“Heh, anak kelas satu tukang bully! kamu jangan sok ya, mentang-mentang orang tuamu jaksa!” “Hey anak jaksa! asal kamu tahu, orang-orang seperti mama-papamu itu kata mamaku mudah dibeli sama uang, jadi kamu jangan merasa paling benar dan baik sendiri!” Ashana mendengar keributan di gang samping toilet perempuan. Setelah ia dengarkan dengan seksama, dia pun tahu kalau ternyata yang saat ini sedang bertengkar ialah Cellin dan kakak kelas mereka. Ashana bisa saja pura-pura tidak tahu akan masalah itu dan pergi dari sana seolah tidak tahu apapun, atau, tiba-tiba datang menyela mereka dan membantu Cellin. Namun, Ashana tidak mau melakukannya. Jika ia pergi, maka ia tidak ada bedanya dengan perundung, padahal dia tahu bagaimana rasa tidak enaknya dirundung, akan tetapi jika ia membantu Cellin, pada akhirnya dia justru akan menambah musuh baru lagi. Ashana tidak mau mencari musuh baru, jadi dia pun lebih memilih untuk melapor ke guru kelasnya. Setelah perundungan tadi diketahui sang wali
“Mama!” seru Ashana ketika memasuki ruang kerja Natasha.“Hey, Sayang!” balas Natasha, “baru saja mama mau keluar,” jelasnya sambil menyambut pelukan sang putri.“Hallo Daniel!” sapa Lucas ketika pandangnya menangkap sosok Daniel di ruangan sang istri.“Hay Lucas!” balas Daniel. Pada awalnya, Daniel berencana menemani Natasha sampai ke lobi. Namun, karena sekarang sudah ada Lucas yang menjemput Natasha sampai ruangan, dia pun berpikir untuk pergi lebih dulu.“Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu!” pamit Daniel.“Daniel, kami sudah akan pergi juga, kita turun sama-sama saja!” cegah Natasha.“Tidak!” sahut Lucas. Natasha, Daniel, dan juga Ashana sontak menatap Lucas. Mereka cukup terkejut mendengarnya, mereka pikir Lucas keberatan apabila mereka jalan bersama. Sadar ucapannya yang setengah-setengah itu menimbulkan ambigu, Lucas pun cepat-cepat meluruskannya. “Maksudku ... kamu jangan pergi dulu, Daniel! kami akan makan malam di luar, ikutlah sekalian bersama kami!”Lega sudah hati Na
Pagi ini, rencananya Scienic Tech. akan kedatangan tamu dari Grepes yang ingin bertemu dengan Daniel untuk membicarakan tentang Brain Print. “Jam berapa petinggi Grepes itu akan datang?” tanya Daniel kepada sekretarisnya.“Pukul sepuluh, Pak,” jawab sekretaris Daniel, “pihak mereka baru saja menghubungi bahwa mereka sudah dalam perjalanan dari hotel,” lanjutnya.“Siapa petinggi Grepes yang akan datang itu?” tanya Daniel lagi.“Namanya Alexandria Jung, beliau merupakan salah satu pelobi Grepes.”Daniel sedikit terkejut—“Jung?”“Benar, beliau orang Asia, lebih tepatnya Korea tapi sejak kecil tinggal di Amerika ikut ayahnya.”Sekarang Daniel cukup takjub pada sekretarisnya. Sepertinya ia tidak salah memilih orang, karena selain bisa jadi sekretaris dan membantunya mengurus pekerjaan, di samping itu sang sekretaris juga bisa jadi detektif.“Ada informasi lain yang kamu tahu tentang orang Grepes ini?” tanya Daniel lagi.“Menurut saya, Nona Jung ini sedikit licik, Tuan.” Lebih lanjut sekre
Di sinilah Daniel dan Alexa berakhir, duduk berdua di dalam sebuah restoran. “Bukankah tadi kamu bilang ada yang mau kamu bicarakan denganku, Daniel? lalu, kenapa sejak tadi kamu hanya diam saja?”Daniel menelan makanan yang ada di mulutnya, dia menjawab, “Aku hanya sedang menikmati makan siangku.”Alexa tersenyum sarkas—“Cih!” decaknya, “tidak perlu sungkan, Daniel, katakan saja to the point kalau kamu ingin bicara tentang malam itu!”Daniel mengambil minumannya. Setelah dua teguk air minumnya menyapu tenggorokan, dia mengambil dompet di sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.“Ini!”—Daniel meletakkan uang itu di meja dan mendorongnya ke arah Alexa.Alexa mengerutkan dahi—“Apa ini?”“Kukembalikan uangmu,” kata Daniel, “aku bukan pelacur yang setelah tidur bersama bisa kamu bayar dengan uang apalagi kamu tinggal pergi begitu saja,” jelasnya.Alexa akhirnya mengingat kejadian hari itu. Dia pun paham maksud Daniel, lalu tertawa. “Oh, jadi karena itu? hahaha ... sial, kamu tidak
