku!”“Kau sudah sangat mabuk, Tuan, sampai-sampai melihatku sebagai perempuan lain. Apa kau baru saja putus cinta?”“Aku tidak mau kehilanganmu, Natasha.”Daniel menarik tengkuk si perempuan hingga kini sudah tidak ada lagi jarak di antara mereka berdua. Sebuah ciuman lantas Daniel daratkan ke bibir perempuan yang ada dalam dekapannya tersebut.Di saat lumatan demi lumatan yang melenakan itu membuai si perempuan, tiba-tiba ciuman itu terlepas. Rupanya, Daniel jatuh tidak sadarkan diri.“Tuan!” panggil si pere
Natasha membawa seseorang yang mengaku anak pamannya, yang mana juga merupakan sepupunya, ke ruangannya. Natasha masih tidak bisa mengatakan apapun, dia hanya menatap gadis manis bernama Sifa itu dengan heran.“Kamu tidak ingin bertanya atau mengatakan apapun?” tanya Sifa memecah keheningan.“Mau minum apa?” tanya Natasha.“Apa saja yang penting dingin, aku dahaga sekali!” jawab Sifa. Natasha pun bangkit untuk menghubungi sekretarisnya. “Eh, Kak!” panggil Sifa.Langkah Natasha terhenti—“Ya?” jawabnya reflek.“Bisakah aku mendapat makan juga? aku belum makan pagi ini.”Natasha menghela napasnya—“Mau makan apa?” tanyanya lagi.“Apa saja, aku pemakan segala,” jawab Sifa.Natasha lantas kembali melanjutkan langkahnya menghubungi sang sekretaris. Setelahnya, dia kembali duduk di sofa bersama dengan Sifa. Kini mereka berdua saling berhadapan.“Sambil menunggu makanannya datang, bisa kamu jawab semua pertanyaanku?”Sifa mengangguk—“Hem! tentu saja, aku sudah siap untuk kamu tanya-tanya.”“Ka
“Heh, anak kelas satu tukang bully! kamu jangan sok ya, mentang-mentang orang tuamu jaksa!” “Hey anak jaksa! asal kamu tahu, orang-orang seperti mama-papamu itu kata mamaku mudah dibeli sama uang, jadi kamu jangan merasa paling benar dan baik sendiri!” Ashana mendengar keributan di gang samping toilet perempuan. Setelah ia dengarkan dengan seksama, dia pun tahu kalau ternyata yang saat ini sedang bertengkar ialah Cellin dan kakak kelas mereka. Ashana bisa saja pura-pura tidak tahu akan masalah itu dan pergi dari sana seolah tidak tahu apapun, atau, tiba-tiba datang menyela mereka dan membantu Cellin. Namun, Ashana tidak mau melakukannya. Jika ia pergi, maka ia tidak ada bedanya dengan perundung, padahal dia tahu bagaimana rasa tidak enaknya dirundung, akan tetapi jika ia membantu Cellin, pada akhirnya dia justru akan menambah musuh baru lagi. Ashana tidak mau mencari musuh baru, jadi dia pun lebih memilih untuk melapor ke guru kelasnya. Setelah perundungan tadi diketahui sang wali
“Mama!” seru Ashana ketika memasuki ruang kerja Natasha.“Hey, Sayang!” balas Natasha, “baru saja mama mau keluar,” jelasnya sambil menyambut pelukan sang putri.“Hallo Daniel!” sapa Lucas ketika pandangnya menangkap sosok Daniel di ruangan sang istri.“Hay Lucas!” balas Daniel. Pada awalnya, Daniel berencana menemani Natasha sampai ke lobi. Namun, karena sekarang sudah ada Lucas yang menjemput Natasha sampai ruangan, dia pun berpikir untuk pergi lebih dulu.“Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu!” pamit Daniel.“Daniel, kami sudah akan pergi juga, kita turun sama-sama saja!” cegah Natasha.“Tidak!” sahut Lucas. Natasha, Daniel, dan juga Ashana sontak menatap Lucas. Mereka cukup terkejut mendengarnya, mereka pikir Lucas keberatan apabila mereka jalan bersama. Sadar ucapannya yang setengah-setengah itu menimbulkan ambigu, Lucas pun cepat-cepat meluruskannya. “Maksudku ... kamu jangan pergi dulu, Daniel! kami akan makan malam di luar, ikutlah sekalian bersama kami!”Lega sudah hati Na
