Di sinilah Daniel dan Alexa berakhir, duduk berdua di dalam sebuah restoran. “Bukankah tadi kamu bilang ada yang mau kamu bicarakan denganku, Daniel? lalu, kenapa sejak tadi kamu hanya diam saja?”Daniel menelan makanan yang ada di mulutnya, dia menjawab, “Aku hanya sedang menikmati makan siangku.”Alexa tersenyum sarkas—“Cih!” decaknya, “tidak perlu sungkan, Daniel, katakan saja to the point kalau kamu ingin bicara tentang malam itu!”Daniel mengambil minumannya. Setelah dua teguk air minumnya menyapu tenggorokan, dia mengambil dompet di sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.“Ini!”—Daniel meletakkan uang itu di meja dan mendorongnya ke arah Alexa.Alexa mengerutkan dahi—“Apa ini?”“Kukembalikan uangmu,” kata Daniel, “aku bukan pelacur yang setelah tidur bersama bisa kamu bayar dengan uang apalagi kamu tinggal pergi begitu saja,” jelasnya.Alexa akhirnya mengingat kejadian hari itu. Dia pun paham maksud Daniel, lalu tertawa. “Oh, jadi karena itu? hahaha ... sial, kamu tidak
~Dua belas tahun lalu, sebelum pertemuan Lucas dan Natasha~ Lucas keluar dari kamar mandi dan memakai kembali pakaiannya yang semalam ia lempar ke sembarang tempat. Sementara itu, di atas tempat tidur, seorang perempuan baru saja membuka matanya.“Kamu sungguh akan pergi meninggalkanku?” tanya perempuan itu sembari bangkit untuk duduk.“Urusan kita sudah selesai,” jawab Lucas.“Urusan bisnis kita memang sudah selesai, Lucas, tidak bisa kah kita memulai urusan baru yang ... lebih pribadi?”“Aku tidak tertarik,” jawab Lucas singkat.Si perempuan menghela napas. Lalu, dia memakai baju handuknya dan meninggalkan tempat tidur.Dia menghampiri Lucas dan membantu laki-laki itu mengancingkan kemeja. “Jadi, ini pertemuan terakhir kita? kita sungguh tidak akan bertemu lagi?” “Dunia ini terlalu sempit untuk kemungkinan kita tidak akan bertemu lagi, Alexa, mungkin suatu saat nanti secara tidak sengaja kita akan bertemu lagi.” Benar, perempuan yang pagi itu tengah bersama dengan Lucas, dia adal
Kai keluar dari kamarnya dan mendengar seseorang berbicara di balkon. Tidak ada orang lain di apartemannya selain dirinya dan Dania, jadi Kai tahu bahwa pemilik suara itu pastilah Dania.Kai mengambil minum bar kecil dekat dapurnya dan tidak sengaja mendengar sedikit isi pembicaraan Dania di telepon. Dari apa yang dibicarakan, sepertinya agen intelijen itu saat ini sedang bicara dengan orang yang ia mintai tolong untuk menyelidiki Sifa di kampung halamannya. “Baiklah, terima kasih, Bang!” ucap Dania sebelum mengahiri sambungan teleponnya.Dania masuk ke dalam rumah dan mendapati Kai yang duduk di depan mini bar sedang melihat ke arahnya. “Kau sudah bangun?” tanya Dania yang lantas menghampiri Kai dan duduk di kursi kosong sebelah Kai.“Hem,” sahut Kai. “Bagaimana? apa kata informanmu tentang Sifa?” tanya Kai setelahnya.Dania menjawab, “Semua sesuai dengan yang diceritakan Lucas. Sepertinya anak itu jujur.”“Oh, jadi semua keterangannya itu benar,” gumam Kai, “kalau dia benar gadis l
Pagi ini setelah mengantar Ahana dan Natasha, Lucas langsung menuju galerinya. Renovasi tempat untuk galeri Lucas kini telah rampung sepenuhnya, sehingga hari ini Lucas berencana menata interior dan memasang beberapa lukisan yang selama ini disimpan di apartemen Kai.Hanya saja, sudah cukup lama sejak terakhir Kai mengirim pesan dan mengatakan dirinya sedang dalam perjalanan ke tempat Lucas, hingga kini dia belum juga sampai. Lucas mencoba mengintip notifikasi di layar ponselnya, tapi sungguh tidak ada lagi kabar dari Kai. “Ke mana dia?” gumam Lucas.Tidak lama kemudian, sayup-sayup terdengar suara mobil masuk ke halaman galeri. Lucas pun berpikir bahwa itu adalah Kai.Dia berjalan ke depan. Berpikir bahwa mungkin Kai akan membutuhkan bantuannya untuk membawa semua lukisan-lukisannya ke dalam.“Dari mana saja ....”Kalimat Lucas terpotong begitu tahu bahwa orang yang baru saja datang bukanlah Kai, melainkan seorang teman lama yang cukup ia kenal. Alexandria Jung, perempuan itu kini
Selesai bertemu dengan Lucas, selanjutnya Alexa menuju kantor utama Scienic. Tidak ada agenda khusus, dia hanya tiba-tiba ingin bertemu dengan Natasha. “Alexa?”“Oh, Daniel? ... wow, aku tidak menduga kita akan bertemu di sini!” balas Alexa kepada Daniel yang juga akan pergi menemui Natasha.“Sedang apa kamu di sini?”—Daniel penasaran.“Tidak terlalu penting sebenarnya, tapi karena aku sudah ada di sini, rasanya aku perlu menyapa Nona Natasha!” jawab Alexa, “beliau pemilik utama Scienuc, ‘kan?” lanjutnya.Daniel curiga Alexa merencanakan sesuatu. Dia tidak percaya Alexa seramah itu mau menyapa Natasha tanpa ada kepentingan apapun.“Daniel, kamu juga akan menemui Nona Natasha, bukan?”“Hem!” sahut Daniel seadaanya.“Baiklah,”—Alexa menggandeng lengan Daniel—“kalau begitu bawa aku sekalian!”—Alexa menarik Daniel masuk ke dalam lift.Daniel merasa canggung dengan tindakan Alexa yang demikian. Terlebih lagi, hal itu menjadikan mereka sebagai pusat perhatian para karyawan yang melintas.