~Dua belas tahun lalu, sebelum pertemuan Lucas dan Natasha~ Lucas keluar dari kamar mandi dan memakai kembali pakaiannya yang semalam ia lempar ke sembarang tempat. Sementara itu, di atas tempat tidur, seorang perempuan baru saja membuka matanya.“Kamu sungguh akan pergi meninggalkanku?” tanya perempuan itu sembari bangkit untuk duduk.“Urusan kita sudah selesai,” jawab Lucas.“Urusan bisnis kita memang sudah selesai, Lucas, tidak bisa kah kita memulai urusan baru yang ... lebih pribadi?”“Aku tidak tertarik,” jawab Lucas singkat.Si perempuan menghela napas. Lalu, dia memakai baju handuknya dan meninggalkan tempat tidur.Dia menghampiri Lucas dan membantu laki-laki itu mengancingkan kemeja. “Jadi, ini pertemuan terakhir kita? kita sungguh tidak akan bertemu lagi?” “Dunia ini terlalu sempit untuk kemungkinan kita tidak akan bertemu lagi, Alexa, mungkin suatu saat nanti secara tidak sengaja kita akan bertemu lagi.” Benar, perempuan yang pagi itu tengah bersama dengan Lucas, dia adal
Kai keluar dari kamarnya dan mendengar seseorang berbicara di balkon. Tidak ada orang lain di apartemannya selain dirinya dan Dania, jadi Kai tahu bahwa pemilik suara itu pastilah Dania.Kai mengambil minum bar kecil dekat dapurnya dan tidak sengaja mendengar sedikit isi pembicaraan Dania di telepon. Dari apa yang dibicarakan, sepertinya agen intelijen itu saat ini sedang bicara dengan orang yang ia mintai tolong untuk menyelidiki Sifa di kampung halamannya. “Baiklah, terima kasih, Bang!” ucap Dania sebelum mengahiri sambungan teleponnya.Dania masuk ke dalam rumah dan mendapati Kai yang duduk di depan mini bar sedang melihat ke arahnya. “Kau sudah bangun?” tanya Dania yang lantas menghampiri Kai dan duduk di kursi kosong sebelah Kai.“Hem,” sahut Kai. “Bagaimana? apa kata informanmu tentang Sifa?” tanya Kai setelahnya.Dania menjawab, “Semua sesuai dengan yang diceritakan Lucas. Sepertinya anak itu jujur.”“Oh, jadi semua keterangannya itu benar,” gumam Kai, “kalau dia benar gadis l
Pagi ini setelah mengantar Ahana dan Natasha, Lucas langsung menuju galerinya. Renovasi tempat untuk galeri Lucas kini telah rampung sepenuhnya, sehingga hari ini Lucas berencana menata interior dan memasang beberapa lukisan yang selama ini disimpan di apartemen Kai.Hanya saja, sudah cukup lama sejak terakhir Kai mengirim pesan dan mengatakan dirinya sedang dalam perjalanan ke tempat Lucas, hingga kini dia belum juga sampai. Lucas mencoba mengintip notifikasi di layar ponselnya, tapi sungguh tidak ada lagi kabar dari Kai. “Ke mana dia?” gumam Lucas.Tidak lama kemudian, sayup-sayup terdengar suara mobil masuk ke halaman galeri. Lucas pun berpikir bahwa itu adalah Kai.Dia berjalan ke depan. Berpikir bahwa mungkin Kai akan membutuhkan bantuannya untuk membawa semua lukisan-lukisannya ke dalam.“Dari mana saja ....”Kalimat Lucas terpotong begitu tahu bahwa orang yang baru saja datang bukanlah Kai, melainkan seorang teman lama yang cukup ia kenal. Alexandria Jung, perempuan itu kini
Selesai bertemu dengan Lucas, selanjutnya Alexa menuju kantor utama Scienic. Tidak ada agenda khusus, dia hanya tiba-tiba ingin bertemu dengan Natasha. “Alexa?”“Oh, Daniel? ... wow, aku tidak menduga kita akan bertemu di sini!” balas Alexa kepada Daniel yang juga akan pergi menemui Natasha.“Sedang apa kamu di sini?”—Daniel penasaran.“Tidak terlalu penting sebenarnya, tapi karena aku sudah ada di sini, rasanya aku perlu menyapa Nona Natasha!” jawab Alexa, “beliau pemilik utama Scienuc, ‘kan?” lanjutnya.Daniel curiga Alexa merencanakan sesuatu. Dia tidak percaya Alexa seramah itu mau menyapa Natasha tanpa ada kepentingan apapun.“Daniel, kamu juga akan menemui Nona Natasha, bukan?”“Hem!” sahut Daniel seadaanya.“Baiklah,”—Alexa menggandeng lengan Daniel—“kalau begitu bawa aku sekalian!”—Alexa menarik Daniel masuk ke dalam lift.Daniel merasa canggung dengan tindakan Alexa yang demikian. Terlebih lagi, hal itu menjadikan mereka sebagai pusat perhatian para karyawan yang melintas.