Pagi ini, rencananya Scienic Tech. akan kedatangan tamu dari Grepes yang ingin bertemu dengan Daniel untuk membicarakan tentang Brain Print. “Jam berapa petinggi Grepes itu akan datang?” tanya Daniel kepada sekretarisnya.“Pukul sepuluh, Pak,” jawab sekretaris Daniel, “pihak mereka baru saja menghubungi bahwa mereka sudah dalam perjalanan dari hotel,” lanjutnya.“Siapa petinggi Grepes yang akan datang itu?” tanya Daniel lagi.“Namanya Alexandria Jung, beliau merupakan salah satu pelobi Grepes.”Daniel sedikit terkejut—“Jung?”“Benar, beliau orang Asia, lebih tepatnya Korea tapi sejak kecil tinggal di Amerika ikut ayahnya.”Sekarang Daniel cukup takjub pada sekretarisnya. Sepertinya ia tidak salah memilih orang, karena selain bisa jadi sekretaris dan membantunya mengurus pekerjaan, di samping itu sang sekretaris juga bisa jadi detektif.“Ada informasi lain yang kamu tahu tentang orang Grepes ini?” tanya Daniel lagi.“Menurut saya, Nona Jung ini sedikit licik, Tuan.” Lebih lanjut sekre
Setelah membicarakan semuanya, Lucas bersama Ana, Duan, dan Muchen akhirnya sepakat bahwa mereka tidak akan melibatkan polisi dalam hal ini. Posisi Song Zi yang hanya hidup sendiri membuat semuanya lebih mudah untuk mereka melakukan pemakaman. Sementara anak-anak buah Song Zi, mereka diserahkan kepada Muchen. Lucas membiarkan Muchen melakukan apapun pada mereka. “Karena kalian ada di sini, mampirlah dulu ke rumah, mama dan tante pasti sangat senang bisa melihat kalian, apalagi Ashana, cucu cantik mereka,” ucap Ana seusai pemakaman tuan Song. Lucas dan Natasha saling menatap. Mereka tidak keberatan mengenai hal itu. Natasha sendiri sejak kembali ke Indonesia belum pernah bertemu lagi dengan keluarga Lucas. “Bagaimana, Sayang, kamu mau bertemu dengan tante dan yang lain?" tanya Lucas kepada istrinya. Natasha mengangguk--“Mau!” jawab Natasha dengan senang hati. Keluarga Li itupun lantas berkumpul kembali. Namun, pertemuan mereka kali ini bukanlah di kediaman Li, melainkan r
Lucas mengambil kembali ponselnya dan melacak lokasi keberadaan ponsel Natasha serta mobil yang mereka gunakan sebelumnya. Mobil yang mereka sewa masih ada di depan kediaman Li. Namun, lokasi ponsel Natasha saat ini....“Tidak, ini bukan mengarah ke bandara,” ucap Lucas.“Cepat kejar mereka, Lucas!” perintah Daniel.Lucas melihat kondisi Daniel yang sudah tidak baik-baik saja. Daniel sudah kehilangan banyak darah.“Jangan hiraukan aku! tolong selamatkan saja Natasha, Ashana, dan Alexa!” ucap Daniel sekali lagi.Lucas tidak punya pilihan. Dia mengambil tiga pistol milik anak buah Song Zi dan mengisi penuh pelurunya. Dua pistol dia bawa, sementara satu sisanya dia berikan pada Daniel untuk berjaga-jaga.“Bertahanlah, sebentar lagi adik-adikku akan sampai di sini untuk mengurus semua yang ada di sini!” pesan Lucas pada Daniel.Setelah mendapat anggukan dari Daniel, Lucas bergegas meninggalkan kediaman Li. Dia meng
Keluarnya Daniel dari mobil untuk memasuki kediaman Li dilihat oleh Tuan Song melalui jendela. “Anda membawa teman, Tuan?” tanyanya pada Lucas.Lucas yang mendengarnya pun langsung mendongakkan kepala. Matanya ikut melihat ke arah luar dan mendapati Daniel menuju pintu utama.Lucas sontak bangkit berdiri. Namun, tiba-tiba ....KLIK!Dia merasakan sesuatu menyentuh kepala belakangnya. Lucas ditodong senjata api oleh anak buah Song Zi.“Sedikit saja kau bergerak, kupastikan kau tidak akan pernah melihat putrimu, Tuan,” ucap Song Zi.Lucas tahu orang tua di depannya saat ini tidak main-main dengan ucapannya. Sehingga, hal tersebut membuat Lucas tidak bisa berkutik.Sementara itu di ruang depan, Daniel tengah berhadapan dengan beberapa orang bermasker yang tiba-tiba menyerangnya. Jumlah yang tidak seimbang cukup membuat Daniel kesusahan. Namun, pada akhirnya dia berhasil mengalahkan mereka.“Lucas!” panggil Daniel begitu dia sampai di ruang keluarga. Namun, tidak lama setelahnya ....DOR!