Di sela dirinya memakai skincare malamnya, Natasha bercerita kepada Lucas tentang pertemuannya siang tadi dengan Alexa. Lucas sempat terhenti sejenak dari aktivitasnya mengganti selimut saat mendengar nama Alexa dan Grepes disebut.“Orang Grepes?” tanya Lucas seolah tidak tahu apapun. Dia lantas kembali menggelar selimut baru ke atas tempat tidur.“Iya, dan yang lebih membuatku terkejut, perempuan bernama Alexa itu terlihat sangat akrab dengan Daniel.”“Mungkin mereka sudah kenal lebih dulu atau mungkin mereka malah teman lama,” kata Lucas.“Namun, selama ini Daniel tidak pernah sedikitpun menyebut tentang Alexa.”Lucas dapat mendengar dan melihat ada sedikit kekecewaan ketika Natasha mengatakan hal itu. Hanya saja, Lucas tidak tahu apakah kekecewaan itu karena Daniel tidak cerita apapun tentang Alexa atau karena Daniel yang bisa dekat dengan wanita lain.“Tidak semua hal bisa diceritakan, Natasha, atau mungkin menurut Daniel, Alexa tidak sepenting itu untuk diceritakan padamu.”“Ah,
Alexa berjalan mendekati Daniel lalu mengalungkan lengannya di leher Daniel. Tanpa banyak bicara keduanya sama-sama mendekatkan wajah mereka.Dua bibir kedua insan yang bahkan belum mengenal satu sama lain itupun bertemu dan dengan lembut bertarung untuk berusaha menunjukkan dominasi. Daniel tidak tahu jika perempuan di hadapannya ternyata cukup ambisius tidak hanya dalam pekerjaan, akan tetapi juga dalam urusan bercinta.Tidak mau harga dirinya terluka, Daniel akhirnya memutuskan untuk tidak menahan diri lagi. Dia terus menunjukkan dominasinya atas Alexa.Adegan Daniel melepas pakaiannya menjadi siluet di sore ini. Cahaya emas matahari itupun semakin memperindah pemandangan dada bidang di hadapan Alexa.Alexa meraba dada dan perut sixpack Daniel—“Apa ada orang lain yang pernah menikmati pemandangan indah ini?”Daniel menggenggam tangan Alexa yang merabanya. Dia mencoba menyingkirkan rasa malu dan mulai membuka diri dengan berkata jujur.“Ini yang pertama,” jawab Daniel.Alexa takjub—
“Aku sama sekali tidak punya niat dan pikiran seperti itu,” kata Sifa.“Bagus jika memang begitu!”—Natasha menatap tajam—“kalau begitu akan kuanggap tindakanmu memberi suamiku teh berisi obat tidur kemarin sebagai tindakan tidak disengaja.”Sifa semakin tidak mengerti, pasalnya ia tidak merasa memasukkan obat apapun ke teh Lucas. “Obat tidur apa? aku sama sekali tidak paham maksudmu.”“Cih!”Natasha memalingkan wajah. Dia malas menjelaskan.Sementara itu, di sisi lain Lucas mencoba mengamati. Menurutnya, tidak ada gerak-gerik yang menunjukkan bahwa Sifa berbohong. Gadis itu terlihat jujur.“Sudah, sebaiknya kamu kembali ke kamarmu, Sifa!” perintah Lucas, “besok akan ada orangku yang akan mengantarmu melihat kampus,” jelasnya.“Tapi—”“Masuklah!” perintah Lucas dengan tegas.Meskipun masih penasaran dengan maksud Natasha tetapi Sifa tidak berani jika membantah Lucas. Tatapan Lucas sungguh mengintimidasi sehingga membuatnya ketakutan. Jadi, mau tidak mau dia pergi dari sana meninggalkan