Setelah sekian lama akhirnya Lucas kembali menginjakkan kaki di rumah besar yang selama lebih dari tiga puluh tahun ia tinggali. Kabar terakhir yang ia dapat, rumah itu dilelang oleh pihak pemerintah China. Namun, siapa sangka jika yang memiliki rumah itu sekarang adalah Tuan Song.TUK! ... TUK! ... TUK!Suara langkah kaki Lucas sampai ke telinga Tuan Song yang saat ini sedang duduk di kursi rodanya di ruang keluarga. “Oh, Tuan Lucas, Anda sudah datang?” Tuan Song berbalik menghadap Lucas dan membungkuk memberi hormat padanya. “Selamat datang kembali di kediaman Li, Tuan!”“Hentikan omong kosong ini, Tuan Song! cepat katakan di mana Ashana!”“Bersantailah dulu, Tuan, Nona Muda baik-baik saja. Dia sedang tidur di kamar Anda.”Lucas tentu masing sangat ingat di mana letak kamarnya itu. Di lantai dua paling ujung sebelah kanan. “Hah ...!”—Tuan Song menghela napas seolah merasa sangat lega.“Duduklah, Tuan Lucas! memangnya Anda tidak tertarik untuk mengenang masa lalu bersama saya?” Lu
Setelah mendapat perintah dari Lucas, Kai dan Dania segera menuju Swiss. Setelah seharian menunggu di sekitar bandara kedatangan luar negeri pada akhirnya mereka menemukan apa yang mereka tunggu.Nurmala, perempuan berusia tiga puluhan awal itu menginjakkan kakinya di Swiss bersama dengan seorang laki-laki. Berdasarkan informasi yang didapat oleh Kai, laki-laki itu adalah suami Nurmala yang baru saja keluar dari rumah sakit setelah operasi jantung.Kai menyamar sebagai orang yang menjemput Nurmala. Dia menghentikan mobilnya tepat di depan perempuan itu dan suaminya.Baik Nurmala maupun suaminya sama sekali tidak ada yang curiga. Sampai pada akhirnya, Nurmala merasa ada yang aneh.“Kenapa jauh sekali? bukankah Tuan Song bilang aku akan bekerja di perkotaan? tapi ini ....”Kai mengernyitkan dahinya—“Tuan Song?” tanyanya dalam batin. “Tuan Song ingin kalian menikmati liburan terlebih dahulu,” jawab Kai kemudian.“Oh, jadi begitu, baiklah.”“Sayang, bosmu baik sekali!” ucap suami Nurmala,
Setelah selesai semua proses hukum terkait tuduhan wanprestasi yang dilakukan Scienic Tech. terhadap Grepes, Daniel dan Alexa pikir mereka dapat beristirahat dengan tenang setelah sampai di Indonesia. Namun, siapa sangka ketika baru turun dari pesawat mereka justru mendapat kabar tidak bagus tentang Ashana.“Apa yang tejadi, Lucas?” Daniel dan Alexa yang baru saja tiba di rumah Lucas itupun langsung menuntut penjelasan. “Apa maksudmu Ashana diculik? siapa yang menculiknya?” imbuh Alexa.“Masih belum jelas siapa yang menculiknya, penculik itu dengan suara samaran mengatakan kalau mereka tidak mengiginkan apapun. Mereka hanya ingin membuatku menderita dengan kehilangan anak.”“Shit!”—Daniel begitu frustasi mendengarnya.“Jika demikian, bukankah itu berarti bisa jadi mereka adalah musuh-musuhmu yang menyimpan dendam?” tanya Alexa.“Hem, kurasa begitu.”“Lalu, di mana Natasha sekarang?” tanya Daniel kemudian.“Dia ada di kamar, dia masih sangat terpukul.” Daniel ingin sekali menghampiri
Lucas mencoba memeriksa rekaman CCTV yang ada di rumahnya untuk mencari petunjuk mengenai hilangnya Ashana. Namun, ternyata semua kamera pengawas yang ada di sana sudah mati sebelum kejadian penculikan. “Argh! sial!” umpat Lucas sambil mengusak kasar rambutnya. Dia kembali ke dalam rumah dan menghampiri Natasha yang tengah duduk menangis di sofa dan ditenangkan oleh pelayan perempuan rumah mereka. “Bagaimana, Lucas?” “Tidak ada petunjuk,” jawab Lucas. “Ah, bagaimana ini? Ashana ....” “Tenanglah, Natasha!” Semua orang yang bekerja di rumah Natasha saat ini berkumpul mengelilingi mereka. Lucas memperhatikan wajah para pegawainya satu per satu. “Seperti ada yang kurang,” batin Lucas. Dia lantas bertanya kepada para pelayannya. “Di mana satu rekan kalian yang belum datang?” Semua pelayan langsung memeriksa orang-orang di samping mereka. Barulah saat itu mereka sadar bahwa masih ada satu orang yang belum terlihat. “Oh, Nurmala!” sahut salah satu orang yang bert
Setelah bergabungnya Dania, kini semua pihak memiliki lawannya masing-masing. Organisasi intelijen, Grepes, Alexander dan Ring Fire, semuanya telah memiliki lawan yang seimbang. Perjanjian Lucas dengan Adolf berhasil membuat Ring Fire kesulitan. Mereka menjadi saingan di pasar gelap. Semenatar itu, Scienic Farm. dengan dibantu oleh Dania tengah menghimpun bukti-bukti keterlibatan pihak internal perusahaan dan juga para pejabat bermasalah. Serta, bukti-bukti hubungan mereka dengan Ring Fire dan Alexander sebagai penjembatan. Sedangkan Scienic Tech. yang kini berubah nama menjadi Bite Inc., mereka tengah menyiapkan ‘bom bunuh diri’ untuk Grepes. Ketika semua sudah dirasa cukup, mereka akan pun akan menekan tombol ‘ledak’. “Kak, rusa buruan sudah lumpuh.” Pesan tersebut merupakan kode dari Kai kepada Lucas untuk memberitahukan keadaan Ring Fire yang telah berhasil dibekukan. Lucas mematikan sambungan teleponnya dengan Kai dan langsung menghubungi Alexa. Sambil terus melu
Di hari pameran ....Dania memasuki galeri dan menunjukkan kartu undangan dari Lucas kepada salah seorang pegawai.“Oh, silakan lewat sini, Nona!”Dania diajak ke sebuah ruangan yang ternyata terdapat sebuah lorong rahasia di dalamnya. Sesampainya di pintu lorong, pegawai tadi mempersilakan Dania untuk memasuki lorong itu sendiri. Hanya perlu mengikuti jalur lorong maka nanti dia akan sampai ke aula tempat pelelangan.“Kamu tidak mengantarku?” tanya Dania ke pegawai tersebut.“Maaf, Nona, saya tidak bisa. Tuan Lucas hanya mengizinkan kami untuk mengantar sampai sini.”“Oh, baiklah.”Pada akhirnya Dania menelusuri lorong sendirian dengan diterangi cahaya lampu yang temaram. Sesampainya di ujung lorong dia menjumpai hanya ada satu pintu di sana. Dania membukanya ....“Dania!” panggil Kai yang berdiri tidak jauh dari pintu. “Kai ....”“Jangan hanya berdiri di sana saja, masuklah!”Menerima undangan tersebut, Dania langsung melangkahkan kakinya memasuki aula. Mata Dania mindai sekitar.